Selesai makan malam Marsha dan Zeefan memutuskan untuk pulang. Sebenarnya Mami dan Papi Marsha sudah meminta mereka untuk menginap, tapi Marsha menolak dengan alasan besok pagi-pagi dirinya harus pergi bekerja dan perlengkapan milik Marsha berada di rumah Zeefan. Hingga akhirnya orang tua Marsha pasrah dengan keputusan sang anak.
"Kamu kenapa kek cemberut terus abis dari rumah Mami," ungkap Zeefan. Mereka sudah berganti baju dan siap untuk tidur. Namun, sambil menunggu keduanya ngantuk tentunya diisi dengan orbolan-obrolan dari keduanya.
"Aku kesel sama Refaldo!" Ungkap Marsha.
"Kesel kenapa?"
"Itu orang terlalu ikut campur sama urusan rumah tangga kita. Terserahlah kita mau liburan kapan. Selagi kita siap ya pasti berangkat. Ngapain coba dia pakek segala ngelarang-ngelarang. Emangnya dia siapa?" Ungkap Marsha kesal.
"Sha, mungkin dia sayang sama kamu, perhatian sama adek iparnya."
"Ogah! Jangan ngomong kayak gitu ya! Najis banget diperhatiin sama dia," dengus Marsha sangat tidak suka. Zeefan terkekeh mendengarnya.
"Sebenernya aku udah tau semuanya tau sayang," celetuk Zeefan.
"Tau tentang apa?" Bingung Marsha.
"Masa lalu kamu. Aku udah tau tentang masa lalu kamu. Siapa mantan kamu, siapa cinta pertama kamu, siapa yang bikin kamu berubah kayak kemarin aku udah tau. Refaldo kan orangnya? Refalfo yang membuat kamu kayak gitu. Refaldo yang sekarang adalah kakak ipar kamu itu cinta pertama kamu."
"K-kamu tau darimana?" Gugup Marsha.
"Ga penting aku tau darimana. Apa yang aku bilang bener kan?"
"Itu cuma masa lalu Zee. Aku udah ga ada apa-apa sama dia. Dan jangan bilang kalau dia cinta pertama aku. Karna cinta pertama aku itu kamu!" Jelas Marsha.
"Kalau aku cinta pertama kamu terus pas sama Refaldo itu cinta apa?"
"Cinta monyet!"
"Cinta monyet kok efeknya sampai bisa merubah sifat gitu," sindir Zeefan sengaja dengan wajah tengil. Marsha yang kesal langsung menghujani Zeefan dengan cubitan di perut.
"Aduh! Udah dong jangan dicubit. Dari pada dicubit mending kamu cium aja. Aku bakal terima tanpa menolak," kata Zeefan.
"Mau an kamu itu mah!"
"Kalau gitu alasan kamu, terus kenapa aku kok ngerasa kamu masih bersikap dingin ke keluarga kamu? Terlebih ke Refaldo itu?" Tanya Zeefan kepo.
"Kata siapa sama Refaldo doang? Ke semua sih, aku juga ngerasa. Lebih tepatnya sengaja. Karna aku kesel aja karna mereka bisa ngerestuin Kak Ashel nikah sama Refaldo. Dulu waktu hari H, aku pernah minta ke keluarga aku untuk ngebatalin pernikahan tanpa sepengetahuan Kak Ashel sama Refaldo tentunya, tapi keluarga aku nolak dengan alasan Refaldo anaknya baik. Belum tau aja mereka kalau Refaldo mantan aku. Aku lebih tau gimana sifat dia. Tapi itu dulu. Sekarang aku udah ga mau ngebahas semua itu. Biarlah masa lalu. Tapi rasa kesal masih aja aku rasain setiap ngelihat wajah Refaldo anjing!"
"Heh, mulutnya," tegur Zeefan.
"Habisnya aku kesel!"
"Tapi ya sayang, aku sempet tadi merhatiin Refaldo. Dia kalau ngeliatin kamu kayak ada sesuatu gitu. Apa jangan-jangan dia masih suka sama kamu ya?" Pikir Zeefan. Percakapan mereka sudah seperti emak-emak lagi ngegibah saja. Semoga Refaldo di rumah tidak tersedak jika sedang makan ataupun minum.
"Ih! Nggaklah! Ga mungkin! Dia udah punya kak Ashel. Ga mungkin masih nyimpen rasa ke aku. Dia aja dulu ninggalin aku demi nikah sama Kak Ashel. Plish deh Zeefan, stop berasumsi kayak gitu. Denger ya, aku sekarang cintanya sama kamu. Kalau kamu ngira aku masih ada rasa ke Refaldo, itu semua salah! Aku cuma cinta sama kamu!" Zeefan tersenyum senang mendengarnya. Marsha kini tak lagi gengsi ataupun malu untuk menungkapkan rasa cintanya secara terang-terangan di hadapan suaminya. Zeefan menyukai hal itu. Dia jadi merasa sangat dicintai oleh Marsha sekarang.
"Ehem, btw kita liburan kapan nih?" Zeefan mencoba mengubah topik pembicaraan. Dari pada terus-terusan membahas Refaldo yang tidak penting, mending membahas rencana liburan mereka.
"Aku terserah kamu sih," jawab Marsha.
"Kalau terserah aku mah juga susah. Nanti pas udah dapet tanggalnya, tapi kamu malah ga bisa karna ada kerjaan," balas Zeefan.
"Aku bisa minta manager aku buat kosongin jadwal kok. Jadi tinggal kamu kapan bisanya. Lebih baik rencanain secepetnya biar nanti ga ribet," saran Marsha.
"Iya ini kan lagi dibahas. Gimana kalau minggu depan?" Kita liburan selama seminggu, gimana?" Ungkap Zeefan meminta persetujuan.
"Boleh. Lumayan seminggu, bisa jalan-jalan."
"Kamu mau kita pergi kemana?"
"Prancis? Aku pengen ke Prancis!" Jawab Marsha.
"Deal! Aku setuju. Kita habisin waktu di sana," balas Zeefan. Marsha bertepuk tangan senang karna Zeefan menyetujui keinginannya.
"Nanti aku selesaiin kerjaan biar bisa liburan sama kamu. Jangan lupa nanti di sana sedia baju dinas ya?" Kata Zeefan.
"Baju dinas?" Bingung Marsha. Kan mereka mau liburan untuk apa membawa baju dinas? Bukankah itu tak penting? Pikir Marsha.
"Iya baju dinas. Kan di sana kita ga bakal cuma jalan-jalan doang sayang. Tapi buat dedek sekalian, biar bisa saingan sama anak Refaldo nanti," jelas Zeefan dengan senyuman penuh arti.
"Dasar mesum!" Pekik Marsha. Zeefan tertawa berhasil membuat Marsha kesal. Lantas dia menarik tubuh Marsha untuk tidur karna hari sudah larut malam. Marsha mengambil posisi tiduran di atas tubuh Zeefan, tak peduli jika badan Zeefan esok akan remuk. Karna jika Marsha sudah menginginkan satu hal, maka itu harus dituruti.
Selamat malam. Mari kita juga ikut turu.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERMODEL [END]
Novela JuvenilKetika kedua orang, lelaki dan perempuan, dipertemukan melalui perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka yang sudah bersahabat cukup lama. Apa Zeefan akan kuat menghadapi Marsha, wanita yang sangat dingin dan cuek bahkan, kulkas 10 pintu...