Brak!!
"EL!!"
Ily terperanjat saat suara Hendra mengenai gendang telinganya. Belum sempat dia menyapa orang tuanya yang datang, kerah baju belakangnya ditarik paksa membuatnya berdiri dan ia pun diseret Angkasa keluar ruangan. Meninggalkan Hendra yang kini menjerit menangisi keadaan anaknya.
Meraung memeluk tubuh El yang terasa dingin lalu mengecupi wajahnya. Meminta maaf ratusan kali dengan wajah yang merah padam karena tangisannya.
Endy masuk. Tak ingin melihat adegan langsung Ily dengan Angkasa. Lebih memilih menenangkan menantunya.
"Pa hiks El, Pa! Anak Bubu hiks..."
"Iya sayang iya. El baik-baik aja. Sabar ya."
"Hikss nggak. Enggak. El bangun, sayang. Ini Bubu, nak hiks..."
Pasti menjadi Hendra sangatlah sakit. Dia bahkan masih ingat si kembar 4 tahun yang selalu berlarian mencarinya saat pulang sekolah dan merengek minta tidur dengannya. Si kembar yang selalu suka menjahili Daddy nya.
Sekarang sudah sebesar ini dan Hendra masih tak percaya El terbaring lemah di rumah sakit.
Hendra enggan melihat anak-anaknya dewasa untuk menjalani dunia yang kejam ini. Ia ingin si kembar kecil yang selalu tertawa mengajak bermain si bungsu mereka. Ini yang ia takutkan saat mereka menginjak dewasa.
Hendra takut. Sungguh. Dia sudah sakit hati kehilangan cucu pertamanya waktu itu. Dan sekarang dia tak akan rela kehilangan lagi untuk yang kedua kalinya.
Si sulung memang gila. Ia sudah memaafkannya berharap Ily tak akan mengulangi kesalahannya. Tapi saat mendengar dari Endy bahwa El tengah hamil, Hendra begitu marah padanya. Kali ini Ily benar-benar tak ada kapoknya.
"Pa jagain El sebentar ya. Ahen mau nemuin Ily dulu." Endy mengangguk menyanggupi kemudian membiarkan Hendra keluar.
"Ayah, Ily nanti bisa mati." Bisik Joan pada Bagas. Mereka menonton bagaimana Angkasa mengamuk pada Ily yang kini sudah lemas bersender ditembok dan menjadi samsak oleh Daddy nya. Ia tau ini akan terjadi lagi. Jadi siap tidak siap, dia harus menerimanya tanpa perlawanan.
"Jangan dekati. Angkasa kalo lagi emosi emang gitu." Cegah Bagas pada anaknya yang akan menolong temannya itu. Bisa-bisa Joan ikut diamuk.
Hendra datang dan langsung menahan tangan Angkasa yang akan kembali mengenai wajah sang anak. Angkasa yang melihat Hendra sekuat tenaga menahan emosinya.
Hendra menggeleng untuk menyudahi Angkasa membunuh si sulung.
Plak!!
Setelah mendapat tamparan dari Hendra, barulah Ily ambrug ke lantai rumah sakit itu.
"Bagas! Bawa dia pulang ke Indonesia sekarang juga! Kurung dia di kamarnya dan jangan biarkan dia keluar seinci pun!"
Ily menggeleng kuat mendengar perintah Hendra yang dengan suara lantangnya memberikannya hukuman itu.
Bagas mengangguk mengerti kemudian membantu Ily berdiri dibantu Lio.
"BU!! ILY HARUS JAGAIN EL, BU!! BUBU EL BUTUH ILY, BU!!" Teriak Ily tak terima.
Hendra menahan dirinya untuk melihat Ily. Jika sampai ia melihatnya, sudah dipastikan dia akan merasa iba dengan sulungnya dan menarik kembali perkataannya.
Bagas menyeret paksa Ily agar ikut dengannya. Dia juga memerintahkan yang lainnya untuk ikut dengannya pulang ke Indonesia. Disini biarlah Angkasa dan Hendra yang menjaga El. Ada Andy juga.
"Uncle!! El butuh Ily, Uncle!" Keras Ily sebelum memasuki mobil.
"Kamu bisa mati ditangan Daddy mu sendiri, Ily. Tenangin pikiran kamu. Ini kesalahan kamu. Dan kamu dengar bahkan Bubu mu yang memberi kamu hukuman itu. Nurut, Ily. Atau bisa-bisa kamu ga bakal bisa ketemu El lagi." Ujar Bagas memaksa Ily memasuki mobil yang akan mengantar mereka ke Bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS {S2} ⚠️
Novela JuvenilKalo mau baca mending baca dulu S1 nya {Nenen Mas Hendra} Bukan Obsesi! "Jangan gila lu?!" Dan hanya seringaian mengerikan yang ia dapatkan. Kejadian dimana Angkasa dan Hendra menyesal meninggalkan ke2 anaknya di rumah tanpa pengawasan. #BoyxBoy #Ho...