Pasar Malam

4.6K 265 6
                                    

Tempat ramai itu kini tengah ke3nya datangi untuk bermain. Jam masih menunjukkan pukul 7 malam.

"Woahh! Abang mau naik itu. Itu juga. Wahh yang itu yang itu. Aku mau makan itu. Yang itu juga."

Si kembar menghela napasnya. Baru juga sampai si bungsu sudah asal tunjuk saja.

"Satu-satu atuh. Inget jangan jauh-jauh dari Abang." Peringatan El yang langsung diangguki semangat oleh Zara.

Waktu ber3 mereka gunakan untuk bersenang-senang. Ily tidak. Dia hanya mengekor 2 adiknya yang begitu aktif.

Ily bahkan menolak menaiki wahana-wahana itu. Bukannya takut, tapi dia malas. Jadi selama ke2 adiknya bermain, dia hanya membelikan tiket dan makanan untuk mereka. Sebut saja dia ATM berjalan ke2 remaja itu.

Dan tentu saja mereka senang karena ada yang mentraktirnya.

"Huh cape. Tapi masih mau main." Ujar Zara duduk di kursi yang tersedia dengan popcorn ditangannya. El juga sigap memakan permen kapas nya yang ke6 itu.

"Puasin dulu. Mumpung besok libur."

Zara mengangguk semangat.

"Ke rumah hantu ya, Bang."

"Gotcha!!"

Ily sekali lagi menghela napasnya lalu mengikuti kemana ke2 adiknya pergi. Tak lama 3 tiket masuk rumah seram itu Ily dapatkan.

Kali ini ia ikut. Menjaga 2 bocah didepannya.

Dengan sok beraninya mereka jalan santai memasukinya. Ily yakin ia yang akan jadi gantungan untuk mereka.

"Huwaaa!"

"Anjing kaget!!"

"Abang seremm!!"

"Aaaaa!!"

"Abang huwaa kaki akuuu!"

Ily menyentak badan Zara untuk menempel ke tubuhnya. Tadi ada tangan yang sengaja menyentuh kaki itu untuk menakutinya.

"Huwaaa anjing!!"

Ily dengan sigap menangkap tubuh itu yang refleks lompat ke gendongannya lalu menyembunyikan wajahnya di dada Ily. Enggan melanjutkan melihat kondisi seram itu.

Ily menopang bokong padat kenyal itu dengan 1 tangannya sementara tangan 1 nya lagi menggandeng tangan si bungsu.

Sesuai dugaannya.

"Abang mau keluar."

Ily berdehem kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sana. Padahal mereka yang semangat bermain tapi hanya karena hantu bohongan mereka jadi keringat dingin seperti itu.

Akhirnya sampailah mereka didepan rumah hantu itu. Sudah keluar. Zara mengatur napasnya yang memburu. Sementara Ily mengelus-elus punggung El yang masih gemetar. Tentu saja remaja yang digendongnya itu menjadi pusat perhatian membuatnya terkekeh gemas.

"Udah keluar ini." Ucapnya.

El dengan gugup mengintip. Dan dengan kesadaran full ia refleks turun dari gendongan Ily dengan muka sok datarnya. Mencairkan suasana yang membuatnya malu setengah mati.

Ily hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Begitu lucu kembarannya itu.

"Ma-mau ke toilet gw." Ucapnya terbata-bata.

"Ayo."

"Ya ngapain lu ikut, bangke?! Gw sendiri aja. Lu jagain Zara."

"Hm. Langsung kesini lagi."

"Iya iya."

Setelahnya El pergi menuju kamar mandi untuk meredakan gugup hatinya.

"Abang mau itu." Zara menunjuk stand makanan yang lain. Ily mengangguk kemudian mereka kesana untuk membelinya.

TWINS {S2} ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang