10.

337 29 4
                                    

Hyunwook menyetir malam itu dengan Eunsoo yang melabuhkan pandangan pada luar jendela mobil. Mulutnya mengunci rapat. Mereka bahkan tak punya topik untuk dibahas, atau memang tidak ingin saling bicara, yang ada musik yang disetel guna mengisi kekosongan.

Mobil menepi. Hongdae tidak pernah mati. Di mana terdapat kultur yang amat kental akan K-Pop yang merupakan pusat dari segalanya dan mendunia. Mereka berdua turun dari mobil. Berjalan berdampingan langsung disambut musisi jalanan di sisi trotoar. Berbaur pada ramai pejalan kaki lainnya yang butuh hiburan atau sekadar lewat.

Gemerlap Hongdae bikin fokus Eunsoo terbagi. Ia terlalu senang melihat seorang pemain menggesek biola yang berhasil menarik banyak penonton karena keterampilannya selayaknya profesional. Sehingga Eunsoo tidak sadar apabila orang-orang yang berjalan cepat karena suatu urusan, menerabas dan menyenggol Eunsoo.

Hyunwook cekatan menarik Eunsoo lembut, membawanya menyingkir. Tindakan Hyunwook terbilang baik, tapi tidak ditanggapi hal sama. Eunsoo segera menarik diri. Berjalan unggul, namun tak lantas Hyunwook biarkan. Ia menyusul, menggenggam tangan Eunsoo. Sehingga pemilik tangan kecil itu terpaksa berhenti kemudian menunjukkan sikap sebal.

"Tolong jangan lepaskan," pinta Hyunwook kepada Eunsoo yang mencoba melawan.

"Terakhir kali aku melepas tanganmu dan membiarkanmu sendirian, penyesalan menghukumku telak dan aku tidak tahu cara memperbaikinya selain meratap. Jadi, selagi ada kesempatan tolong jangan lepaskan."

Fakta Hyunwook seorang yang pandai merayu, melintasi batok kepala Eunsoo. Tidak mudah mempercayai mulut manis flamboyan satu itu. Omong kosong jauh lebih masuk akal untuk diterima Eunsoo dan ia sepakat bahwa Hyunwook sedang mempermainkan Eunsoo dengan cara menyentuh sisi sentimentalnya, lalu membuatnya terlihat bodoh seperti yang dilakukan Hyunwook di dapur. Jelas Eunsoo sudah tahu cara main Hyunwook. Ia tidak akan terjebak lagi.

Terlalu banyak berpikir, Eunsoo jadi lupa cara menghentikan Hyunwook yang sedang menariknya berjalan melewati tiap kedai pertokoan. Hingga mereka masuk ke sebuah restoran kecil dan memesan meja.

"Yaa, mentang-mentang kau berkuasa, seenaknya memperlakukanku?!" Eunsoo membuka perdebatan lagi, bikin Hyunwook impulsif menggosok kuping. Kadang ia berpikir suara Eunsoo terdengar lucu selayaknya anak kecil mengomel. Bahkan saat marah pun tidak menyulut api, justru menciptakan kesan gemas.

Tidak ada tanggapan, Hyunwook memilih memesan menu begitu pemilik resto datang menawarkan.

"Samgyeopsal dua porsi, nasi, topokki dan soju."

Setelah mencatat, pemilik resto meminta untuk menunggu selagi pesanan dibuat lalu undur diri.

Hyunwook santai bertopang dagu, mengamati Eunsoo yang memanyunkan bibir. "Kau tidak lelah, ya selalu mengomel. Seakan seluruh hidupmu hanya dihabiskan untuk berteriak?"

Eunsoo mendengus. "Wah, berkacalah yang benar. Siapa yang lebih dulu bikin kesal."

Hyunwook angkat tangan tanda menyerah. "Oke, aku menyerah asalkan kita saling mengobrol dan makan dengan santai seperti dulu saat kita dekat."

Melihat Hyunwook memamerkan senyum kelewat sinis, membuat Eunsoo menarik konklusi. Bahwa Hyunwook memanglah bajingan. Ia membuang muka ke samping, menyangga pipi dengan tangan. Sebelah tangan lainnya mengetuk meja dengan tak sabaran. Hyunwook diabaikan. Bukan masalah, karena pemuda itu tinggal membuka ponsel demi mengecek email atau pesan yang berhubungan dengan perusahaan.

Sampai pada pesanan tersaji, Hyunwook mengantongi ponselnya kembali ke saku jaket. Fokus memanggang daging ke atas wajan besar, membolak-balikkannya dengan sumpit. Sementara Eunsoo menggigit ujung sumpitnya, merasakan bumbu tercium memperbanyak produksi air liur. Ia menelannya terang-terangan di bawah pengawasan Hyunwook yang diam-diam tersenyum, melihat tingkah menggemaskan Eunsoo.

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang