17

178 18 1
                                    

Betapa besar pengaruh plester luka pada diri Hyunwook. Benda mungil itu memiliki sejarah yang mengharukan bersama Eunsoo. Simbol kekhawatiran Eunsoo dan rasa sayang terhadapnya. Sehingga ketika Eunsoo datang membawakannya, Hyunwook tak lagi berpikir jernih selain ingin memeluk Eunsoo erat dan memilikinya seutuhnya. Di samping itu, bukankah Eunsoo secara terang-terangan telah memberitahukan pada Hyunwook mengenai perasannya yang masih tetap sama—kekhawatiran yang berlebihan. Serta menjadi bukti kuat bahwa Eunsoo tidak benar-benar menghapus Hyunwook dari hatinya.

Haru, gembira. Terlalu kompleks untuk digambarkan lewat ekspresi. Sudah siap merentangkan tangan dan maju selangkah. Nyatanya memeluk sebagai ungkapan rasa syukur saja harus kandas oleh suara perempuan yang datang.

"Eunsoo? Kaukah itu?"

Sial! Hyunwook mengumpat lirih. Eunsoo keheranan dengan sikap Hyunwook yang tiba-tiba menggeram beserta sibakan  rambut ke belakang. Memiringkan tubuh melewati bahu lebar Hyunwook hanya untuk melihat sebab kegelisahan pria itu datang. Seketika mata Eunsoo membulat sempurna.

Jian. Gadis itu setengah berlari meraih Eunsoo ke dalam pelukan. Sementara kedua lengan Eunsoo menggantung kaku di sisi tubuh. Gemetaran hebat. Terlalu takut sehingga tak terpikirkan untuk balas memeluk. Pikirannya hanya berkutat pada kurangnya kejelian mencari di tengah ingar-bingar luapan manusia di sekitar. Barangkali jika ia lebih waspada, ia bisa sedikit mempersiapkan diri. Atau sebenarnya ia tidak pernah siap untuk menghadapi sumber pengkhianatannya yang datang dari masa lalu.

Isakan lirih bahkan tidak membuat Eunsoo lebih rileks. Segala ocehan Jian bahkan tak sampai otak. Lebih tidak sadar lagi Eunsoo menatap Hyunwook. Berharap pria itu dapat melakukan sesuatu yang bisa menjauhkannya dari Jian. Tapi pria itu sama bingungnya pada situasi mendadak itu.

Jian melepas pelukan, tetapi tidak pada bahu Eunsoo yang masih ia pegang erat. Eunsoo dapat melihat bayangan dirinya berdenyar di bola matanya yang cemerlang. "Sudah lama kita tidak bertemu. Apakah kau hidup dengan baik? Sungguh aku sangat merindukanmu, Soo. Ada banyak hal yang ingin aku katakan selepas perpisahan kita yang tidak baik-baik saja. Aku harap kau bisa memaafkanku dan kita bisa kembali seperti dulu setelah ini."

Apakah mata berkaca-kaca itu mengatakan hal yang jujur?

Penilaian Eunsoo sebatas Jian makin cantik dan terlihat dewasa dengan gaunnya yang gelap semi formal. Fakta ia menangis di tengah ruangan remang bahkan tidak mengurangi poin tersebut. Bukan melebih-lebihkan, Eunsoo memang sedang mengungkapkan kebenaran. Hanya itu yang bisa Eunsoo pikirkan ketimbang kalimat balasan yang pantas dan masuk akal untuk sekian tahun perpisahan mereka yang berakhir buruk.

Tarikan sedikit kasar di lengan Eunsoo bisa dibilang sedikit melegakan. Hyunwook mengambil langkah tepat dengan menjauhkan Eunsoo dari Jian ke sisinya. Lantas berkata kelewat dingin dengan rahang mengeras, "Datanglah besok ke kantor. Aku akan menjelaskan semuanya. Malam ini, aku dan Eunsoo tidak ingin diganggu."

Pemandangan berikutnya merupakan suguhan yang begitu dramatis. Semua orang di club malam tahu Jian adalah tunangan Hyunwook. Mereka adalah pasangan potensial untuk menjadi sangat terkenal melebihi pasangan selebriti pada umumnya karena persaingan kedua orang tua mereka di dunia bisnis. Tetapi ketimbang memilih tunangannya, Hyunwook justru pergi dengan gadis asing yang sama sekali tidak ada menarik-nariknya.

Memang bukan lagi rahasia mengenai pertunangan mereka yang buruk, marak menjadi perbincangan menarik di kalangan para chaebol. Terkadang demi menjauh dari Jian, Hyunwook suka sekali berpura-pura bermain dengan banyak wanita penghibur lalu setelah itu ia tinggalkan begitu saja.

Tapi berbeda kasus perlakuan Hyunwook terhadap gadis yang berpenampilan terlalu sederhana—Hoodie dan celana biasa. Tidak pernah terjadi sebelumnya kepada Hyunwook yang terkenal anti wanita. Justru sikapnya kali ini terkesan akrab dan melindungi. Mungkinkah mereka baru saja menemukan gadis yang mampu mencuri hati Hyunwook? Dan yang lebih memalukan lagi, Hyunwook lebih memilih pergi dengan gadis itu ketimbang tunangannya sendiri yang dibiarkan menahan sengatan malu.

Kim Yuri menahan kegirangan di balik tangannya. Rencana membuat Jian kesal berhasil. Puas sekali melihat gadis yang biasanya tampil percaya diri, kini mendapatkan ganjaran. Tapi lebih dari pada itu Jian mengenal Eunsoo merupakan hal yang mengejutkan. Pantas saja Eunsoo enggan masuk kalau tak dipaksa. Ternyata alasan pastinya mereka bertiga—Hyunwook, Jian dan Eunsoo—memiliki hubungan di masa lalu yang kelihatannya buruk. Sungguh sangat menarik sampai-sampai Yuri ingin sekali berteriak. Dia perlu memastikannya.

"Bagaimana kau bisa mengenal Eunsoo? Jangan bilang kau menjadikannya seperti teman-teman jalangmu untuk merayu Hyunwook hanya demi membuatku kesal!"

Kesenangan Yuri berakhir. Ia memandang Jian sengit. "Kali ini kau salah. Kebetulan kami berteman baik dan dia bekerja denganku." Bersedekap, Yuri bertingkah percaya diri di depan Jian, meskipun semua omongannya kebohongan.

Jian sepenuhnya tak mempercayai Yuri. Ia tahu benar Yuri tipikal gadis yang penuh muslihat. Jian akui Yuri pintar sekali mengungkapkan kebohongan seolah-olah terdengar itu faktanya.

"Apapun tujuanmu, jangan jadikan Eunsoo korbanmu selanjutnya. Dia gadis baik dan aku akan melakukan apapun untuk membuatmu menyesal kalau sampai Eunsoo terluka."

"Tenang saja. Ada Hyunwook. Dia tidak akan menyakiti Eunsoo. Kau lihat tadi, kan. Hyunwook sangat menjaga Eunsoo dari dirimu. Jadi semua kekhawatiranmu tadi sama sekali tidak perlu." Yuri mengedip genit. Sebelum pergi ia ingin memuaskan diri dengan mengukur seberapa marah Jian dan ia cukup puas untuk sementara ini karena Jian terlihat seakan tertekan dan nyaris menangis.

Seorang pria asing menarik Yuri menjauh. Mereka bertukar ciuman panas di bawah pengawasan Jian. Sebelum akhirnya mereka berbaur dengan musik di lantai dansa. Jian berteriak marah. Kemarahan yang ditenggelamkan musik yang semakin up beat. Tidak ada yang peduli. Semua orang hanyut dengan hasutan iblis di kepala mereka.

Apa yang dikatakan Yuri barusan cukup mengguncang kesadaran Jian. Jika benar, itu cukup menjelaskan kedekatan yang ditunjukkan Hyunwook tadi terhadap Eunsoo belum lama ini terjalin lagi. Hyunwook memang pria cerdas yang dapat melakukan apapun sampai Jian tidak tahu apa-apa.

Jian menggigit bibir. Saking marahnya darah segar memerahkan bibirnya yang sudah merah. Sebuah jempol muncul menyentuh lembut bibir Jian dari belakang punggungnya. Mencegah gadis itu menyakiti dirinya sendiri. Sementara tangan besar lainnya merenggangkan salah satu kepalan tangan Jian yang kalau tidak dilakukan, nail art-nya yang panjang akan melukai telapak tangannya sendiri.

"Rileks." Suara berat itu terdengar mengundang di telinga Jian. Terlalu dekat sampai Jian bisa merasakan sapuan lembut sebuah bibir yang maskulin.

Bibir Jian terbuka saat itulah jempol kekar itu menghapus jejak darah. "Tarik napasmu dan buang perlahan." Jian menuruti instruksi pria itu berulang kali. Selama itu jempolnya masih bertengger di bibir Jian dan dengan lihai semakin berani memainkan indera perasanya hanya untuk mencicipi getir darahnya sendiri.

"Aku akan menghapus kemarahanmu." Jian mendesah ketika bibir pria itu berpindah menjilati lehernya yang jenjang. Sekejap ia kehilangan kenikmatan karena pria itu menarik lengannya. Menghela Jian dengan lembut pergi dari tempat itu menuju suatu tempat yang lebih tersembunyi.

[]

Pintu-pintu di koridor di lantai tiga klub malam tersebut dilewati Hyunwook dengan masih menarik Eunsoo. Gadis itu bergeming, tidak biasanya tidak protes setiap Hyunwook memaksakan kehendak Eunsoo. Kali ini sudah pasti karena masih syok berat akibat bertemu dengan Jian lagi setelah sekian lama.

Salah satunya kamar di ujung sana Hyunwook masuki dengan kata sandi. Ruangan itu merupakan kamar pribadi Hyunwook yang ia gunakan untuk bermalam jika ia sudah teler berat. Pintu itu otomatis terkunci setelah mereka berada di dalamnya.

Hal berikutnya sungguh membuat macet pikiran. Hyunwook tiba-tiba memeluk Eunsoo dan merapatkannya ke dinding. Tanpa mengatakan apapun, bagaimana bisa Eunsoo menebak alasan di balik pelukan Hyunwook. Eunsoo juga jadi makin kagok, bingung harus bersikap apa. Antara mendorong Hyunwook atau membiarkannya saja sesuka hati. Sementara jantungnya berdegup kencang. Degup jantungnya dan degup jantung Hyunwook yang bisa Eunsoo dengar seritme dengannya. Menciptakan rasa yang sama seperti dulu saat ia jatuh cinta pertama kali pada Hyunwook.

Lengannya yang kurus terbalut Hoodie kebesaran terangkat ragu-ragu. Tidak apa-apa sesekali untuk tidak membohongi diri sendiri, hatinya membisik. Apalagi ia menyadari plester luka di genggamannya yang ia bawa dengan kesadaran penuh. Eunsoo menjadi tidak ragu lagi untuk memeluk punggung lebar itu. Sangat-sangat erat seakan tiada hari lagi.

[]

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang