16

164 24 4
                                    

"Bagaimana bisa kau mempertahankan sampah itu di lemarimu?! Mataku sampai sakit melihatnya!"

"Sampah yang kau maksud masih sangat layak pakai. Berhentilah mengolok pakaianku dan fokuslah pada jalanan!"

Eunsoo tidak dapat menahan lebih lama emosinya. Yuri sudah keterlaluan mengungkit masalah pakaiannya yang mirip sampah sejak mereka keluar dari apartemen hingga mereka lima belas menit di jalanan Itaewon. Bukan Eunsoo sedang tersinggung karena Yuri menghina selera fashionnya yang jelek. Atau fakta bagaimana dia kabur dengan membawa pakaian seadanya tanpa memikirkan tren dan lebih mengedepankan fungsi. Dia marah karena Yuri membahas pakaiannya yang sama sekali tidak penting di saat seperti ini berulang kali.

"Sungguh sangat mengecewakan kau kalah jauh dari Jian dalam segala hal. Tapi mengapa kakak tiriku itu lebih tergila-gila padamu?" Yuri mengoceh di balik kelincahannya dalam menyetir cepat.

Eunsoo bersedekap. Kelihatan tegas dan berpendirian kuat. "Mungkin aku harus memberitahumu bahwa aku tidak sedang bersaing dengan siapapun terutama tunangan Hyunwook seolah aku sangat menginginkan Hyunwook padahal jelas-jelas tidak. Sehingga kau tidak perlu repot-repot membandingkan aku dengannya."

Yuri menyeringai. "Di luar penampilan, aku cukup terkesan dengan sifatmu yang blak-blakan. Terus terang saja, aku berharap lebih padamu."

Tentu saja kerut kebingungan mencetak di antara alis Eunsoo. Awal perkenalan mereka terkesan bermusuhan. Tapi sekarang Yuri terdengar seakan sedang menghimpun dukungan untuknya. Sungguh lucu kalau Eunsoo berpikir begitu. Apalagi jadi kenyataan. Eunsoo tertawa keheranan.

"Kenapa tertawa?"

"Kupikir kau membenciku."

"Begitulah. Tapi lebih benci pada Jian."

Cukup mengagetkan jika di awal Yuri menunjukkan sikap mengagung-agungkan Jian. Sampai membandingkannya dengan Eunsoo yang tidak ada seujung kukunya. Dengan sekarang terang-terangan bilang benci amat enteng. Sungguh kepribadian Yuri sulit dimengerti.

"Sungguh aneh mendengar kau membenci Jian setelah kau memujinya dan membandingkannya denganku."

"Faktanya kau lebih mendingan dari dia. Mungkin secara penampilan dia memiliki segalanya, tapi soal sikap ... CK ...." Yuri menggeleng beberapa kali seakan apa yang akan diungkapkannya tidak bisa ditolerir. "Dia lebih menjengkelkan."

"Kau pasti bingung mengapa aku tiba-tiba berbalik arah begini." Yuri tertawa ringan. "Sejujurnya, aku bersikap kurang ajar padamu adalah caraku mengujimu. Seperti yang kulakukan pada teman kencan Hyunwook sebelumnya dengan mengaku-aku jadi teman tidur Hyunwook. Aku ingin melihat seberapa tahannya mereka dengan sikap kurang ajarku. Semuanya menyerah dan pergi dari kehidupan Hyunwook. Tapi tenang saja mereka tidak menjalin hubungan serius dengan Hyunwook. Aku menjamin mereka cuma teman minum saja. Hyunwook tidak benar-benar meniduri wanita manapun. Atau bisa dibilang dia tidak pernah tertarik pada wanita manapun terutama tunangannya."

"Tujuanku bersikap menyebalkan seperti itu karena aku ingin mencari seseorang yang bisa membuat Jian jengkel. Gadis itu harus dikasih pelajaran supaya dia tidak lagi bangga dengan sifatnya yang manipulatif."

Eunsoo menyambar cepat. "Tunggu. Aku sepenuhnya tidak paham apa tujuanmu sebenarnya. Kau pikir aku mau jadi alat pembalasan dendammu yang sama sekali bukan urusanku dan sama sekali tidak menguntungkanku? Kau hanya memanfaatkanku."

"Dengar, Soo."

"Jangan sok akrab. Kita tidak pernah menyepakati perdamaian!"

Yuri menghela napas. "Aku tidak sedang memanfaatkanmu. Tapi aku senang membuat Jian kesal dengan kehadiranmu nanti di klub."

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang