Malvin

11.4K 431 24
                                    

Ily terbangun tepat pukul 5 pagi saat mendengar suara ribut-ribut di luar kamarnya. Ia bergegas mengumpulkan nyawanya. Takut ada maling.

Untungnya El tak ikut terbangun atau akan semakin heboh nanti.

Cklek.

Ily menatap bingung kedepannya dimana ada 4 koper besar yang berdiri rapi di lantai bawah. Dan lihat. Angkasa, Hendra juga Zara sudah rapi entah mau kemana.

"Ily. Syukurlah kamu sudah bangun. Sini, sayang."

Ily mendekati Hendra. Sementara Angkasa dan Zara sibuk dengan barang-barang mereka.

"Kalian mau kemana?"

"Sayang dengerin Bubu. Oma Renata dan Appa Bion terkena virus berbahaya di Amerika. Disana nggak ada yang jagain. Jadi Bubu, Daddy dan Zara akan kesana. Zara memaksa meski Bubu udah ngelarang karena sekolahnya. Jadi Bubu meminta izin beberapa bulan Zara akan sekolah online. Kamu baik-baik ya dirumah. Doain Oma dan Appa baik-baik aja. Bubu akan selalu mengabari kalian. Sekolah yang bener ya. Jangan nakal. Makan teratur. Nanti Oma Renata dan Appa Endy akan sering datang ke rumah untuk jenguk kalian. Mengerti, sayang?"

Ily mengangguk paham. Tau mereka sedang buru-buru.

"Jam berapa pesawatnya?"

"Jam 6 sayang."

"Ily anterin."

Hendra mengangguk setuju.

"Apa El belum bangun, nak?"

"Belum, Bu. Di kamar Ily."

Hendra naik lagi ke lantai atas. Untuk sekedar mengecup pipi dan kening putranya berpamitan. Membiarkan El istirahat. Nanti biar Ily yang memberitahunya.

Setelahnya mereka semua berangkat. Hampir 30 menit untuk sampai ke bandara.

"Jaga adikmu, Son. Jaga dirimu juga. Kami lama disana. Untuk menjaga Oma dan Appa."

"Kalian hati-hati juga. Anak-anak akan rawan terkena virus nya." Ucapnya mengelus rambut Zara. Gadis 12 tahun itu mengangguk.

"Baiklah. Kami harus pergi. Baik-baik ya, sayang."

Hendra mengecup ke2 pipi dan kening Ily lalu mereka pergi untuk take off. Menyisakan Ily yang mengikuti jalan mereka dengan ekor mata tajamnya sebelum memutuskan untuk pulang. Kasihan El sendirian di rumah.

Sesampainya di rumah, Ily langsung membuat sarapan. Jujur saja dia tak pandai memasak. Tapi dia tak seceroboh Angkasa yang bahkan tak bisa menggoreng telor. Remaja itu membuat mie rebus. Hendra sebenarnya sudah mengatakan untuk tak memakan mie saat sarapan. Tapi ia juga tak ada pilihan. Roti pun ia lupa beli.

2 mangkuk mie rebus sudah tersedia kini. Bertepatan dengan El yang keluar dari kamarnya.

"Bu!!"

Kebiasaan El. Biasanya remaja itu akan memanggil Hendra untuk pertama kali setelah ia membuka matanya di pagi hari.

"BUBU!"

Karena tak mendapat jawaban, El turun kebawah. Melihat Ily yang sibuk mencuci panci bekas memasaknya.

"Kenapa masak mie? Mana bubu?" Tanyanya.

Ily belum menjawab. Remaja itu kembali duduk dimeja makan untuk sarapannya.

Ia pun menjelaskannya. Meski singkat, tapi detail untuk El.

"Nanti juga telepon kalo udah sampe."

El mengangguk mengerti. Setidaknya mereka pergi ada alasannya. Jika hanya untuk liburan, sudah dipastikan El marah besar karena tak diajak atau karena mereka tak berpamitan langsung dengannya.

TWINS {S2} ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang