Jeno membawa Jaemin ke mobilnya, awalnya Jaemin sangat ragu untuk masuk dan duduk karena kini pantatnya gemetar. Tentu saja, orang miskin mana yang tidak gemetar untuk menempatkan pantatnya di mobil Bugatti La Voiture Noire? Jaemin rasanya mau mati, bahkan harga dirinya tidak semahal mobil ini.
Tapi ia tidak mau heran karena keluarga Aiden Lee memang kaya raya, namun tetap saja ia harus berhati-hati supaya tidak membuat lecet karena Jaemin tidak mau menghabiskan uang untuk membayar ganti ruginya.
"Apa yang ingin anda bicarakan, tuan?" tanyanya setelah keduanya benar-benar masuk.
Jeno diam sebentar, ia lalu meraih amplop coklat yang sedari tadi tergeletak mengenaskan di dasbor mobil, lalu memberikannya pada Jaemin. "Itu upahmu, aku lupa memberikannya semalam karena kau buru-buru pergi."
Nadanya sangat dingin, Jeno bahkan tidak menatapnya, Jaemin jadi ragu untuk menerima amplop itu. Hey, itu terlalu tebal untuk pekerjaan yang tidak cukup berat, bahkan selesai hanya dalam beberapa jam saja. "Saya rasa ini agak berlebihan, anda bisa memberi saya seperempatnya."
"Apakah sulit untuk menerima saja?!" Jeno sedikit melempar amplop tersebut ke pangkuan Jaemin, membuat pria itu cukup terkejut. Ia hanya menggumamkan kata maaf dan terimakasih karena tidak berani buka suara lagi, adik boss-nya ini sepertinya tidak sedang dalam mood yang baik.
"Aku ingin menawarkan pekerjaan untukmu, sebagai model-ku."
"M-model? Saya?"
"Ya. Aku baru saja menyelesaikan beberapa desain busana dan akan segera mengerjakannya, jika kau berkenan maka datanglah ke tempatku untuk melakukan pengukuran. Jika kau khawatir dengan bayarannya, itu bisa kita diskusikan."
Hening. Apakah pria di sebelahnya ini seorang desainer? Tapi kenapa Jaemin? Maksudnya, Jaemin bahkan tidak punya pengalaman apapun untuk merasa pantas menjadi model, meskipun ia tampan.
"Tapi aku tidak punya waktu, aku bekerja seharian penuh di cafe, dan minggu aku harus bekerja di bar."
"Keluar." Jaemin tersentak, oh apakah tawarannya sudah kadaluwarsa dalam beberapa detik lalu? Yah, ia harap Jeno bisa menemukan orang yang lebih baik dalam hal ini, menjadi model pasti juga sulit 'kan?
Jaemin lagi-lagi menggumamkan kata terimakasih kemudian membuka pintu mobil, namun belum sempat ia menurunkan satu kakinya, Jeno kembali bicara. "Aku memberimu waktu 24 jam untuk memikirkannya."
"Ah, tapi tuan—"
"Pergilah, aku ada urusan."
——o0o——
"Hanya satu juta won? Bukankah kau jual diri?! Apa harga dirimu serendah ini?!"
"Aku akan memberikan sisanya akhir bulan, aku janji."
Jaemin tidak tersinggung atau terkejut lagi mendengar dirinya dikatai sudah seperti anjing kotor di tepi jalan yang dipungut oleh pria kaya, sebab itu bukan dirinya. Jaemin masih sanggup berdiri dan membusungkan dada dengan bangga bahwa ia mendapatkan semua uang dengan keringatnya.
Pria itu juga belum melunasi uang sekolah Jisung, apalagi pendaftaran kuliah sudah mulai dibuka, ia ingin Jisung berkuliah. Bagaimanapun juga anak itu tidak boleh berakhir seperti dirinya, Jisung harus memiliki penghasilan yang tinggi nantinya agar bisa hidup dengan baik meskipun tanpa Jaemin.
Uang yang Jeno berikan padanya membantu Jaemin agar tidak meminta gaji di muka, karena para rentenir itu ingin Jaemin membayar dua kali dalam satu bulan, yaitu saat pertengahan dan akhir.
Sejujurnya, hutang ini bukanlah tanggungjawabnya, tapi setelah kematian ibu, ayah tidak lagi bekerja karena kesedihannya yang berlarut-larut. Hal itu membuat ayah meminjam uang tanpa berniat mengembalikannya, bahkan tidak sepeserpun jatuh ke tangan Jaemin dan Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BUILD A HOME || JAEMJEN [✓]
Fanfiction[BXB] [M] [Ft. DongMark] "It's not the stab in the back that kills you, it's when you turn around and see whose holding knife." Inspired by manhwa 'The Pizza Delivery Man and the Gold Palace'. ©aksaratunggal_