Rute 12 - Lebur Nurbaya

1.4K 120 45
                                    

*cetak miring = flashback

Siang itu, mengenakan seragam SMA yang masih sangatlah licin, Salma duduk bersila di bangku taman belakang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu, mengenakan seragam SMA yang masih sangatlah licin, Salma duduk bersila di bangku taman belakang sekolah. Sesekali ia memegangi perutnya yang kram sebab tertawa, berganti menutup mulutnya yang lantang bersuara.

"Ketawa mulu, orang lucunya udah lewat dari tadi." Rony yang baru bergabung di sebelahnya menginterupsi.

"Masih lucu aja Ron, anak orang main lo gertak sampai patah dia punya kacamata. Dilaporin Bapaknya tahu rasa!"

Lelaki muda itu mencemeeh, "Lagian genit maksa banget ngajakin lo jalan. Kita masuk SMA juga belum ada sebulan, sokab banget. Mana apaan tuh tadi? Asmaya Asmaya, seenak jidat aja ngubah nama orang, dikata sesak napas segala Asma."

Salma memukul punggung Rony keras, yang jikalau tak Tuhan lindungi dengan tulang rusuk, bisa jadi jantung miliknya melompat keluar. "Ya mungkin dia emang mau temenan sama gue. Wah gawat nih ... kalau begini ceritanya gue bakal susah punya teman baru, semuanya aja lo usir. Kemarin juga gitu kan, Lian ... si anak kelas sebelah yang cuma mau ngasih bekal dia buat gue ... eh malah direbut sama lo, mana dimakan terang-terangan lagi di depan muka dia. Belum soal Bambang, Asnawi, Kurnia yang cuma mau ngasih gue permen kaki, lo ajak berantem semua."

"Itu karena gue tahu mereka bertiga jadiin lo bahan taruhan, enak aja!"
Dengan cepat, Rony memberi peringatan. "Apalagi si Lian tuh, playboy kardus kaya dia gak boleh dekat-dekat."

Gadis itu menggeleng heran.
"Sebulan belum ada Ron, tapi lo udah bisa ya ngecap anak lain playboy?"

Sekali gamitan pada leher Salma, membawa tubuh mereka lebih rapat, memudahkan Rony untuk berbisik, "Jangan salah, cowok tuh punya radar, gampang buat kita tahu mana yang golongan domba mana yang setelannya buaya."

Dengan senyum miringnya, Salma menimpali, "Itu sih karena lo sama-sama buaya makanya bisa gampang ngeh sama bangsanya."

Lalu, decakan sebal Rony terdengar, mengingkari kedekatan mereka lebih dulu.

Melihatnya, kembali Salma dibuat tertawa. "Oke, oke sekarang paham. Intinya semua itu merujuk satu poin utama ... lo takut kehilangan gue kan? Lo takut kesaing. Takut kalau gue ketemu cowok-cowok lain yang berkali lipat lebih keren, lebih pinter, lebih ekspresif, lebih segalanya, lebih-"

"Bacot! Udah, nih minum," potong Rony mengulurkan sebotol air berperisa mangga dengan butiran jelly kecil di dalamnya.

"Jangan ngalihin, ngaku dulu, cepat!" tantang Salma mendekatkan wajah, hingga sapuan napas hangat dari cupingnya, lembut menerpa wajah Rony yang jadi terlena.

Itu jelas memunculkan debaran jantung tak menentu kala hormon euforia mendadak meledak di otak. Mengusutkan tuas penumpu gerak dunia miliknya yang sekejap jadi bisu, bak hampa udara. Di detik ini lah, ia resmi jatuh cinta.

ENAMOURED (UNDER CONSTRUCTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang