Hukuman

11.2K 438 3
                                    

El terbangun saat jam menunjukkan pukul 9 pagi. Ia langsung meringis kuat merasakan nyeri dibagian selatannya.

Seketika ia membuka lebar matanya saat mengingat sesuatu.

"Akh bangsat! Sakit banget anjing!" Kerasnya. Melihat dirinya terbalut selimut dengan piyama hitam miliknya. Pasti kembarannya itu yang melakukannya.

El menggapai ponselnya diatas meja nakas. Menelepon si bangsat itu.

"DIMANA LU NJING?!"

"Nggak usah teriak, El. Gw di ruang gym."

"Sini lu, bangsat! Ga bisa gerak gw!"

"Calm down, babe. Aku akan kesana"

El melempar ponselnya asal setelah mematikkan panggilannya. Tak lama Ily pun datang. Tersenyum tampan dengan watados nya mendekati adiknya itu.

"Apa lu senyum-senyum, Njing!!" Ketusnya tanpa ampun.

"Maaf, Babe. Apa sakit?"

"Makek nanyak lagi nih si babi!! Sakit lah tolol!"

Mendengar kerasnya suara El apalagi dengan umpatannya membuat ekpresi Ily berubah saat itu juga. Dia tidak suka El berbicara kasar padanya.

"Bisa alus ngomong?"

"Lu ga bisa dialusin, njing!"

"Mau dihukum?"

"Apa sih?!"

Ily bersedekap dada. Menatap El dengan begitu tajam membuat yang ditatap gemetar sedikit. Ia masih takut akan di perkosa lagi.

"N-nggak." Lirihnya.

"3 peraturan kalo lagi sama gw. 1 kalo lagi ngomong tatep matanya. 2 ga boleh kasar omongannya. 3 pake aku-kamu."

Baru kali ini El mendengar Ily berbicara sepanjang itu. Apakah pertanda es nya akan mencair?

"Ngerti ngk?"

El mengangguk.

"Bagus. Mau mandi?"

El mengangguk lagi. Karena tingkat kepekaan Ily tingkat dewa, dia langsung sigap menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh El dan mengangkat tubuh sang adik dengan mudah. El yang wajahnya sudah merah padam hanya diam anteng meski jantung udah hampir lompat dari sarangnya.

Ily mengisi buthup dengan air hangat kemudian menurunkan El dibawah shower.

"Bisa sendiri?"

"Iya."

"Hati-hati."

Setelahnya Ily keluar. El termenung. Tangannya yang bergetar bergerak menyalakan shower tanpa melepas pakaiannya. Wajahnya menunduk tajam. Menatap tetesan-tetesan air itu dalam diam.

Kemudian tak lama ia terjatuh duduk. Tak menghiraukan sakit di analnya yang sepertinya sobek, ia menangis pelan. Sangat lirih.

"El benci jadi lemah, Bubu..." Ungkapnya. Meringis menahan sesak di hatinya. Bagaimana ia mengingat sudah dikotori kakak kembarnya sendiri. Bagaimana ia begitu tak bisa melawannya. Bagaimana rusaknya dia kini. Dan bagaimana takutnya ia pada remaja yang beda 21 menit darinya itu.

"Bubu, El takut..."

El trauma. Dia jelas-jelas takut dengan sosok itu. Ia takut semakin dirusak. Ia takut pada kondisinya sekarang.

"Bubu..."

El terdiam dalam isakannya. Begitu sakit hatinya. Tak bisa terabaikan dan tak bisa dilupakan.

"Hiks Bubu..."

El memanggil. Seberharap itu untuk Hendra datang memeluknya. Menjauhkannya dari remaja itu. Siapapun tolong dia.

TWINS {S2} ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang