Bagian 7: Dadakan!

9 2 0
                                    

Baru saja aku akan mengikutinya kemana dia pulang, mendadak giliran ponselku yang berbunyi. Ibuku mengirimkan sebuah pesan singkat padaku;

"Assalammualaikum Ndre, kalau semisalnya kamu udah pulang sekolah, sebelum ke rumah kamu singgah ke tempat kerja Papamu dulu ya, ngambil kunci rumah. Tadi Mama udah bilangin sama Papa kamu, soalnya Mama ada urusan kerja sama rekan bisnis yang ada di Beltim selama dua hari. Obat-obatan kamu selama dua hari udah Mama resepin dan Mama taruh di atas meja belajarmu, jangan lupa diminum ya!"

Sudah lama sejak ibuku tidak keluar kota mengurusi bisnis fashionnya, dan kali ini beliau mulai lagi. Sepertinya sekarang aku harus kembali membiasakan diri menghandle beberapa pekerjaan mendasar dirumah; memasak, mencuci, menyetrika, mengepel, dan memotong rumput; seperti sebelumnya, karena aku tahu kalau ibuku sudah mulai keluar kota mengurusi bisnisnya, dalam beberapa hari atau minggu ke depan pasti skemanya akan berulang.

Perlahan aku kayuh sepeda hingga menuju Lanud ASH (Abdullah Sanusi Hanandjoedin) sejauh hampir satu kilometer dari titik terakhirku. Segera setelah sampai, aku turun dan menuntun sepedaku sampai ke depan pos jaga di gerbang utama, lalu melapor kepada tentara yang berjaga perihal keperluanku menemui ayahku.

"Selamat siang pak!" ucapku tegas ke salah satu tentara yang sedang berjaga di pos.

"Siang! Ada keperluan apa ya dik?" tanya Serka (Sersan Kepala) Dudi - terlihat dari nama yang terpampang jelas di dada sebelah kanan seragam loreng yang dikenakannya - padaku.

"Mohon izin pak, saya mau bertemu sama ayah saya," ucapku.

"Siapa nama ayahmu?" tanya Serda (Sersan Dua) Husin - terlihat dari nama yang terpampang jelas di dada sebelah kanan seragam loreng yang dikenakannya - padaku.

"Siap! Pak Suyatno, pak!" jawabku.

Beberapa anggota TNI yang mendengar nama ayahku disebut, balik bertanya padaku.

"Kamu anaknya?" tanya Serka Dudi.

"Siap, iya pak!" jawabku tegas.

"Sebentar ya, sambil menunggu silakan duduk dulu!" tawarnya.

"Siap pak, terima kasih!" ujarku.

Lalu, Serka Dudi memanggil beberapa orang anak buahnya yang kebetulan lewat untuk menemui ayahku.

"Pak Angga! Bisa ke sini sebentar!" panggil Serka Dudi ke anak buahnya, Koptu (Kopral Satu) Angga.

"Ya Ndan! Ada apa Ndan?" ujar Koptu Angga menghampiri Serka Dudi.

"Ini, tolong kamu antarkan adik ini ke komandan Suyatno, dia anaknya," perintah Serka Dudi ke Koptu Angga.

"Siap Ndan!" ucapnya.

"Kamu ikut saja sama om ini ya," pinta Serka Dudi padaku.

"Siap pak!" ujarku.

Pada cuma perihal mengambil kunci rumah dari ayahku, hanya kunci rumah! Aku sampai harus dituntun kesana kemari sama om om tentara, menyusuri beberapa lorong yang berada dalam bangunan utama Pangkalan Udara (Lanud) Abdullah Sanusi Hanandjoedin. Itu merupakan kali pertamaku menapakkan kaki di Lanud ASH, satu-satunya pangkalan udara milik TNI-AU di Pulau Belitung.

Perjalananku bersama Koptu Angga terhenti di depan sebuah pintu ruangan. Secara sadar aku menenggak ke atas, terdapat dua buah papan nama, dengan papan paling atas bertuliskan "Kepala Sentra Komunikasi (Kasenkom)" dan papan dibawahnya bertuliskan "Kapten Lek. Suyatno Admaja, S.T. Han" yang itu merupakan nama ayahku.

Pak Angga mengetuk pintu dan ketika seseorang dari balik ruangan menyuruhnya masuk, beliau mengajakku masuk. Terlihat ayahku sedang duduk mengerjakan sesuatu dimejanya, mengenakan seragam loreng ciri khas TNI-AU sama seperti yang dikenakan Koptu Angga dan anggota TNI-AU lainnya pada hari itu.

Janji Kita; Senyumlah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang