Jisung menatap sendu pada punggung lebar Sang kakak yang tengah sibuk berkemas, untuk seterusnya pemuda itu akan tinggal sendiri karena pekerjaan Jaemin menuntut pria tersebut untuk tinggal. Jaemin bilang gajinya sangat tinggi, bahkan Jisung telah menerima 15 juta won untuk membayar sekolah dan uang pendaftaran kuliahnya.
Tetapi ia tidak mengetahui dengan jelas, pekerjaan seperti apa yang kakaknya itu dapatkan? Jaemin juga menolak menjawab dan hanya meminta Jisung untuk tidak mempertanyakannya lagi.
Jaemin sendiri telah meminta gaji di muka pada Jeno, ia sudah menerima setengah gajinya, pria itu juga sudah membayar hutang untuk bulan ini sebesar 5 juta won, dan menyisihkan 5 juta lagi untuk dirinya sendiri. Kesempatan tidak datang dua kali, apapun pantangannya akan ia hadapi.
"Berapa lama aku akan sendirian?" tanya Jisung, membuat pergerakan Jaemin terhenti.
"Kau tidak akan sendirian, aku akan berkunjung kemari jika aku memang diizinkan untuk meminta waktu luang. Kau masih tanggungjawab-ku, jadi jangan khawatir jika aku tidak akan kembali."
Jaemin menutup koper miliknya, barang-barang yang ia butuhkan sudah tertata rapi. Pria itu berbalik menghadap Jisung, sorot tak rela itu memandang dengan cara yang serupa, tetapi mau bagaimana lagi? Pekerjaan ini juga tanggungjawabnya, Jaemin tidak bisa menolak permintaan Jeno.
Ia melangkah mendekat pada yang lebih muda, satu tangan pria itu menepuk pundak Jisung. "Aku akan mengirimkan setengah gajiku padamu setiap bulan, kau harus menggunakannya dengan baik. Akan lebih baik jika kau bisa menyisihkan beberapa, karena itu bisa kau gunakan saat keadaan mendesak, mengerti?"
——o0o——
Sulit untuk mengatakan siapa yang dimangsa sebenarnya? Jeno? Jaemin?
Jaemin dari awal memang berniat memanfaatkan Jeno, tetapi ia tidak tahu jika Jeno akan membuat penawaran yang lebih besar dari yang ia kira. Sedangkan Jeno... Jaemin tidak tahu, apa tujuan pria itu memilih dirinya sebagai model? Apa karena ia tampan? Cantik? Menarik? Oh, Jaemin hanya bisa memikirkan pujian sekarang.
Tapi sepertinya Jeno mulai berpikir bahwa membayar seseorang juga berarti memiliki hak atas hidup seseorang tersebut, sebab bila ia ingin dianggap tinggi maka uang yang harus ia keluarkan pun bernilai tinggi. Dan jika Jaemin berniat mengajukan angka yang lebih besar, maka pria itu harus siap menjadikan Jeno sebagai seseorang nomor satu.
"Berdiri di sana, buka pakaianmu, sisakan celana pendek atau celana dalam."
"A-apa? Tapi itu tidak ada dalam perjanjian—"
"Yang tidak ada dalam pernjanjian adalah jika aku memintamu memperlihatkan penismu padaku. Aku hanya memintamu membuka pakaian karena akan mengukur tubuhmu agar aku bisa mengira-ngira berapa meter kain yang ku butuhkan. Apa yang sebenarnya kau pikirkan, bajingan mesum?"
Pedas.
Oh, Jaemin hanya bisa membuka mulutnya tidak percaya kali ini, Jeno mengatakan itu tanpa menatap dirinya. Bayangkan saja rasanya dianggap mesum ketika JAEMIN SEDANG BERUSAHA UNTUK MEMPERTAHANKAN HARGA DIRINYA.
Jaemin ingin mengeluh, tetapi setengah gajinya sudah ia terima, mau tidak mau pria itu harus menuruti perintah Jeno. Jaemin harus profesional, ia tidak dibayar untuk menolak dan mencela bagaimana cara Jeno berbicara padanya, sebab yang punya uang di sini adalah Jeno, bukan Jaemin.
Pria itu menghela sebelum menanggalkan satu-persatu pakaiannya, ia tidak rela karena selama ini belum ada yang pernah melihat tubuhnya secara keseluruhan seperti ini, bahkan Jisung tak pernah. Jaemin tidak suka mengenakan pakaian ketat yang memperlihatkan bentuk tubuhnya, itu menganggu karena sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BUILD A HOME || JAEMJEN [✓]
Fanfiction[BXB] [M] [Ft. DongMark] "It's not the stab in the back that kills you, it's when you turn around and see whose holding knife." Inspired by manhwa 'The Pizza Delivery Man and the Gold Palace'. ©aksaratunggal_