"ADUH!" Pekik Zeefan karna sebuah guling menimpa wajahnya, yang membuat dia jadi terbangun dari tidurnya. Tentunya dia tau siapa pelaku yang melakukan ini.
"Marsha." Dengan samar-sama Zeefan melihat istrinya itu berlari masuk ke kamar mandi.
"Kamu kebelet ya sayang? Jangan nimpuk aku dong, kaget nih," kata Zeefan dengan suara serak, karna baru bangun.
Huek huek~
"Sayang!" Zeefan langsung melompat dari atas kasur setelah mendengar suara Marsha yang muntah. Dengan sempoyongan Zeefan tetap berjalan hingga akhirnya menabrak tembok saat akan masuk ke dalam kamar mandi.
"Aduh! Siapa sih yang naruh tembok di sini," kata Zeefan kesal. Kemudian dia masuk menghampiri Marsha yang sudah menunduk di watafel.
"Kamu sakit? Aku kira kamu mau buang air," kata Zeefan. Dia membantu memijat tengkuk Marsha, agar Marsha bisa mengeluarkan isi perutnya.
Huek huek~
Marsha menyangga tubuhnya dengan tangan di wastafel, menatap wastafel yang basah karna air yang baru saja dia gunakan untuk membersihakan sedikit muntahannya.
"Udah?" Tanya Zeefan. Marsha mengangguk.
"Kok kamu bisa ikutan sakit ya? Padahal semalem yang sakit itu aku, bukan kamu. Apa ternyata sakit aku kemarin nular ke kamu?" Khawatir Zeefan.
"Aku ga papa. Ga tau kenapa, tiba-tiba tadi mual. Mungkin karna mau halangan aja," ungkap Marsha.
"Emang kamu belum dapet?"
"Belum. Telat, sih. Ga tau kenapa, padahal biasanya ga pernah telat. Mungkin karna kecapean aja jadi telat dapet," pikir Marsha.
"Kan apa aku bilang, kalau udah kerja kamu jangan cape-cape banget. Kurang-kurangin juga job kerja kamu kalau udah kebanyakan. Kasihan buat kesehatan kamu," nasihat Zeefan sambil merangkul pundak Marsha. Marsha mengangguk mengerti.
"Dah, mumpung kita lagi di kamar mandi. Mendingan sekalian aja kita mandi," usul Zeefan.
"Kamu duluan aja kalau mau mandi. Kalau kita bareng, yang ada lebih dari mandi. Aku lagi cape," jawab Marsha.
"Nggak kok, aku ga bakal lakuin hal lebih. Serius cuma mandi aja," rayu Zeefan. Tak Zeefan namanya jika tidak berhasil merayu Marsha. Hingga akhirnya mereka mandi bersama, ya dibumbui juga adegan-adegan ringan yang cukup mengenakkan.
~~~~
Zeefan seperti biasa mengantarkan Marsha ke kantor yang menaungi karir Marsha. Hanya mengantar sampai depan, tak sampai dalam, karna dia juga harus seger ke restaurant sekarang.
"Kamu jangan kecapean, pucet gitu wajahnya," peringat Zeefan khawatir.
"Kamu juga harus jaga diri, jangan sampai sakit lagi. Baru semalen aku keroin udah maksain diri buat kerja," balas Marsha.
"Aku bisa jaga diri. Kamu justru yang harus istirahat kali ini, apa lagi tadi abis muntah-muntah. Pasti masuk angin aku semalem nular ke kamu, maafin ya. Tau gini aku larang kamu buat deket-deket dulu semalem," kata Zeefan merasa tak enak.
"Emang kamu bisa ga deket-deket sama aku?" Tanya Marsha.
"Ya nggak sih, tapi demi kebaikan kamu, aku usahain," ungkap Zeefan.
"Cih, dasar. Yaudah aku masuk dulu. Kamu semangat kerjanya."
"Kamu juga semangat kerjanya, jangan kecapean."
"Iya."
"Kiss dulu biar energi aku full hari ini menghadapai dunia yang penuh drama," pinta Zeefan. Marsha menuruti keinginan Zeefan, mencium setiap tempat di wajah Zeefan, mulai dari pipi kanan, kiri, jidat, hidung hingga terakhir bibir. Zeefan juga melakukan hal yang sama. "Udah," ucap Marsha.
"Aku masuk dulu."
"Hati-hati." Marsha keluar dari mobil Zeefan, tapi tak langsung masuk ke dalam kantor. Dia berdiri di sisi mobil Zeefan, menunggu mobil Zeefan pergi dulu baru dia masuk.
Marsha memasuki kantor dengan langkah santainya. Menjawab sapaan dari beberapa staf kini sudah menjadi rutinitasnya.
"Eh, Marsha, akhirnya kamu sampai. Aku udah nungguin kamu dari tadi di sini," seorang lelaki berpawakan tegak dan tinggi menghampiri Marsha dengan perasaan senang. Marsha hanya melirik dengan malas lalu kembali berjalan.
"Eh, tunggu dong. Kita bicara sebentar," kata lelaki itu menahan Marsha.
"Gue sibuk, ada jadwal pemotretan pagi ini," jawab Marsha dengan ketus.
"Aku juga ada jadwal pemotretan pagi ini. Kamu tau kan kalau aku ada kerjaan bareng sama kantor kamu. Dan pemotretan aku juga pagi ini, tapi aku pengen kita ngobrol sebentar," ungkapnya.
"Ck, apa sih mau lo? Jangan bikin mood gue pagi ini rusak deh, Luhan!" Geram Marsha. Ya, lelaki yang kini menganggu ketenangan Marsha adalah Luhan. Lelaku berpawakan tegap dan cukup tampan ini berprofesi sama seperti Marsha di permodelan. Pagi ini memang dia ada jadwal pemotretan di tempat Marsha kerja, karna ada kerja sama yang terjalin di sini.
"Aku mau kamu nerima tawaran kerja, kerja sama. Kita colleb sabagai model brand yang udah ditentuin bos kamu. Pasti cocok banget kalau kita ada dalam satu frame yang sama," ungkap Luhan.
"Dalam mimpi lo! Gue sampai kapan pun ga mau nerima kerja sama ini," tolak Marsha mentah-mentah. Marsha sama sekali tak ada keinginan untuk melakukan kontrak kerja bersama lelaki. Dia sangat anti dengan itu. Apa lagi sekarang dia sudah menikah.
"Ayolah, aku kurang apa lagi? Aku ganteng, kece gini. Banyak cewe yang pengen foto sama aku, masa kamu nolak aku gitu aja Sha?"
"Gue bukan termasuk banyaknya cewe yang lo maksud. Dan lagi, lo kalah jauh dari segi apapun dari suami gue. Jadi jangan menyombongkan diri, biasanya orang sombong bakalan dapet karma tersendiri," kata Marsha dengan pedasnya lalu pergi meninggalkan Luhan. Dia sudah muak menghadapi lelaki itu.
Di sisi lain Luhan menggeram merasa terendahkan dengan apa yang Marsha katakan. "Kamu kira kamu bisa kabur dari aku Sha? Aku pastiin kamu bakal nerima kontrak kerja ini dan kalau bisa kamu bakal jadi milik aku. Persetan sama suami kamu, aku bisa nyingikirin dia, bahkan dari dunia sekali pun," gumam Luhan sambil memperhatikan Marsha yang kini memasuki lift.
Refaldo blom kelar ketambahan ikan luhan.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERMODEL [END]
Ficção AdolescenteKetika kedua orang, lelaki dan perempuan, dipertemukan melalui perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka yang sudah bersahabat cukup lama. Apa Zeefan akan kuat menghadapi Marsha, wanita yang sangat dingin dan cuek bahkan, kulkas 10 pintu...