"Nama anda sudah terdaftar, mereka bilang persiapan akan dilakukan seminggu sebelum acara."
Dahi Jeno berkerut, ia bahkan belum mendaftarkan nama dan busana miliknya untuk Seoul Winter Fashion Exhibition, bahkan belum lama Mark mengatakan bahwa Aiden menyuruh penyelenggara pameran untuk memboikot namanya, lalu bagaimana bisa ia terdaftar di sana?
"Manager Kim, saya belum mendaftarkan apapun, anda yakin itu saya?" tanyanya kemudian.
"Tuan Mark yang melakukannya, beliau telah menyertakan nama agensi, beliau juga berjanji akan ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan dan akan sepenuhnya bertanggungjawab apabila terjadi sesuatu nantinya."
Jeno membuang wajahnya, ia rasa bantuan Mark mengenai informasi pemboikotan namanya sudah cukup, tetapi kenapa pria itu justru bertindak lebih jauh dan seenaknya? Jeno tidak mau dibantu dengan cara seperti ini, apalagi dengan membawa nama agensi.
Orang-orang akan berpikir bahwa Lee Jeno hanya beruntung karena berada di bawah naungan Luxury. Siapa yang akan mengerti usahanya?
Mengapa pula Mark yang perlu bertanggungjawab penuh? Jadi, siapa yang tidak membiarkan Jeno berusaha untuk dirinya sendiri? Taeyong atau justru Mark? Taeyong tidak melakukan hal-hal yang menjadi tanggungjawab Jeno, itulah yang ia lihat dari sudut pandangnya.
"Dimana Mark? Kenapa dia tidak kemari? Saya tidak melihatnya akhir-akhir ini. Hubungi dia, buat janji temu," titah Jeno.
Pria itu meraih selembaran di meja kerjanya yang berisi tentang jadwal pameran—yang hanya didapatkan oleh nama-nama dalam list. Lama tidak ada pergerakan dari manager Kim, Jeno menoleh pada yang lebih tua, manager Kim tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya.
Apakah perintahnya kurang jelas? Atau ada sesuatu yang ingin pria itu sampaikan? Keterdiaman-nya mengganggu Jeno dan membuat ia bertanya-tanya isi kepala Sang manager.
"Manager, saya meminta anda untuk membuat janji temu dengan Mark."
"Maaf, tapi tuan Mark sedang tidak bisa ditemui untuk beberapa waktu."
"Kenapa tidak bisa? Baiklah, tolong hubungi Haechan kalau begitu." Jeno meletakkan kertas di tangannya ke meja dengan kasar, lalu menyandar pada punggung kursi. Baru seminggu, tetapi sudah pusing bukan main memikirkan strategi pemasaran jangka panjang sementara agensi majalah baru terus mempromosikan produk mereka.
Lagi-lagi manager Kim tidak melakukan hal yang Jeno minta. "Manager, jika anda memiliki masalah pendengaran, anda boleh cuti dua hari untuk pergi ke dokter."
"Tuan Haechan tidak bisa dihubungi sejak seminggu yang lalu, beliau juga sudah keluar dari pekerjaannya."
"Apa maksud anda?" Jeno menatap kesal pada pria di sebelah mejanya, ia kembali menegakkan duduknya dan meraih ponsel, memilih menghubungiku Mark sendiri daripada mendengarkan ocehan manager Kim yang tidak jelas sama sekali.
Apa maksudnya Haechan tidak bisa dihubungi? Pria itu sering memegang ponsel, apalagi jika tidak sedang berada dekat dengan Mark. Dan kenapa pula Mark tidak bisa ditemui? Kalau dipikir-pikir memang Jeno jarang bertemu di area hotel, biasanya ia akan melihat Mark meski sekilas, tetapi akhir-akhir ini tidak sama sekali, Mark seperti hilang.
Lama, panggilan itu memakan waktu yang lama dan diulang berkali-kali, namun tak satupun terjawab. Jeno mencebik, ia beralih menghubungi Haechan, hasilnya sama saja, nihil.
Pria tersebut menghembuskan napas kasar. "Manager, tolong buat proposal kerjasama untuk beberapa agensi idol, kita butuh orang-orang berpengaruh, itu berguna untuk meningkatkan nama brand. Kirim ke email saya untuk ditinjau kembali, selebihnya biar saya saja. Anda bisa pergi, terimakasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BUILD A HOME || JAEMJEN [✓]
Фанфик[BXB] [M] [Ft. DongMark] "It's not the stab in the back that kills you, it's when you turn around and see whose holding knife." Inspired by manhwa 'The Pizza Delivery Man and the Gold Palace'. ©aksaratunggal_