Berada di bangunan villa megah yang berdiri di sebuah private island, seorang pria paruh baya berpenampilan parlente tampak tersengal-sengal menyesap cerutu antik di tangan. Raut senja miliknya menegang, mata nyalangnya bergerak kesana-kemari bak dicengkeram resah setelah mendapat kabar tak menguntungkan berkaitan dengan sang puan yang begitu ia sayang.
"Kabar Bu Henny melakukan visum sudah terkonfirmasi valid, Pak," ucap sekretaris pribadinya, seraya menyodorkan tab berisi rincian nama rumah sakit, tanggal, jam dan lain sebagainya.
"Hasilnya?" potong sang tuan menggebu-gebu, sejenak mengesampingkan apa yang ada di depannya.
"Sudah berhasil diamankan. Bu Henny tidak mempunyai salinannya."
"Lalu, bagaimana dengan dokternya?"
Sekretaris itu kemudian bergerak menggeser layar, hingga terpampang biodata Salma yang teramat lengkap, hingga nama kucing peliharaannya tertera di sana.
Sesaat sang tuan tertegun, memindai cepat sosok yang ia takutkan menjadi ancaman atau justru malah berdaya dijadikan 'tangan panjangnya' kemudian (?) hingga dengan perlahan ia beralih menyandarkan punggung ke kursi putar. "Awasi saja, mungkin suatu hari kita membutuhkan perannya."
"Juga, Pak ... dia putri ...." Lelaki muda dengan brewok yang tumbuh di sepanjang garis rahang itu tak berani melanjutkan, namun memahami tuannya tak bodoh melewatkan kebenaran bahwa ayah Salma bukanlah orang sembarangan.
"Kamu jelas tahu saya tidak peduli dengan itu!"
"Baik, maaf, Pak."
"Oh iya, bagaimana keadaan Henny? Dia masih mengurung diri?"
"Bu Henny sudah bersedia keluar kamar, bahkan sudah memasak makanan kesukaan Bapak."
Gemericik kecil liquid coklat bening fermentasi serealia, membuka titahnya kemudian. "Pukul 5 sore siapkan kapal, saya makan malam di rumah."
"Baik, Pak."
Sepeninggalan sang sekretaris, pikiran pria itu menjadi sedikit lebih tenang. Membawa dirinya memutar singgasana, memandang deburan ombak yang terbelah di celah karang--tegak, besar nan menantang pada tajam hantaman gelombang hingga terpecah menjadi buih-buih lemah. Seperti namanya, Gigih Waskita, ia selalu memperoleh apa yang ia mau, tak peduli dengan jalan baik atau bahkan terjal belukar sekalipun.
Menggoyang sloki berisi whiskey, ia lirih menyayangkan, "Kenapa kamu selalu membuat jalan yang harus saya tempuh menjadi rumit, Hen?"
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
ENAMOURED (UNDER CONSTRUCTION)
Fanfic👩🏻⚕️👨🏻✈️ Doctor Pilot Romance! "Setiap aku lepas landas, maka kulupakan sejenak tentangmu dan dunia. Meski begitu, senyumanmu tetap terukir indah di gugusan awan, pun binar matamu mengalahkan semburat mentari yang kupandang. Kunikmati ia semam...