Tugas⚠️

23.8K 526 27
                                    

Malam hari yang sunyi di tutup dengan ucapan selamat malam dan kecupan ringan sebelum semuanya menuju kamar masing-masing.

El juga turut pergi ke kamarnya. Tapi hanya sebentar untuk mengambil buku tulisnya dan berjalan cepat keluar menuju kamar kakaknya untuk membantunya mengerjakan tugas yang sialnya akan di kumpulkan besok pagi. Dan bodohnya dia lupa.

Tanpa ketukan dan permisi, dia masuk. Melihat Ily yang anteng di meja belajarnya. Tidak, bukan sedang belajar. Remaja itu sedang bermain game online di ponselnya.

Ily yang mendengar seseorang memasuki kamarnya pun menoleh dan mengangguk saja melihat El tanpa bertanya maksud dan tujuannya. Dia tau hanya dengan melihat buku di tangan adiknya itu.

"Bantuin dong." Pintanya.

"Hm. Duduk."

El mengambil kursi kayu di samping lemari. Tapi bukannya duduk disana, ia malah terduduk di paha Ily saat remaja itu tiba-tiba menariknya.

"Gw bisa duduk sendiri."

Ily menggeleng tapi tangan 1 nya ia fokus pada game nya dan tangan 1 nya lagi memegangi pinggang sang adik.

El pasrah. Dia ingin cepat menemui pacarnya untuk ia peluk. Dia sudah sangat mengantuk.

"Yang mana?"

El mengambil buku paket milik Ily yang memang pada dasarnya sama seperti miliknya. Ia membuka halaman tugas yang harus ia selesaikan.

"Semuanya."

Ily menghela napasnya pelan. Sudah kebiasaan El sangat susah untuk menyelesaikan semua tugasnya itu. Padahal hanya 20 nomor soal fisika.

Ily dengan sabar membantunya. Meski sesekali ia fokus pada gamenya tapi ia juga tak bodoh untuk membantu semuanya. El harus tau juga.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi El baru menyelesaikan soal yang ke 14.

"Huee... Kenapa gw nggak nyontek aja di lo." Keluhnya. Tangan dan punggungnya seperti mati rasa.

"Nggak bakal bisa kalo nyontek."

"Kan nggak semuanya."

"Apa bedanya?"

El menggerutu kesal. Btw mereka sekarang sudah masuk SMA kelas 2. Umur mereka sudah  hampir genap 17 tahun. Mereka tentu 1 sekolah. 1 jurusan juga bahkan 1 kelas. Tentu saja Ily tak mau lepas dari sang adik manisnya.

Dilihat dari paras, makin dewasa, El justru makin terlihat seperti Hendra versi muda. Meski wajahnya menjiplak Angkasa, tapi terlihat manis. Sangat berbeda dengan Ily yang notabennya mengikut Angkasa semua. Bahkan bentuk tubuhnya hampir menyerupai Angkasa. Itu karena dia gemar bermain di gym sementara El gemar makan.

Wajah mereka masih terlihat sama dari lekukannya. Hanya saja seperti alis, mata dan hidung mereka sedikit berbeda. El lebih dominasi Hendra sekarang.

Apalagi sikap dia yang kekanak-kanakan membuat Ily yakin mereka berbeda. Tapi El terus menyangkalnya bahwa ia sama seperti dirinya.

Uke emang Laen.

"Ayolahhh~~ Tangan gw pegel loh. Otak gw udah dibatas kapasitas. Ily~~."

"Alesan."

El mengerucutkan bibirnya kesal. Ia menyender di dada Ily tanpa beban. Merajuk.

"Katanya seme. Mana ada seme ngambek."

Ily menggerakkan jarinya menoel-noel pipi gembil itu. Gemas sekali dia.

"Yang bilang gw seme siape? Gw nih normal. Nanti gw punya istri cantik."

TWINS {S2} ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang