Kejutan

5.8K 294 7
                                    

"Bubu."

"Iya, sayang."

"Apa El masih marah?"

Hendra tersenyum mendengar pertanyaan itu. Ia mendekat dan mengelus sayang pucuk rambut sang putra yang tengah makan.

"Kamu nggak bakal tau El masih marah apa enggak kalo kamu nggak liat langsung."

"Tapi Ily takut, Bu."

"Sayang denger. Semarah-marahnya El ke Ily, tapi Ily tetap kakaknya. Kasih sesuatu yang dia suka lalu minta maaflah."

Ily terdiam. Mengunyah makanannya pelan.

"Ily sayang El, Bu."

"Bubu tau. Bubu juga tau Ily sayang El bukan hanya sebagai adik, kan? Mata kamu nggak bisa bohong, sayang."

"Ily takut Daddy marah dan ngasingin Ily lagi dari El."

Hendra menghela napasnya. Anaknya sudah dewasa, tapi kisah cintanya rumit sekali.

"Sayang. Kamu udah gede. Kamu malah udah jadi orang terkenal. Usahakan relain El ke orang lain. El itu adik kamu. Kembaran kamu sendiri. Daddy pasti menentang keras kamu yang mencintai El."

"Tapi Ily ga bisa Bu."

"Tanyain ke El nya ya Nak. Bicara baik-baik dan selesaikan. Bubu dukung apapun keputusan kalian."

"Makasih ya, Bu."

"Apapun buat anak-anak Bubu. Nah sekarang udah siang. Sebaiknya kamu berangkat sekarang. El ada jadwal kampus sampai sore. Zara juga."

"Iya, Bu. Pulang nanti aku mau ke makam Omma dan Appa ya, Bu." Hendra tersenyum dan mengangguk. Ia sudah menceritakan pada Ily bahwa Bion dan Renata sudah meninggal dunia karena virus di Amerika dulu. Sudah 4 tahun yang lalu.

"Yaudah Ily pergi ya, Bu." Ily mengecup pipi Hendra sekilas kemudian melambaikan tangannya. Tentu saja Hendra membalasnya. Membiarkan anaknya itu pergi untuk mendaftar di kampus yang sama dengan adiknya dan tentu saja untuk menjalankan rencana pemberian kejutan kepulangannya.

Ily sudah memberitahu Lio dan teman-temannya yang lain untuk tidak memberitahu El tentang dirinya yang sudah pulang. Dan mereka setuju saat mendengar Ily akan memberikan sebuah kejutan manis untuknya.

Ily memakai masker juga kacamatanya. Memasang tudung jaketnya sebelum turun dari motornya. Dia sudah sampai di parkiran gedung besar itu.

Menjadi pusat perhatian sudah biasa baginya. Tentu saja dia tak peduli. Memilih langsung ke ruang dosen untuk pendaftarannya.

Hampir 2 jam ia didalam sana hingga akhirnya dia diperbolehkan keluar dengan status sudah menjadi seorang mahasiswa univ itu.

Ily mengambil ponselnya dan menghubungi Kael yang memang 1 kelas dengan El. Yang lainnya beda jurusan.

Ini kesempatannya karena menurut laporan mereka akan keluar 3 menit lagi. Ily akan memulai kejutannya.

5 remaja seumuran itu berjalan beriringan setelah berkumpul didepan ruang kelas Joan. Niatnya ingin ke bengkel setelah ini. Tapi terhambat sedikit karena ada yang mengganggu.

Bahu El tiba-tiba di rangkul makhluk astral yang entah muncul dari mana membuat keempatnya menatapnya jengah.

Sungguh mereka geram sekali dengan Malvin ini. Firasat mereka memang buruk tentang Malvin yang terus mengincar El.

"Ck. Apa sih, Kak?!" Kesal El. Dia juga agaknya jengah dengan Malvin. Tapi dia juga tak bisa memungkiri jika dia sedikit nyaman dengan perlakuan manis kakak kelasnya itu.

TWINS {S2} ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang