Gala

5.3K 235 19
                                    

Mobil itu melaju kencang membelah jalanan malam. Tak peduli rentetan klakson yang memperingatinya. Dari bandung ke jakarta yang seharusnya menempuh 3 jam, ia lewati hanya 1 setengah jam saja.

Ia keluar mobil tanpa memarkirkan mobilnya membuat satpam langsung menghampirinya. Lemparan kunci ditangkap baik oleh satpam itu. Tak memperdulikannya.

Ia masuk dengan napas memburu. Lalu laju larinya ditahan oleh Angkasa. Ily memberontak.

"El, Dad!! Dad aku mau lihat El!!"

"Sayang. Tenang, nak. Sabar. Astaga, Ily sabar!" Hendra menarik pemuda itu kepelukannya. Mengusap keras punggung bergetar si sulung untuk menyabarkannya.

"Sttt... Tenang, sayang."

"El, Bu..."

"Iya El, sayang. Bubu tau. Sabar, ya."

Jika ia lebih memilih menemani El di rumah, pasti ia bisa menemani El pasca lahirannya. Tapi ia justru Keukeh pergi ke Bandung baru jalan 2 hari ini yang seharusnya 1 minggu ia disana.

"Oekk!! Oek!"

Ily melepas pelukan Hendra dan menendang pintu ruang operasi itu dengan keras hingga terbuka. Angkasa tak sempat mencegahnya.

Ily langsung menghampiri brankar El dan memeluk kepalanya. Jantung nya rasa mau berhenti saat melihat El sudah tak sadarkan diri.

"Dokter! Istri saya, dok!" Paniknya tak bisa tertahankan.

"Sabar, Pak. Kami sedang proses penanganan. Bapak harap tenang."

Angkasa masuk dan menarik Ily menjauhi El yang langsung mendapat penanganan khusus. Badan Ily rasanya mau terpisah saat mendengar suara tangis bayinya dan alat elektrokardiografi yang menyatu membuat desiran panas didalam dirinya.

Membutuhkan 20 menit untuk mereka menjahit luka sesar El kemudian mereka berbondong-bondong mendorong brankar El menuju ruang inap khusus. Sementara bayinya tengah dibersihkan.

"Selamat, Pak. Bayi anda laki-laki. Ini kami sudah membersihkannya."

Kata suster itu menghampiri Ily dan Angkasa. Sementara Hendra dan Bibi sum menyusul El yang sedang dipindahkan.

Tangan Ily bergetar meraih buntelan dalam bedong itu. Rambutnya yang tebal. Matanya yang bulat. Pipinya yang chubby. Tangan nya yang mungil. Wajahnya yang memerah. Sama persis seperti dirinya. Angkasa bahkan seperti melihat si kembar waktu baru lahir dulu. Mungkin nanti di keluarga mereka akan jadi kembar 3 dengan si bayi.

Bayi itu menjerit karena lapar.

"Terima kasih, Sus."

"Tugas kami, Pak."

Keduanya keluar. Mereka langsung menyusul untuk melihat El.

Sesampainya di ruang inap El.

"Sayang. Keluar dulu yuk. Kamu belum makan." Kata Angkasa pada Hendra. Mengerti maksud sang suami mengajaknya keluar, Hendra mengangguk. Memberi isyarat juga pada bibi Sum agar meninggalkan keluarga kecil itu.

Setelah pintu tertutup, Ily baru duduk disamping brankar El yang masih setia menutup matanya. Badan Ily masih terus bergoyang menimang si kecil agar tenang. Tapi sama sekali tak membuahkan hasil.

Ily terharu melihat wajah anaknya itu. Merasa bahagia ia sudah menjadi sosok ayah sekarang. Hidupnya dengan El sempurna dengan hadirnya malaikat disisi mereka.

"Tenang, sayang. Mommy lagi istirahat sebentar ya." Bisiknya pada sang bayi. Memberikan jari telunjuknya untuk diremat tangan mungil itu.

"Sayang. Cepet bangun ya. Baby laper." Gumamnya menatap intens kesayangannya itu.

TWINS {S2} ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang