Alarm di kepala, sinyal alami dari otak membawa Eunsoo meraih kesadaran. Berkedip kosong sesaat mengumpulkan nyawa. Pusing mulai menggodam kepala. Kemudian bangun selagi meringis. Abai pada selimut yang menutupi seluruh tubuh, jatuh bergumul ke perut. Saat itu ia belum sepenuhnya sadar. Masih berkutat pada pusingnya.
Sampai matanya menemukan obat dan sebotol air mineral di nakas samping ranjang. Ada catatan khusus pula di sebelahnya yang disambar cepat. Tentu saja tulisan itu amat dikenalinya.
Aspirin akan membuatmu lebih baik.
Tanpa pikir panjang, Eunsoo menenggaknya. Beberapa menit kemudian, peningnya berangsur mereda. Selama proses obat bekerja, Eunsoo menyadari ada sesuatu yang janggal.
Pertama, kamarnya tidak seremang ini. Terlebih satu ruangan dengan wastafel dan dinding kaca kamar mandi. Kedua, tempat ini tidak memiliki balkon seperti apartemen Hyunwook. Hanya jendela kecil persegi panjang tertutup gorden. Ketiga, seingatnya ia memakai kemeja panjang. Bukan pakai tank top saja.
Eunsoo menjerit ketika akhirnya gambaran semalam utuh terefleksikan.
Ingatannya hanya sebatas ia mabuk di depan Hyunwook. Selebihnya abstrak dan tidak jelas. Entah apa yang terjadi, mengapa ia bisa berakhir di tempat selain kamarnya kalau bukan pelakunya Hyunwook babi!
Pemuda itu pasti menang besar. Memanfaatkan keteledoran Eunsoo lalu menjamah tubuhnya yang berharga. Membayangkannya saja terasa menjijikan dan Eunsoo menggulung tubuhnya dengan selimut. Matanya mulai merebak.
Tidak lama berselang, suara pintu diungkit, menyentak tubuh Eunsoo hingga gemetaran. Hyunwook muncul. Pakaiannya bukan yang semalam. Tampak segar seakan baru mandi. Tapi ia habis dari luar membawa sekantung makanan dan tas kertas.
Eunsoo menyergah dengan seluruh emosional. "Beraninya kau menodaiku, keparat!"
Sikap defensif dari cara Eunsoo berlindung pada selimut juga merapat pada tembok, sudah cukup bagi Hyunwook untuk mengambil kesimpulan bahwa Eunsoo sudah salam paham.
"Aku tidak melakukan apapun." Hyunwook membela diri.
"Bohong!" sambar Eunsoo cepat, yang sudah hilang kepercayaan pada Hyunwook semenjak pemuda itu muncul kembali. "Mana mungkin pria brengsek yang sudah meniduri banyak wanita sepertimu tidak mengambil kesempatan memperkosaku selagi aku mabuk!"
"SHIN EUNSOO!" Hyunwook membentak. Wajah yang semula datar tidak akan berubah semarah itu andai tuduhan Eunsoo tidak melewati batas ego pemuda tersebut. Seakan Hyunwook dianggap sudah rusak moralnya. Itu sudah termasuk perkara yang serius—melukai harga diri Hyunwook. Pantas jika Hyunwook tidak terima.
Di atas ranjang Eunsoo menciut. Lebih merapatkan diri meringkuk di balik selimut. Tidak menduga bakal setakut ini mendapati pemuda yang berani ia debat dapat semurka ini. Hyunwook telah membuat keberanian Eunsoo tunggang langgang tak bersisa.
Ego yang terlanjur memantik, sulit padam. Tinggal tarikan napas, usaha Hyunwook sedapat mungkin mengembalikan ketenangan. Itu pun ia berdiam diri beberapa saat dulu guna menetralkan perasaan.
Sebelum akhirnya berkata meski menyisakan aura dingin. "Tidak mungkin aku membawamu pulang saat kau mabuk parah dan meracau tak jelas. Jadi, aku menyewa motel terdekat. Kau sempat muntah dan aku tidak bisa membiarkanmu tidur nyenyak dengan pakaian penuh muntahan." Lantas pemuda itu menaruh bawaannya ke atas ranjang bagian kaki. "Pakailah. Segera bersihkan dirimu dan kita pulang. Aku tunggu di luar."
Angkat tungkai, Hyunwook meraih kenop pintu. Tapi ia sejenak memandang ragu gagang itu ketika ia masih belum puas mengultimatum Eunsoo.
Ia kembali, sekali lagi hanya untuk membuat pipi Eunsoo merah padam saking marahnya, lantas timbul keinginan merobek mulut Hyunwook karena pemuda itu telah mengatakan hal vulgar. "Periksa tubuhmu, siapa tahu aku meninggalkan kiss mark di seluruh tubuhmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time
FanfictionEunsoo berkenalan dengan orang asing lewat jejaring sosial ber-username Yichan selama setahun belakangan tanpa bertemu sama sekali. Gadis itu sering curhat mengenai permasalahan hidupnya pada Yichan karena orang-orang terdekatnya bajingan. Sementara...