Bagian 12: Back Street

5 2 0
                                    

Malam hari setelah momen itu, Putri mengirimiku pesan BBM yang berisi permintaannya tentang kelanjutan hubungan kami.

(Putri): Ping!!!

(Putri): Assalammualaiakum kak!

Seketika ponsel yang berada di meja belajarku bergetar. Aku yang sedang berbaring santai di kamar selepas shalat Isya, buru-buru memeriksanya dan saat aku lihat, ternyata itu pesan dari Putri via BBM.

(Aku): Wa’alaikumussalam. Tumben-tumbenan ngechat malem-malem begini! Si cantik kangen sama abang ganteng rupanya! Xixixi

(Putri): Ada yang mau aku bahas sama kakak, penting!

(Aku): Sepenting apa sih? Masih pentingan juga kamu!

(Putri): Aku serius kak!

(Aku): Kalo serius, kenapa gak telepon atau ketemuan aja? Biar ngobrolnya sama-sama enak!

Seketika chatingannya berhenti, mungkin dirinya sedang memikirkan kata-kata selanjutnya untuk membalas pesanku. Sama sepertiku, dirinya juga sedang rebahan di kamarnya mengenakan baju tidur dan tetap berhijab.

(Putri): Lewat chat saja, gak apa-apa!

(Aku): Oh, yaudah! Jadi malam ini, hal penting apa yang mau kamu bahas bareng aku?

(Putri): Ini soal kelanjutan hubungan kita!

Kalau tadi dirinya yang agak lama membalas pesanku, kali ini giliranku yang terhenti sejenak. Otakku mulai overthinking dan seketika langsung memikirkan kemungkinan terburuk; putus. Tapi melihat kembali kepribadian Putri, rasa-rasanya tidak mungkin jika dirinya memutuskan sesuatu secara sepihak.

Aku yang mulanya overthinking, pindah haluan menjadi positive thinking.

(Aku): Kenapa soal hubungan kita?

(Putri): Aku mau, mulai detik ini dan seterusnya, kita pacaran secara back street!

(Aku): Back street? Kamu yakin mau ngelakuin hal itu? Pacaran back street itu gak mudah loh!

(Putri): Aku udah mempertimbangkan, dan aku rasa ini jalan yang tepat untuk kita ambil sekarang!

(Aku): Tapi kenapa? Kenapa gak terang-terangan aja?

(Putri): Bukannya aku gak mau, tapi aku mengkhawatirkan keselamatanmu kak!

(Aku): Aku? Memangnya kenapa dengan aku?

(Putri): Aku gak mau sampai kakak ngalamin kejadian-kejadian buruk karena terang-terangan pacaran sama aku!

(Aku): Jadi kamu gak mau pacaran sama aku? Kalo gak mau ngapain diterima?

(Putri): Bukan gak mau kak, tapi untuk sekarang cukup kita berdua aja yang tau tentang hubungan kita, jangan sampe ada orang lain tau kalo kita pacaran!

Sejujurnya aku sudah tahu alasan Putri melakukan itu, tapi aku sengaja sedikit memancingnya untuk menggoyangkan keinginannya. Ternyata keinginannya tidak goyah dan sebagai pasangan yang baik, juga aku rasa permintaannya itu baik untuk kelangsungan hubungan kami berdua, maka tidak ada alasan buatku menerima permintaannya.

(Aku): Oke! Kalau itu mau kamu! Aku gak bisa maksa! Aku juga yakin kalo tujuan kamu itu baik!

(Aku): Jadi mulai besok, kita mulai pacaran secara back street? 

(Putri): Ya! Makasih ya karena udah mau pengertian sama aku!

(Aku): Sama-sama cantik!

(Putri): Assalammualaikum!

(Aku): Wa’alaikumussalam!

Setelahnya, Putri langsng menutup chat BBM-nya dariku. Namun belum berakhir sampai di situ. Sepuluh menit kemudian, karena masih penasaran dan ingin mendengar suaranya langsung, aku langsung menelponnya.

Janji Kita; Senyumlah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang