Bagian 15: Pilihan Sulit

4 2 0
                                    

Untuk sesaat Putri diam, tidak langsung memberikan jawaban. Dirinya mulai berprasangka ke Kak Ratna. Menegaskan kembali maksud Kak Ratna menanyakan hal itu, Putri mengulangi kalimat tanyanya.

“Harus banget ya aku jawab?” tanya Putri.

“Ya!” ucapnya tegas.

“Tapi? Untuk apa?” tanya Putri sekali lagi.

“Untuk apanya nanti aku kasih tau pas kamu udah ngejawab pertanyaan dari aku!” jelasnya.

Jawaban yang sama sekali tidak diharapkan dari Putri. Kak Ratna hanya memutar-mutar persoalan, membuat Putri penasaran. Sejujurnya dirinya ragu, tapi melihat wajah Kak Ratna yang sangat meyakinkannya, membuat dirinya menjawab pertanyaan dari Kak Ratna dengan versinya sendiri.

“Kalau kakak nyuruh aku milih salah satu, aku gak bisa!” ucap Putri.

“Lho? Kenapa gitu?” tanya Kak Ratna keheranan.

“Karena menurutku, pilihan dan keputusan adalah dua hal yang harus selalu berhubungan!” ujar Putri.

“Sebab?” pancing Kak Ratna.

“Gini, kita bisa ambil perumpamaan dari dua hal, dewasa dan tua. Semua manusia pasti mengakui kalau dewasa dan tua adalah dua hal yang selalu berhubungan karena setelah dewasa, manusia pasti akan menua,” terang Putri.

“Namun ada satu poin penting yang membedakan keduanya, dewasa itu pilihan, sementara tua itu keputusan,” jelas Putri.

Kak Ratna hanya menyimak penjelasannya tanpa sedikitpun mengomentari. Kak Ratna sengaja memberi Putri waktu untuk mengemukakan pendapatnya.

“Pilihan tercipta dari adanya pengakuan dan persepsi, sementara keputusan terlahir dari kepastian dan pilihan. Maka bisa dikatakan kalau pilihan merupakan bagian dari keputusan,” beber Putri.

“Pilihan dan keputusan ini yang kemudian melahirkan kejelasan.” ucap Putri.

“Seseorang dikatakan dewasa apabila persepsi dirinya dan orang lain terhadapnya sama, pengakuan akan sudah dewasa. Namun, dewasa tidak bisa lari dari kepastian kalau suatu saat dirinya akan menjadi tua, karena itu sudah menjadi keputusan yang tidak bisa dibantah oleh siapapun,” terang Putri.

Setelah mengutarakan pendapatnya secara panjang lebar, dirinya langsung diam. Kak Ratna yang mendengarnya juga ikut diam, namun mimiknya seperti sedang memikirkan sesuatu dari jawaban yang barusan disampaikan Putri. 

Hampir satu menit mereka berdua saling berdiam-diaman, suasananya tampak canggung. Kak Ratna terus memerhatikan Putri sambil seperti memikirkan sesuatu, diikuti Putri yang memerhatikan Kak Ratna dengan keheranan. Putri mulai merasa khawatir akan dirinya yang salah berkata-kata ke Kak Ratna.

Kak Ratna diam bukan karena merasa tersinggung, namun sedang berusaha mencari celah untuk mengomentari jawaban Putri. Namun, dia tidak bisa menemukannya dan mengakui kalau jawaban yang disampaikan Putri sudah sesuai dengan apa yang diinginkannya.

“Selamat!” ucap Kak Ratna sambil menyodorkan tangannya ke Putri.

“Selamat? Selamat untuk?” tanya Putri keheranan.

“Ya… selamat aja! Karena kamu udah berhasil ngejawab pertanyaan dari aku!” ujarnya.

“Nanti siang kamu ada waktu gak?” tanyanya.

“Siang nanti aku kosong sih kak, memangnya ada apa?” tanya Putri balik.

Kak Ratna merobek selembar kertas dari buku catatannya, lalu menuliskan sesuatu.

Janji Kita; Senyumlah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang