8.

284 26 15
                                    

Eunsoo punya rencana baik yang perlu diperbuat, mengembalikan mood. Ia butuh mood bagus untuk melanjutkan desain ilustrasinya. Caranya dengan membuat kue. Eunsoo bukan seorang ahli, tapi ia akan mencoba membuat cupcake. Belakangan Eunsoo doyan di dapur. Ia yang dulu tidak terlalu menyukai memasak, jadi keranjingan. Bisa seharian di dapur hanya untuk bereksperimen menu baru. Rasanya seperti Eunsoo menemukan dunia baru yang mengasikkan.

Eunsoo sudah meminta Doyun untuk mengisi dapur dengan oven dan peralatan masak lainnya. Pria itu tanggap sekali. Kurang dari sehari semua benda yang dibutuhkan tersedia di sana.

Mengikuti panduan di buku masak, Eunsoo cukup mahir sejauh ini mencampurkan; tepung, butter, vanilla dan telur. Lalu mengocoknya. Rungu yang tersumpal earphone, sedang memutar lagu K-Pop gen tiga, menambah semangat setiap hentaknya. Proses itu berlangsung sampai kue berhasil masuk oven.

Eunsoo merasa dunianya berputar di sana. Tanpa menyadari sosok yang telah berminggu-minggu hilang, presensinya muncul tanpa bisa didengar.

Siapa lagi yang bisa masuk apartemennya sendiri kalau bukan Choi Hyunwook.

Pria itu sedikit kusut dengan setelan kantoran slim suit yang mencetak tubuh dengan sempurna. Minus jas yang sudah ia tanggalkan di mobil. Ia menggenggam kotak kecil. Tapi melihat Eunsoo asik sendiri di dapur, Hyunwook memasukkannya kembali ke kantong celana bahan. Ia pikir akan menyerahkannya nanti setelah melakukan beberapa kejahilan mungkin.

Namun ide kejahilan, sepertinya bukan hal bijak. Lagipula kapan lagi Hyunwook bisa melihat Eunsoo seceria dan setenang ini, selain perdebatan setiap bertemu dengannya. Jadi, Hyunwook putuskan untuk duduk di pantry, bertopang dagu, menikmati pertunjukan kelincahan Eunsoo dalam menguasai dapurnya. Sejenak bernostalgia.

Punggung yang terbalut kaos kedodoran itu terlihat ringkih. Hyunwook menyoroti bagian tersebut bagaikan fragmen asing yang bukan sepenggal dari Eunsoo yang dulu ia kenal baik. 

Eunsoo SMA terlalu ambis dalam mengejar nilai. Jarang cengeng bahkan tidak sama sekali. Kuat di dalam maupun di luar. Terkadang cerewet, apa saja dikomentari. Peduli pada tingkat level tinggi. Judes maksimal kalau Hyunwook sedang modus. Segala sifatnya menegaskan pribadi Eunsoo yang sulit didekati. Meski anggapan itu benar, Eunsoo justru sangat mudah Hyunwook gapai.

Lain hal saat ini ketika Eunsoo berada tepat di jangkauan matanya, justru kenyatannya Eunsoo sulit direngkuh. Seakan ada penghalang tembok besar, di mana Eunsoo sedang mengurung diri di baliknya.

Ini semua karena waktu. Empat tahun bukan masa yang pendek, sehingga memungkinkan seseorang dapat berubah drastis. Hyunwook akui, andilnya besar sekali terhadap pribadi mantan pacarnya itu. 

Mengingatkannya tentang perkataan Jihoon tiga tahun lalu saat ia masih kuliah di Jerman ambil jurusan manajemen industri. Kala itu Jihoon datang sekadar berkunjung dan jalan-jalan menikmati Munich.

"Tidak ada salahnya berani untuk memperbaiki kesalahan sebelum semuanya terlambat."

Saat itu Hyunwook masih sangat penakut dan pecundang. Ia anggap saran Jihoon cukup ia simpan saja di dalam otak tanpa tindakan apa-apa. Lalu menjalani kehidupan perkuliahan seperti seorang pelarian. Benar-benar bekerja keras sampai akhirnya lulus cumlaud lantas kembali ke Korea untuk menerima tahta pewaris ayahnya yang sakit-sakitan.

Ia tidak menyangka semesta bakal mempertemukannya dengan Eunsoo lewat media sosial.

Ceritanya begini. Setahun lalu, Hyunwook baru habis menghajar petarung yang disewa sebagai ajang pertunjukan di bar Itaewon. Ia menang dan emosinya tersalurkan. Ia turun dari ring, mabuk dan bosan dengan wanita yang mengerubutinya. Ia menyingkir bersama bentakan untuk mengusir mereka agar tidak mengikutinya.

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang