"Bagaimana pameran hari ini? NJ Suit telah menjadi debut pertama anda dalam dunia fashion yang seharusnya diluncurkan satu tahun lalu di Seoul Winter Fashion Exhibition, bagaimana anda menyelesaikannya? Dan kenapa perlu ditunda begitu lama?"
"Saya memulai dengan apa yang paling menginspirasi saya, dan diselesaikan bersamaan dengan seiring berjalannya waktu. Peluncurannya ditunda karena suatu hal yang tidak bisa saya jelaskan di sini. Dan juga, NJ adalah muse yang menyempurnakan karya saya, dan saya pikir akan ada respon emosional bagi orang-orang tertentu begitu mendengar namanya."
"Jadi anda mendedikasikan busana ini untuk NJ?"
"Ya, saya pikir begitu."
"Merindukannya?"
"A-ah tidak!" Jaemin langsung mematikan televisi mendengar suara Jisung, ia tidak sadar jika adiknya sudah pulang.
Jisung tertawa remeh, ia menjatuhkan diri di sebelah Jaemin, ngomong-ngomong mereka tinggal di penthouse Jeno, sebab Jaemin masih berharap setidaknya ia bisa melihat presensi pria itu saat berkunjung ke hotel bersama Mark. Tetapi sampai hari ini, tidak ada tanda-tanda Jeno akan sudi menginjakkan kaki di sini lagi.
Barang-barang Jeno telah dibawa pergi, hanya tersisa tiga patung manekin dan ranjang milik pria itu, Jaemin biasanya tidur di sana saat merana. Jaemin juga kembali bekerja di cafe milik hotel, kadang-kadang Jaemin bertemu Mark, namun mereka hanya bertegur sapa dan tidak pernah bicara seperti mereka yang dulu.
Mark tetap menerimanya tanpa menjelaskan apapun mengenai kejadian malam itu. Tidak ada dari keluarga Aiden Lee yang sudi membicarakan hal yang mereka anggap menjijikkan.
Sudah satu tahun, kini Jaemin melihat bagaimana Jeno akhirnya menunjukkan pada publik tentang busana itu, busana yang Jaemin pikir tidak akan pernah ia lihat lagi seumur hidupnya. Jeno berhasil, dan Jaemin di sini, hanya sebagai penggemar beratnya.
"NJ... Na Jaemin. Dia mengenang-mu dengan sangat layak, busana itu megah dan indah, mungkin begitu cara dia memandang-mu selama kalian bersama dulu."
"Berhenti bicara omong kosong, Jisung. Ayo makan di luar."
"Kenapa? Kau tidak memasak?" Jaemin menggeleng, ia berdiri dan mengulurkan tangannya pada Sang adik. Jisung mencebik sebelum akhirnya meraih tangan Jaemin, setuju dengan ajakannya.
——o0o——
Restoran ayam favorit Jisung, mereka mendarat di sana karena tidak tahu harus membeli apa, tiba-tiba bosan makan dan bosan hidup.
“Aku berpapasan dengan tuan Mark tadi, dia sepertinya menyewa meeting room di lantai atas," ujar Jisung mendekat pada Jaemin sembari membawa dua piring dengan menu yang mereka pesan.
"Mungkin kebetulan." Jaemin mencoba tak acuh.
Kini keduanya duduk berhadapan, yang lebih tua menatap nanar makanan di meja, hari ini mungkin ia bisa makan sampai kenyang karena belas kasih dari Aiden atas uang kuliah Jisung, sebab gaji Jaemin yang sekarang tidak akan cukup bahkan untuk satu semester.
Hidup bermodalkan raga dan tempat berteduh saja Jaemin sudah merasa sangat bersyukur, setidaknya ia mampu membeli makanan untuk Jisung dan tidak membiarkannya kelaparan barang sehari.
Jisung pun ikut diam memperhatikan bagaimana raut Jaemin tampak sendu dan tak ada selera makan yang kentara, Sang kakak terlihat menjatuhkan bahu tanpa berminat menyentuh makanan di atas meja. Apa yang membuat pria itu seperti sedang meratapi sesuatu? Karena Mark?
"Kau makan saja dulu, aku perlu menyegarkan diri."
"Ya, silahkan."
Jaemin beranjak, ia pergi ke kamar mandi guna membasuh wajah, sejujurnya mendengar Mark ada di sini membuat ia resah. Jaemin sudah berjanji untuk tidak sekalipun membuat kontak mata dengan Jeno, jadi wajar bila ia takut akan kemungkinkan-kemungkinan yang terjadi.
Bagaimana jika Jeno juga di sini? Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana caranya menghindar? Jaemin mungkin bersedia menatapnya dari jauh, tetapi tidak untuk berhadapan langsung.
Pria itu membasuh wajah di wastafel, lalu memandang pantulannya sendiri di cermin. Tampak sangat menyedihkan.
Tiba-tiba pintu dibuka, dan Jaemin tercekat.
"Lama tidak bertemu, Na Jaemin."
——o0o——
thank you buat yang sudah menemani aku menyelesaikan cerita ini yaa.
S2 sudah dipublikasikan!
END.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BUILD A HOME || JAEMJEN [✓]
Fanfic[BXB] [M] [Ft. DongMark] "It's not the stab in the back that kills you, it's when you turn around and see whose holding knife." Inspired by manhwa 'The Pizza Delivery Man and the Gold Palace'. ©aksaratunggal_