Oke, boleehhh juga
Selamat bersua dengan si denial & si minderan 👌🏻
•
•Meneguk tandas es kopi vietnam yang tinggal separuh, Rony menatap angka pada arlojinya. Jika dirasakan, ini telah lewat 45 menit dari kesepakatan waktu yang mamanya infokan.
"Pertemuan pertama dan telat? Oke, maka ini tidak akan berhasil juga pada akhirnya," desah lelaki itu tak ambil perkara dan memilih beranjak dari kursi nyaman sebuah coffeeshop bernuansa hijau muda. Menggugurkan peluang untuknya merenda hubungan baru dengan perempuan ke-delapan di sepanjang tahun ini yang dengan sengaja memang dikenalkan oleh sang mama melalui beberapa kolega. Hm, rajin juga.
"Yang gini-gini nih Mama gak pernah percaya, pasti gue lagi yang diomelin, dibilang gak sabaran atau sekadar nyari alasan. Padahal merekanya aja yang kadang gak menghargai dan menyadari bahwa first impression itu penting sebelum membangun relasi."
Selama ini, Rony memang tak pernah menolak segala bentuk 'kencan buta' yang diatur untuknya. Semata dengan niat menyenangkan hati Mamanya, tidak lebih tidak kurang. Beruntungnya, hampir semua kandas dengan sebab yang berasal dari pihak perempuan. Yah, minimal, ia tak lantas dicap sebagai lelaki brengsek kemudian.
Setelah mengecek tak ada pesan khusus dari bagian scheduling yang biasa mengotak-atik jadwal terbang, Rony melajukan Range Rover hitamnya kembali menuju Rumah Sakit Mayapadma guna mengikuti perkembangan kasus Paul, dengan kemungkinan besar Salma juga masih berada disana.
Seperti biasa, rindunya telah menumpuk akan figur manis gadis itu, telinganya pun haus akan gelak tawa yang memanja kalbu, padahal baru hitungan jam mereka berpisah, Rony sudah menuntut jumpa segera.
Lorong gedung tempat banyak manusia berikhtiar sehat ini cukup ramai, memang bertepatan dengan jam besuk. Dan sepanjang dari lobby utama, Rony merasa ia sudah jadi pusat perhatian beberapa pasang mata, baik dari pengunjung atau pegawainya yang lalu lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENAMOURED (UNDER CONSTRUCTION)
Fanfiction👩🏻⚕️👨🏻✈️ Doctor Pilot Romance! "Setiap aku lepas landas, maka kulupakan sejenak tentangmu dan dunia. Meski begitu, senyumanmu tetap terukir indah di gugusan awan, pun binar matamu mengalahkan semburat mentari yang kupandang. Kunikmati ia semam...