🖤
"Gimana kalau ternyata dia cuma hidup di kepala lo doang, Sal?"
...
Novia yang menyadari perubahan raut wajah Salma pun menyenggol lengannya. "Rasanya pertanyaan gue gak seberat soal UKMPPD, tapi kenapa lo kaya mikir keras banget buat jawab. Why?"
Diprovokasi demikian, Salma lantas menggeleng cepat. Nyatanya setelah dipertimbangkan, jawabannya cukup m- ... bahkan sangat mudah. Maka, ia pusatkan satu napas dalam satu tarikan bahwa benar, "Kepala dan hati gue itu udah sinkron, Pi. Jadi, ya memang Kak Adrian hidup di keduanya, penuh," pungkasnya mantap.
Melihat betapa tak ada keraguan dalam ucapan Salma, Novia mengangguk-angguk. "Oh namanya Adrian, cakep, secakep orangnya."
Salma yang akhirnya merasa bahwa Novia memang sedang menggodanya sedari tadi menelisik, "Ah, lo ngeledek gue aja kan yaaa? Nyebelin!"
Tawa Novia timbul.
"Sorry. Iya iyaa gue tahu seorang Salmaya itu gak pernah main-main kalau udah urusan sama yang namanya hati. Selama lo bahagia, gue sebagai teman cuma bisa nyumbang doa, nyumbang duitnya sih ntar aja ya nunggu lo beneran nikah," ucapnya seringan kapas.Dan itu berhasil memunculkan rona merah di kedua pipi Salma. Menikah? Ah, bahkan ia sudah melayang hanya dengan membayangkannya, lagi.
"Terus gimana Pi, sensasi masuk Kesehatan Jiwa?" tanya Salma membangun topik yang lain, perihal pilihan perempuan berusia satu tahun lebih tua darinya itu --yang memang sudah resmi bergelar psikiater sejak dua bulan lalu.
Sekadar informasi, Novia memang menempuh residensi segera setelah menyelesaikan masa internshipnya dulu --tipe manusia yang cukup ambisius di akademik. Berbeda dengan Salma yang harus rela menunggu hampir dua tahun lamanya karena untuk bisa memperoleh rekomendasi masuk forensik itu sedikit lebih rumit dibanding spesialisasi yang lain.
Kembali pada pertanyaan Salma, bukannya menjawab Novia justru balik melempar tanya, "Lo lihatnya gimana?"
Salma mencebik, "Menurut kacamata gue sih ... " Ia gantung jawaban dengan kesan seolah-olah memindai Novia dari ujung kaki ke ujung kepala. "Lo ikutan jadi 'gila'!"
Dikatakan begitu, Novia langsung memegang perutnya yang geli, kemudian tampangnya berubah memelas seketika. "Mana iya lagi, rasa-rasanya gue mau ikutan jadi gila, sebagian besar pasien gue beneran extraordinary, apalagi kalau udah masuk sesinya gue ketemu sama ...." Novia segera menghentikan itu dengan senyuman kikuk, saat sadar ia hampir saja keceplosan membocorkan privasi salah satu pasien pentingnya yang belum lama ia tangani langsung secara intens.
Salma hanya menggeleng, sebelum mereka teralih dengan, "Asik banget, lagi gosipin gue ya lu berdua?" tebak Rony enteng, yang baru datang menenteng sepiring sate pariaman lengkap dengan kerupuk merah dan lontong di tangannya. Di detik ini, mata Rony menabrak mata Novia sebelum akhirnya berfokus pada mata indah favoritnya, mata indah Salmaya.
Tak mendapat pencerahan.
"Beneran lagi gosipin gue kayanya," lanjutnya spontan membuat kedua wanita di depannya kompak memutar bola mata malas, kemudian berlalu meninggalkan Rony yang jadi heran."Lah? Pada disamperin malah guenya ditinggal," cicit Rony mengelus tengkuknya sendiri, memperhatikan arah yang berbeda dari kedua orang itu pergi, bergantian.
Mencoba asyik dengan dunianya, Rony mendadak meremang saat bisikan lembut Salma membuai telinganya. "Copotin dulu kali dari tusukannya, nanti susuk lo hilang kan sayang." Perempuan itu telah kembali berada dekat di sisi Rony selepas berburu puding capuccino dari stand dessert.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENAMOURED (UNDER CONSTRUCTION)
Fanfiction👩🏻⚕️👨🏻✈️ Doctor Pilot Romance! "Setiap aku lepas landas, maka kulupakan sejenak tentangmu dan dunia. Meski begitu, senyumanmu tetap terukir indah di gugusan awan, pun binar matamu mengalahkan semburat mentari yang kupandang. Kunikmati ia semam...