👩🏻⚕️👨🏻✈️ Doctor Pilot Romance!
"Setiap aku lepas landas, maka kulupakan sejenak tentangmu dan dunia. Meski begitu, senyumanmu tetap terukir indah di gugusan awan, pun binar matamu mengalahkan semburat mentari yang kupandang. Kunikmati ia semam...
WP SalmaxRony ini 100% fiksi Visualisasi bersumber dari Pinterest
Tiktok : @momomarsha_
Mohon maaf jika masih ada typo dalam penulisan:)
Guna mendukung cerita ini, jika dirasa suka bisa bantu vote dan tinggalkan komen yaa dear 🖤
Safe flight!
___
✈️
"Benar kata orang bahwa cinta itu buta. Tapi sebuta-butanya cinta, mengapa harus kamu juga orangnya?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langkah gontai membawa tubuh lelah Adhyasta Rony Adzani memasuki kamar pribadinya.
Beres meletakkan ponsel di atas nakas, lelaki berusia 28 tahun itu segera menghempaskan tubuhnya ke pelukan ranjang.
Inginnya sederhana yakni melepas bebas rasa penat, buah dari padatnya jadwal terbang selama dua pekan terakhir sebagai Senior First Officer yang siap dipromosikan sebagai Kapten di maskapainya.
Dengan masih berbalut seragam pilot ber-bar tiga kebanggaan, ia pun hikmat melesat menuju alam mimpi. Hingga, belum redam sukma menyentuh ambang ketenangan, suara manis yang setengah nyaring terdengar meneriakkan namanya.
Langkah kaki yang berbuah sensasi lesakan duduk pun kini terasa di bidang kanan tempat tidur —–seperti dugaan, sang pemilik suara itu beringsut mendekat.
"Bangun bentar dong, jangan tidur dulu. Please." Tampak tubuh Rony diguncang-guncang, membuatnya sedikit mendengus kesal tapi masih berusaha menyisipinya dengan senyuman.
Tak jua menyerah. "Ronnn. Ayolah Ron melek, gue janji deh ini gak akan nyampe setengah jam," pintanya terkekeh kecil sembari mengelus pelan kelopak mata lelaki itu yang sontak berkedut lucu.
Rony menarik napas seakan mengembalikan setengah nyawanya masuk ke dalam raga dan dengan tetap mempertahankan posisi, ia seolah berbisik, "Apa, Ca? Lo kangen banget ya sama gue?" Mata yang jujur sudah sangat berat menuntut lelap itu terbuka, menemukan sosok bidadari kasat rupa bernama Salma.
Salmaya Lareina Anantavirya, atau lebih akrab disapa Caca oleh lingkup terdekatnya, sahabat Rony sejak kelas 5 SD, sejak orangtuanya membeli rumah tepat di samping rumah gadis itu 18 tahun silam.
"Dih! Jijik banget Ron, gak ada ya kangen-kangenan." Salma mencebik sembari menaikkan kedua kakinya dan bersilah di atas ranjang, bersamaan dengan Rony yang menggeser tubuh sedikit ke kiri, guna memberi ruang untuknya.
