Kanada

8.3K 366 31
                                    

Ily sampai di Kanada. Kini ia berdiri didepan bandara dengan 1 koper besar yang ia bawa. Dia tak lupa untuk berbelanja keperluannya sebelum berangkat mengingat ia hanya membawa 2 kartu, ponsel dan paspor dari Daddy nya.

Ily sudah sering ke negara orang. Makanya dia tak asing jika sendirian seperti itu. Ia langsung bergerak cepat mencari taxi dan mencari apartemen untuknya tinggal sementara waktu.

Jam menunjukkan pukul 9 pagi Ily baru mendapat apartemennya dan baru bisa isirahat.

Ily tak sebodoh itu untuk bisa bahasa asing. Dia bahkan sudah mengusai 5 bahasa di luar kepalanya. Ingatkan dia yang memang mempunyai kapasitas otak tak terhingga.

Tak ingin berleha-leha hanya untuk beristirahat, Ily mengganti pakaiannya cepat dan keluar lagi. Dia harus mendaftar untuk melanjutkan sekolahnya. Mengingat Angkasa sudah bicara padanya jika pria itu sudah membuatkan surat pengunduran diri untuknya dari sekolah lamanya.

Ily mencari di internet sekolah menengah atas yang bagus dan terbaik. Bukannya dia harus lulus dengan nilai baik agar kerjanya nanti bisa memuaskan?

Saat jam menunjukkan pukul 3 sore, Ily akhirnya mendaftar di sekolah ternama meski jauh dari apartemennya. Ia bergerak lagi untuk membeli sebuah motor. Dia harus hemat. Hidup di Kanada membutuhkan banyak uang dan ia hanya mempunyai 10M untuk bertahan hidup di negara itu.

Ily mendapatkan motor yang sama seperti yang ia punya di rumahnya. Dia pun kembali ke apartemennya baru untuk beristirahat. Tapi tak lupa ia mampir dulu ke supermarket disana untuk membeli bahan-bahan makanan instan untuk sarapan dan makannya. Ingatkan ia yang tak bisa memasak. Ia kini menyesali karena terus menolak Hendra yang selalu mengajaknya belajar memasak.

Ily harus mandiri. Dia harus bisa bertahan. Mengingat pesan angkasa agara ia tak membunuh dirinya secara perlahan agar bisa bertemu keluarganya lagi.

Setelah mandi, baru ia menjatuhkan dirinya diatas kasurnya. Menghela napasnya kasar. Dia harus bisa. Ya akan ia lakukan apapun agar bisa kembali melihat El.

***

Keesokan harinya...

El sampai di sekolahnya tepat waktu. Ia izin sehari kemarin untuk penyembuhannya dan sekarang ia sudah normal kembali.

"EL!!"

"NGGAK USAH TERIAK ANJING GW GA BUDEG!!"

"LU JUGA TERIAK, DUGONG!!"

"BRISIK, BANGSAT!!"

Hening. Mereka diam setelah mendengar teriakan membahana Kael.

"Nah gitu kek. Pagi-pagi udah ribut aja."

Mereka membiarkan El duduk terlebih dahulu baru bertanya.

"Ily kenapa pindah, El? Kontaknya udah nggak aktif pula." tanya Joan.

"Dia pengen lanjut ke Kanada katanya."

"Kok mendadak?"

"Gw juga nggak tau."

"Parah sih dia pergi ga pamit. Malah kemarin langsung gempar ketosnya ngilang gitu aja. Tau-taunya bokap lu ngumumin kalo Ily mengundurkan diri dari jabatannya dan dari sekolah." Jelas Lio.

"Iya. Cewek-ceweknya langsung pada heboh patah hati berjamaah karena ditinggal pujaan hati katanya." Lanjut Farren.

"Nggak peduli sih gw."

"Lah iya kemarin lu katanya sakit. Dah sembuh aja."

"Cuma demam biasa elah. Udah ah gw mau ke loker. Jadi lupa kan."

"Yaudah sama gw ayo. Gw juga mau ngambil buku." El mengangguk. Kael langsung mengekorinya keluar kelas menuju ruang loker.

Ditengah perjalanan, ke2nya berhenti karena ada yang menghalangi. El menatap sengit 3 remaja didepannya itu.

TWINS {S2} ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang