Angin dingin meraba kulit Paul yang meremang tegang, dengan wajah gusar lelaki itu duduk di lorong Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Mayapadma.
Napasnya kadang kala memburu, degup jantungnya pun terpacu lebih riuh, mengikuti arus pikiran yang mengembara. Mengesampingkan rasa nyeri yang tak ia sadari sumbernya.
Tak kalah, peluhnya turut manganak sungai di dahi, buah dari kekhawatiran dan rasa bersalah dalam diri.
"Goblog banget gue, coba tadi lebih hati-hati, situasi kaya gini pasti bisa dihindari, gue gak akan bikin susah orang, bikin celaka orang!" ucapnya meremas kepala sendiri dengan tangan kiri, membiarkan rambut itu teracak kusut setelahnya.
3 jam yang lalu.
"Gue balik ya," pamit Paul seraya meraih jaket kulit cokelat miliknya yang tersampir di punggung sofa apartment Alvin, teman karibnya sejak di bangku Sekolah Menengah Atas.
Ia rasa waktu pertemuan hari ini sudah lebih dari porsi, walau bagi anak muda seperti mereka hal tentang nongkrong itu tak pernah ada rasa puasnya alias seandainya boleh dilakukan sepanjang hidup pasti akan diiyakan tanpa pikir panjang.
Alvin yang justru kembali menyulut sebatang rokok di tangannya menawarkan, "Gak nginep aja lo, lama gak ngumpul gini masih banyak loh yang perlu kita obrolin, tuh botol kedua aja belum dibuka," tunjuknya asal pada sebotol minuman fermentasi anggur di sudut meja, berdampingan dengan beberapa jenis makanan ringan yang sebagian hanya tinggal sisa-sisa tak beraturan. "Apa perlu gue orderin yang lain lagi, yok mau apa?" lanjutnya meraba ponsel, membuka layanan pesan antar favoritnya.
Menahan gerak tangan Alvin, Paul hanya menggeleng ringan, lanjut mengemasi barang bawaannya agar tak ketinggalan.
"Betah banget jadi tahanan bokap, santai dikitlah bro, hidup itu dilemesin aja, ini Febrian juga baru on the way gabung, lo kok malah cabut." Baginya ini masih terlalu pagi untuk cepat kembali. Jam penyihir belum mereka injak, amat sayang jika buru-buru beranjak.
Menyesap sisa minumannya, Paul menatap lepas city view yang tersaji luas di hadapan melalui jendela besar. "Masih ada hari besok, lagi kemungkinan gue stay lama di Jakarta." sebab memilih kota kelahirannya ini untuk memulai tugas magang sebagai syarat pengajuan lisensi arsitek profesional. Bergeser meletakkan gelasnya rapi, ia menepuk bahu Alvin dua kali. "Udah sampaikan aja salam gue buat Febrian."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENAMOURED (UNDER CONSTRUCTION)
Fanfiction👩🏻⚕️👨🏻✈️ Doctor Pilot Romance! "Setiap aku lepas landas, maka kulupakan sejenak tentangmu dan dunia. Meski begitu, senyumanmu tetap terukir indah di gugusan awan, pun binar matamu mengalahkan semburat mentari yang kupandang. Kunikmati ia semam...