[5]

2.4K 226 1
                                    

"Jaemin, kau benar-benar bekerja dengan pria itu?"

"Apa kau diancam olehnya? Katakan padaku, akan ku adukan pada boss."

"Jangan lupa simpan nomorku dengan benar, kau bisa menghubungiku jika sekarat."

"Jaemin-ku yang manis, kau pasti kesulitan menghadapinya."

"Malang sekali."

Jaemin memutar bola matanya malas, teman-temannya ini selalu saja berlebihan jika sedang menanggapi sesuatu, terlepas dari itu mungkin karena mereka juga tidak terlalu suka pada Jeno, jadi Jaemin mungkin akan sedikit meluruskan.

Dan alasan ia berada di cafe adalah karena Jeno memintanya membeli kopi panas dan sarapan, ini lah yang dimaksud Jeno 'tidak akan mudah', sebab pria itu mungkin akan menambah tugas-tugas Jaemin di luar pekerjaan utamanya sebagai model.

"Aku baik-baik saja, tuan Jeno juga baik padaku, tidak seperti yang kalian pikirkan. Jangan terlalu menilai seseorang dari caranya menatap dan bicara seperti itu, jika dia dengar, kalian akan dalam masalah."

"Ya ya, karyawan mana yang tidak akan membela boss-nya? Baiklah Jaemin, kau mau pesan apa?"

"Ah, aku lupa gara-gara kalian. Sebentar ya, aku tanyakan dulu."

Jaemin sedikit menjauh dan mempersilahkan pelanggan yang baru saja datang untuk memesan terlebih dahulu, ia bukan lupa sejujurnya, ia malah tidak tahu apa yang Jeno makan untuk sarapan? Jika Jaemin yang memutuskan, ia takut Jeno tidak suka.

Maka pria itu mendial nomor Sang boss, dua kali panggilan dan tidak dijawab. Tidak mungkin Jaemin harus naik lift lagi ke lantai 25 hanya demi bertanya tentang menu sarapan, bukan?

"Ayolah, kumohon." Ini sudah panggilan ke 5, dan untung saja diangkat. Jeno ini memang tipe yang sulit dihubungi atau bagaimana? Padahal seingatnya, pria itu sering memegang ponsel, seharusnya mudah untuk mengangkat telepon.

"Halo, dengan siapa ini?"

Jaemin terdiam, ia... sekarang sedang sangat menikmati suara Jeno dari telepon, sangat tenang.

"Jadi... begini suara Jeno saat di telepon? Ah maaf, saya ingin bertanya, sarapan apa yang anda inginkan?"

Hening, Jeno tidak menjawab untuk beberapa detik ke depan, tapi Jaemin tidak protes. Pertama kalinya mereka melakukan panggilan telepon dan Jaemin sudah mengatakan sesuatu yang tidak sopan, bukankah itu fatal? Tidak juga sih, hanya saja... itu akan canggung.

"Jadi, bagaimana suaraku?" tanya Jeno kemudian, alih-alih menjawab pertanyaan Jaemin.

"Itu... baik-baik saja."

"Kau suka?"

"Huh? Y-ya, suara anda sangat tenang, saya menikmatinya."

"Hey mesum, bawakan aku espresso 3 shot, bibimbap dan dakjuk, aku tidak perduli darimana kau mendapatkannya, dan kau bisa memesan apapun dengan kartu yang kuberikan."


——o0o——

Jeno sedang mengecek proposal yang telah dibuat oleh Mark, pria itu tampak fokus karena katanya proposal ini akan diajukan ke salah satu model paling berpengaruh di Korea Selatan apabila sudah ditandatangani oleh Aiden; yang berarti pria tua itu telah setuju. Akan sangat menguntungkan jika penjualan melonjak.

Jaemin mengunyah kimbab miliknya dalam diam, ia hanya duduk memperhatikan Jeno yang bahkan tidak mengajaknya bicara sedari tadi. Pria itu beralih menatap sarapan milik boss-nya yang tergeletak mengenaskan di atas meja, pasti akan segera dingin.

TO BUILD A HOME || JAEMJEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang