3

7.8K 473 3
                                    

Pagi hari sekali Zeefan sudah siap dengan pakaian rapi. Padahal biasanya jam set 8 dia baru akan pergi ke restorant miliknya, tapi kali ini belum ada jam 7 dia sudah siap. Ada sebab lain yang membuat dia bersiap lebih awal, yaitu dia akan mengantar Marsha untuk pergi pemotretan.

Jawaban yang mereka berikan tadi malan adalah iya, mereka setuju. Meskipun dalam hati Marsha merasa terpaksa, tapi tak ada cobanya untuk mencoba. Dan mungkin bisa saja jika dia selalu bersikap dingin dan tidak berubah dapat membuat Zeefan nantinya akan berubah pikiran dan membatalkan perjodohan ini. Maka Marsha akan terlepas dari hal menyebalkan ini.

Zean menuju dapur, melihat Mamanya yang pagi ini sudah berkutat dengan dapur.

"Pagi Ma," sapa Zeefan.

"Pagi sayang. Tumben masih pagi banget gini kamu udah siap? Ada meeting lagi?" Tanya Mama Zeefan.

"Ada hal penting yang harus Zeefan lakuin pagi ini," kata Zeefan.

"Apa?"

"Nganter Marsha pemotretan."

"Ceilah, udah main anter-anteran aja nih," goda Mama Zeefan.

"Harus dong. Sebagai jodoh yang baik, Zeefan harus mengutamakan kebahagiaan, kenyamanan serta kebutuhan Marsha," jawab Zeefan sambil tangannya mengoleskan selai di atas roti tawar yang akan dia buat sarapan pagi ini.

"Jadi kamu udah bener-bener mau nerima perjodohan ini?"

"Maulah. Gimana sih Ma? Kemarin Zeefan disuruh nerima, sekarang Zeefan nerima Mama keliatan kayak ga percaya gitu," kata Zeefan dengan sinis.

"Bukan gitu sayang. Mama cuma ga nyangka aja kamu bisa nerima secepat itu. Bagus deh kalau kamu udah mau nerima. Jagain Marsha ya, jangan diapa-apain dianya," peringat Mama Zeefan.

"Iya Ma. Emangnya mau Zeefan apain sih?"

"Ya Mama juga ga tau lah."

"Yaudah Zeefan mau berangkat dulu Ma. Nanti kelamaan yang ada Marsha malah marah sama Zeef," kata Zeefan dengan mulut yang masih mengunyah roti.

"Iya hati-hati nak. Semangat kerjanya," jawab Mama Zeefan.

Zeefan dengan semangat menjalankan mobilnya menuju rumah Marsha. Entak kenapa dia jadi merasa sangat tak sabar untuk bertemu dengan Marsha setelag pertemuan pertama mereka. Jujur Zeefan sudah mulai tertarik dengan Marsha, tak peduli jika Marsha bersikap dingin padanya. Mau sedingin apapun Marsha, Zeefan akan berusaha mencarikan kutub es itu.

Zeefan memarkirkan mobilnya di halaman rumah Marsha. Sebelum turun dari mobil dia memastikan lagi penampilannya. Dia merapikan jas biru yang dia pakai pagi ini. Serasa sudah barulah dia turun dan mulai berjalan memasuki rumah Marsha. Di sana dia disambut oleh Mami Marsha, lalu dia menunggu Marsha di depan rumah.

"Pagi Marsha," sapa Zeefan. Marsha hanya diam dengan menatap Zeefan datar.

"Dijawab dong sapaan Zeefan-nya Sha," sahut Mami Marsha.

"Hem," dehem Marsha. Zeefan tersenyum walau hanya mendengar suara deheman dari Marsha.

"Marsha kamu jangan-"

"Marsha berangkat dulu Ma." Marsha memotong perkataan Maminya karena terlalu malas mendengar ceramah pagi ini.

Marsha mendahului berjalan menuju mobil Zeefan. Hal itu membuat Zeefan juga buru-buru pamit. "Zeefan berangkat dulu tan."

"Iya hati-hati, dan satu panggil Mami saja, jangan tante oke?"

"Oke tan. Zeefan permisi." Zeefan memencet kunci mobil sampai terdengar suara 'tit tit' kemudian dia membukakan pintu depan untuk Marsha.

"Silahkan masuk Marsha," kata Zeefan. Tanpa menjawab Marsha langsung masuk dan duduk di kursi penumpang. Setelah Marsha masuk, Zeefan menutup pintu dan segera ke sisi lain mobil untuk masuk.

Selama di perjalanan Zeefan berusaha untuk memulai pembicaraan agar tak ada keheningan di sini.

"Kamu udah makan?" Tanya Zeefan, tapi Marsha masih tidak menjawab.

"Makan sama apa?"

"Marsha jawablah," lelah Zeefan karena pertanyaanya tidak ada yang dijawab. Marsha malah asik dengan ponsel ditangnnya.

"Ck!" Dengan lancang Zeefan mengambil ponsel Marsha dan dia sembunyikan di saku celana Zeefan.

"Ish! Balikin ponsel gue!" Kesal Marsha karena Zeefan memgambil ponselnya begitu saja.

"Nggak. Kalau ponsel ini kembali ke kamu, yang ada kamu ga fokus sama pertanyaan yang aku kasih," jawab Zeefan.

"Pertanyaan lo ga penting!"

"Penting bagi aku. Jadi kamu harus jawab."

"Lo nyebelin!"

"Ga papa nyebelin ke jodoh sendiri." Zeefan tak mempedulikan kekesalan Marsha dan masih tetap menyembunyikan ponsel Marsha.

"Gue harus ada yang dibicaraain sama Manager gue!"

"Sebentar lagi sampai, jadi kamu bahas nanti aja di sana kalau soal pekerjaan kamu. Dan sekarang kamu fokus aja ke aku."

"Lo ga penting!"

"Aku bakal bikin kamu ngrasa kalau aku ini penting dalam hidup kamu. Tandain kata-kata aku," kata Zeefan.

"Males!" Zeefan tersenyum melihat raut wajah Marsha yang kesal. Nampak lucu.

Tak lama kemudian mobil Zeefan memasuki halaman tempat Marsha akan pemotretan.

"Mana hp gue?" Zeefan mengeluarkan ponsel Marsha. Marsha yang melihat itu langsung ingin mengambil, tapi kalah cepat dengan pergerakan Zeefan yang menghindar.

"Hp gue!"

"Iya, nanti aku kasih sayang. Tapi jawab dulu pertanyaan aku, kamu nanti selesai pemotretan jam berapa? Biar aku jemput nanti."

"Gue ga tau!"

"Masa ga tau? Ayolah kasih tau aku," bujuk Zeefan.

"Pemotrten bisa aja selesai kapan aja. Jadi ga nentu," jelas Marsha.

"Oh gitu, tapi nanti kalau udah selesai kabarin aku, biat aku jemput. Janji?"

"Iya-iya!" Jawah Marsha kesal.

"Salim dulu," kata Zeefan. Zeefan mengulurkan tangannya.

"Malas!" Tolak Marsha mentah-mentah.

"Kalau ga mau, ponsel kamu juga ga bakal balik," balas Zeefan.

"Lo cowo nyebelin!" Geram Marsha. Mimpi apa semalam bisa dipertemukan dengan lelaki seperti Zeefan.

Marsha mau tak mau menurut, dia mengambil tangan Zeefan dan dengan terpaksa menyalimi, tapi kemudian dia hempaskan tangan Zeefan.

"Nih ponsel kamu. Semangat ya pemotrettannya. Jangan lupa makan sama minum," kata Zeefan. Tanpa menjawa Marsha keluar dari mobil dan pergi  zeefan terkekeh sambil memandang ke arah punggung Marsha sampai hilang di balik pintu perusahaan.



.






Marsha si dingin dan Zeefan si ngeselin.

Dah gua mau turu, maap buat typo.

SUPERMODEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang