19

146 17 1
                                    

Siang berikutnya, Jian menerobos pintu ruangan CEO HW corp. Sekretaris di luar ruangan membiarkannya saja sesuka hati. Bukan karena status Jian yang menjadi tunangan dari bosnya sehingga punya akses bebas untuk kunjungan, melainkan Song Jian adalah tipe wanita yang ingin dihindari wanita manapun termasuk sekretaris Hyunwook tersebut. Karena sekali berdebat dengan wanita itu, hanya akan bikin kesal saja. Maka sekretaris yang bernama Bora tersebut melanjutkan kegiatannya mengatur jadwal si bos melalui komputer sambil pura-pura tidak melihat apa-apa.

Bunyi kelotak dari sepatu setinggi sepuluh senti memaksa Hyunwook mengangkat wajah. Dari balik meja kerjanya, ia mendapati kemarahan di wajah Jian. Kehadiran Jian memang atas permintaan Hyunwook sewaktu di klub. Tapi bukan berarti ia ingin bertemu dengan Jian tanpa alasan. Penjelasan insiden semalam perlu diluruskan. Syukur-syukur, Jian bisa memahami apa yang diinginkan Hyunwook terhadap hubungan mereka selanjutnya.

Hyunwook meninggalkan kursinya. Menghadap Jian yang berdiri kaku di tengah ruangan, lalu menyandarkan pinggul pada tepi meja, dengan santai melipat lengan.

Sikap Hyunwook tak pernah sesantai ini sebelumnya. Pria itu cenderung dingin setiap kali berinteraksi dengan Jian. Atau mungkin Eunsoo alasannya. Baru Jian menyadari belakangan pria itu terlihat lebih cerah. Bukan lagi asumsi melainkan memang perubahan Hyunwook terjadi karena Eunsoo kembali belum lama ini.

"Kenapa kau tidak mengatakan kepadaku kalau kau bertemu lagi dengan Eunsoo? Lalu kapan tepatnya kalian bertemu?" Jian kelihatan tidak sabaran menunggu Hyunwook mengatakan lebih awal.

"Dia tinggal di salah satu apartemenku. Kami bertemu tanpa sengaja belum lama ini. Kenapa aku tak bilang padamu karena dia belum siap."

"Kenapa Eunsoo harus tinggal di apartemenmu? Apa kau tidak menjelaskan kepadanya kau adalah tunanganku? Kau hanya akan menyakitinya."

Sesungguhnya hal paling menyebalkan ketika Jian mulai menangis. Dulu Hyunwook yang naif memandang Jian kasihan. Sebab baik Hyunwook maupun Jian sama-sama korban. Merasa terpaksa menjalani situasi pertunangan yang didasari permainan bisnis semata. Sehingga membuat Jian tidak dapat menentukan masa depannya sendiri dan harus terima dengan segala aturan yang sudah ditetapkan orang tuanya. Tetapi lambat laun, Hyunwook tersadar. Jian mulai menampakkan sifat aslinya yang lebih serakah di balik topeng kelembutan. Karena itulah Hyunwook sekarang menjadi pria yang tak punya belas kasih ketimbang dulu yang peduli pada Jian.

"Kami berpisah tidak baik-baik saja. Memberi tumpangan pada Eunsoo di saat ia sedang kesulitan adalah caraku untuk menebus kesalahan masa lalu. Apa aku salah?"

"Setidaknya kau melihat situasinya, Wookie. Sebentar lagi kita akan menikah. Aku ...." Jian mulai terisak. "Aku hanya mengkhawatirkan perasaan Eunsoo."

Hyunwook benar-benar muak. Ia mengubah posisi tangan lalu mengantonginya. Mengerling tajam. "Sejak kapan kau mengkhawatirkannya? Sejak kau mengkhianatinya, kau hanya memikirkan dirimu sendiri."

"Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan!" Jian kelihatan semakin memerah dan emosional. Tuduhan Hyunwook tentu saja menyinggungnya. Sehingga wanita itu perlu mencari-cari alasan pembelaan dengan nada tinggi dan cepat. "Kedua ayah kita memaksa kita menikah demi bisnis. Demi ribuan karyawan yang harus diselamatkan. Kau harusnya tidak egois hanya menyalahkanku saja. Apa kau pikir aku mau ada situasi ini? Aku juga tertekan!"

Hyunwook tertawa sinis. "Kalau kau merasa tertekan, kau tidak perlu mengkhawatirkan Eunsoo. Pikirkan saja nasibmu sendiri. Dan aku memikirkan apa yang ingin aku lakukan."

"Kau melupakan penyebab kalian putus. Ayahku. Jika beliau tahu kau berhubungan lagi dengan Eunsoo, kali ini pasti akan lebih parah."

Rahang Hyunwook menjadi mengeras. Kedua jemari di kantongnya mengepal kuat. Tapi sinar matanya mencoba untuk tetap rileks, begitu juga dengan bahasa tubuh.

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang