Tak berselang lama, pelayan mengantarkan Gangan Ikan dan Nasi Putih pesanan kami ke hadapan kami. Mengingat makanan utama sudah datang, sudah tentu kami mementingkan perut terlebuh dahulu karena sejak makan terakhir pada jam istirahat kedua hingga sekarang - jam setengah lima sore - kami belum makan apapun. Baik aku maupun Geri sibuk dengan makanan masing-masing, terutama aku yang baru pertama kali merasakan Gangan Ikan khas Belitung, cita rasanya unik namun lezat, sangat berbeda dengan kebanyakan makanan yang pernah aku cicipi sewaktu masihi di Jakarta dan Bandung dulu.
Selesai makan, Geri kembali melanjutkan obrolannya mengenai Putri kepadaku.
"Semuanya bermula dari rapat OSIS. Saat itu Putri, Dimas, dan juga gua masih duduk dibangku kelas satu SMP. Gua ama Dimas itu btw udah sahabatan sejak SD, makanya apa-apa yang dia lakuin, pasti gua tau! Termasuk juga kedekatan hubungannya sama Putri!" jelasnya.
"Gua masih ingat betul, 12 November 2009, siang hari selepas zuhur di aula depan SMP. Waktu itu, dia sama anak-anak kelas satu lainnya yang tergabung dalam kepengurusan OSIS, sedang bersiap diri sebelum mengadakan rapat besar sama anak kelas dua dan kelas tiga. Katanya, rapat persiapan acara akhir tahun!" terangnya.
"Dan sebagai sahabatnya, gua percaya-percaya aja karena toh cuma rapat OSIS doang, setelah urusannya beres dia pasti bakal pulang dan seperti biasanya mampir ke rumah gua buat main PS, pikir gua awalnya! Jadi gua lebih milih langsung balik ketimbang nungguin dia dan yang lain selesai rapat," sambungnya.
"Sementara Putri, awalnya dia pengen nungguin Dimas sampai selesai rapat, tapi Dimas terus ngeyakinin Putri kalo dia gak apa-apa ditinggal pulang duluan. Sama kayak gua, Putri percaya-percaya aja dan setelah itu dia emang balik, tapi gua dan Putri sama sekali gak nyangka kalo itu bakal jadi pertemuan terakhir kita sama Dimas!" jelasnya, emosinya mulai naik-turun.
Aku yang berada di depannya, bisa memahami apa yang sedang dirasakannya - Geri - saat ini ketika menjelaskan hal yang memilukan itu kepadaku. Aku mencoba sedikit menenangkannya, dengan dirinya yang masih tetap mau melanjutkan kisah masa lalu almarhum sahabatnya kepadaku.
"Dihari yang sama pada jam lima sore, gua belum nerima kabar apapun dari Dimas. Gua pikir hari itu dia gak mampir ke rumah gua karena kelelahan sehabis rapat. Namun ternyata dugaan gua salah!" terangnya.
"Gak berselang lama, gua nerima telepon misterius dari orang yang gak dikenal. Gua angkat, dan sepanjang panggilan itu masih tersambung, gua cuma ngendenger suara cowok yang berteriak kesakitan, yang kayaknya sengaja dipukul pake benda tumpul!" bebernya.
"Gua panik! Dan kepanikan gua memuncak pas gua baru nyadar kalo suara teriakan yang gua denger itu adalah suaranya Dimas!" jelasnya.
"Gak berselang lama, panggilan itu seketika terputus. Gak lama setelah itu, sebuah pesan singkat masuk ke ponsel gua yang isinya ngasih tau gua kalo Dimas ada dibangunan tua eks. komplek keramik," terangnya.
"Gua yang saat itu sangat panik, gak ada kepikiran sama sekali buat ngehubungin siapa-siapa, termasuk bokap nyokapnya! Yang ada dipikiran gua saat itu hanyalah sesegera mungkin menyusulnya ke sana!" sambungnya.
"Setibanya gua di lokasi, gua sangat syok! Gua nemuin Dimas dalam keadaan sudah terkapar dilantai sebuah ruangan di rumah kosong, dengan kedua tangan dan kaki yang keiket tali. Kepala dan badannya bersimbah darah, dengan tangan dan wajah penuh lebam!" ujarnya.
"Dimas meninggal karena dibunuh?" tanyaku menyimpulkan.
Geri hanya sesekali mengangguk dengan tatapan kosong seperti orang yang sedang melamun, namun tetap masih dalam keadaan sadar.
"Lo tau, orang yang merasa paling kehilangan dan paling bersalah atas kejadian ini adalah..." tanyanya.
"Putri?" jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Kita; Senyumlah!
Fiksi RemajaIni adalah kisah cinta yang terikat dengan peristiwa dimasa lalu antara Andrean Cakrabuwana dengan Putri Sheeren Aulia. Akankah semuanya berjalan baik-baik saja? You will see guys!