Satu bulan berlalu dengan cepat tanpa gangguan apapun.
Ya tanpa gangguan. Kampus tengah gempar dengan menghilangnya sosok Malvin tanpa kabar. Sudah lama Malvin absen. No nya sudah tidak aktif. Keluarganya juga sama. Tak ada yang bisa dihubungi.
Ily sempat curiga dengan pemuda itu. Pasti ada yang disembunyikan olehnya atau dengan kata lain dia cemas dengan El. Mengingat betapa gilanya dia dengan kekasihnya itu.
"Abang. Zara mau ke taman yang deket perpustakaan itu ya. Soalnya lagi ada bazar." Zara menghampiri El yang tengah bermain game di kamarnya. Ily sedang ada pemotretan dari siang sampai sore. Jadi saat ini hanya mereka yang ada dirumah.
"Sama siapa?"
"Nanti temen-temenku pada kesana."
"Yaudah Abang ikut. Abang mandi dulu."
"Hehe asikkk ada yang traktir."
"Dihh... Yaudah tunggu ya."
"Okeyy."
El langsung bergegas mandi. Dia juga ingin melihat bazarnya. Siapa tau ada yang menarik perhatiannya.
Tak lama hingga ia siap. Hanya dengan menggunakan kaos putih, celana jeans selutut dan sepatu putihnya. Udara sedang panas sore-sore begitu jadi ia enggan menggunakan jaket atau semacamnya.
"Ayo." Ujarnya pada Zara yang menunggunya. Gadis SMA itu mengangguk dan mereka keluar. El menggunakan motor metiknya yang jarang ia gunakan itu. Zara ikut saja. Selagi mereka bisa sampai disana dengan selamat, dia mah jalan kaki juga oke.
Hampir menghabiskan 20 menit untuk sampai di tempat ramai itu. Setelah memarkirkan motornya, El menyusul Zara yang bergabung bersama teman-temannya.
"Abang mau ikut kita?"
"Ya sekalian jagain lu."
"Okee. Mari duitku. Kita memborong." Ucap Zara pada El yang mengundang tawa ke6 kawanya itu. El hanya mencibir karena bisa dipastikan pas pulang nanti, dompetnya menipis. Tak apa. Atm hidupnya masih ada dan dia sedang bekerja. Wkwk...
Kuliner dan barang-barang yang terjual cukup murah berjejer rapi mengundang jiwa pemborong seperti Zara dan teman-temannya. Bahkan mereka melihat-lihat sambil makan. Dan tentu saja El yang membayar mereka. Itung-itung sedekah. Pikirnya.
El hanya membeli bakso bakar dan es krim saja. Sama dia juga makan sambil jalan. Mengekor kaum betina itu.
"Ra. Kita mau kesana. Ikut?" Salah satu temen Zara menunjuk stand yang menjual aksesoris manik-manik.
"Gw ke sana dulu. Mau beli cimol. Nanti gw nyusul."
"Okee."
Dan tinggallah Zara dan El yang menuju penjual cimol seperti yang Zara inginkan.
El menoleh kebelakangnya saat ada sesuatu yang menabrak kakinya. Langsung refleks menolong bocah yang nyungsruk saat oleng tadi.
Seketika bocah laki-laki itu menangis karena sakit di lututnya.
"Eh eh eh. Cup cup. Kamu nggak papa?"
Oh ayolah El. Itu pertanyaan klasik. Sudah jelas bocah itu menangis ya pasti ada yang luka.
Zara mendekati sang kakak yang sudah menggendong anak kecil itu. Umurnya sekitaran 3 tahunan.
"Cup cup adek mau apa? Kakak beliin ya." Bujuknya. Tapi bocah itu tak kunjung diam.
"Ra beliin Abang es krim, Ra."
"Okeee."
El duduk di kursi taman dengan anak itu yang memeluknya. Wajahnya sudah merah padam dan sembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS {S2} ⚠️
Teen FictionKalo mau baca mending baca dulu S1 nya {Nenen Mas Hendra} Bukan Obsesi! "Jangan gila lu?!" Dan hanya seringaian mengerikan yang ia dapatkan. Kejadian dimana Angkasa dan Hendra menyesal meninggalkan ke2 anaknya di rumah tanpa pengawasan. #BoyxBoy #Ho...