Bagian 17: Sepakat

5 2 0
                                    

Putri masih berada dirumah konseling itu, bersama Kak Ratna, mereka berdua bahu-membahu memberesi barang-barang yang tidak lagi digunakan, memindahkanya ke gudang belakang. Setelah selesai, mereka berdua duduk dibangku sofa depan.

“Aku jadi ngerepotin kamu Put!” ujar Kak Ratna yang terduduk letih dibangku sofa sehabis mengemasi barang-barang.

“Sama sekali gak ngerepotin kok kak! Aku malah seneng kalo misalkan kakak butuh bantuanku lagi!” ucap Putri dekat nafas yang sedikit ngos-ngosan.

“Udah gak ada lagi yang dikerjain Put, udah kelar semuanya!” ujar Kak Ratna.

“Tunggu sebentar ya, aku kebelakang dulu!” pintanya.

“Lanjut kak!” ujar Putri.

Kak Ratna kebelakang karena dirinya baru sadar kalau dari tadi dirinya belum menyuguhkan makanan dan minuman untuk tamu yang datang - Putri -. Untuk itu, Kak Ratna buru-buru kebelakang tanpa memberitahu alasannya ke Putri, lalu segera membuat teh hangat dan menyiapkan kue kering.

Di saat Kak Ratna sedang berada di dapur, Putri untuk sesaat membuka ponselnya dan mengirimkan foto selfienya berada di tempat Kak Ratna kepadaku. 

Di sisi lain, aku yang baru akan pulang, mendapati ponselku bergetar langsung memeriksanya dan itu merupakan foto kiriman dari Putri disuatu tempat yang pada saat itu aku belum tahu dimananya. Tidak mau kalah, aku pun berfoto selfie di depan dojo karate lalu mengirimkannya kepadanya, masih mengenakan atribut lengkap; Dogi (Dogi = baju karateka) dan sabuk hitam.

Begitu dirinya - Putri - melihat foto selfie kiriman dariku, dirinya tidak menyangka sama sekali kalau aku ternyata ikut karate. Dirinya juga gagal fokus ke sabuk hitam yang aku kenakan, dan sontak dirinya langsung beranggapan kalau aku bukan lagi sebatas murid, tetapi seorang guru.

Sembari menunggu Kak Ratna kembali dari belakang, Putri mengirimiku pesan, yang memang saat itu aku juga sudah selesai. Yang mulanya aku baru saja akan menaiki sepeda motor ninjaku - karena lagi kepengen naik motor saja -, aku urungkan dan segera mencari tempat yang nyaman untuk selonjoran sambil chatingan.

Isi percakapan BBM:

(Putri): Pantesan berantemnya jago, ternyata pacarku satu ini guru karate!

(Aku): Nggak lah! 

(Putri): Tapi bener kan kalau kakak guru karate?

(Aku): Kenapa mikirnya gitu?

(Putri): Itu kakak pake sabuk hitam!

(Aku): Di karate, panggilan untuk guru itu sensei sayang!

(Putri): Ohh, gitu! 

(Aku): Kalo kamu sendiri? Lagi dirumah?

(Putri): Ini, aku lagi dirumah temen!

(Aku): Temen cowok apa temen cewek?

(Putri): Temen cewek lah kak!

(Putri): Kenapa sih ini om-om, kepo banget!

(Aku): Aku serius Put! Kamu gak lagi bohongin aku kan?

(Putri): Ya gak mungkin lah kak aku bohongin kakak!

Secara kebetulan, Kak Ratna kembali dari dapur dengan membawa seteko teh dan setoples kue kering. Ketika Kak Ratna tengah menaruhnya di atas meja, dirinya secara diam-diam memfotonya, lalu mengirimkannya padaku sebagai bukti kalau dirinya tidak berbohong.

Setelah aku melihat kiriman foto darinya, baru aku percaya

(Aku): Oke!

(Putri): Kak, udah dulu ya! Nanti kita sambung lagi!

Janji Kita; Senyumlah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang