9.

266 26 11
                                    

Eunsoo nyaris saja terhanyut, kalau saja otaknya tidak kembali waras. Seketika ia mendorong dada bidang Hyunwook yang semili lagi mendapatkan bibir Eunsoo. Memang gagal, tapi Hyunwook bersyukur Eunsoo lebih dulu sadar ketimbang dirinya yang sudah sepenuhnya dibutakan sisi liar.

"Ige mwoya!" Eunsoo membentak dengan seluruh amarah yang ia miliki. "Kau pikir aku Kim Yuri atau wanita yang sering kau kencani, yang bisa dengan mudah kau ciumi sembarangan!"

Hyunwook menghela napas, bertolak pinggang. Ia mengurut keningnya sebentar guna mengembalikan kewarasan. "Mianhae. Tapi sekarang skor satu sama."

"APA!"

Hyunwook mendekat sambil tangannya meraih sisa kancing kemejanya. Eunsoo mundur bertahap. Adrenalin meningkat, melindungi diri agar tak lagi kecolongan. "A–apa yang sedang kau lakukan? Berhenti, keparat!"

Hyunwook berhasil membuka semua kancing kemejanya secara sistematis dan agak sensual. Tadinya Eunsoo mau menangis saking marahnya atas perlakuan Hyunwook yang kurang ajar. Tapi ketika Hyunwook melepas kemeja putihnya dan melemparnya sembarangan, sehingga Eunsoo dapat melihat proporsi tubuh Hyunwook yang nyaris sempurna, Eunsoo lupa cara mengatupkan bibir. Sensasi asing hadir pada perutnya, rasa geli tapi tidak buat dia tertawa.

"Mandilah, memang mau apalagi? Otakmu saja yang tidak ada bedanya denganku. Sama-sama kotor."

Secara ucapan dan tindakan, sebetulnya sedikit tidak sinkron. Ketimbang segera enyah ke kamar, pemuda itu justru bermain-main. Sebuah tindakan yang didorong oleh rasa senang  melihat Eunsoo tak berdaya dan terpojok.

Pinggul Eunsoo mentok, terjepit di antara pinggiran pantry dan dada polos Hyunwook. Situasi berbahaya ini mengerdilkan mentalitas Eunsoo. Belum lagi aroma kayu manis yang menyengat sangat maskulin, semakin memperparah keadaan pribadi keras kepala itu. Apakah ini bisa dianggap sebagai kelemahan Eunsoo terhadap tarikan magnetik cowok seksi? Barangkali, ya. Bahkan Eunsoo terpaksa mengakui otaknya sudah agak mulai geser beberapa derajat saat menasbihkan Hyunwook memang seksi.

"Kim Yuri." Hyunwook benar-benar sialan. Suaranya direndahkan dari biasanya. "Dia adik tiriku."

Kalaupun kaget Eunsoo sudah tidak sanggup. Ia pasrah saja pada tarikan sensual yang makin memanas di sekitar mereka.

Hyunwook nyaris menempelkan bibir pada cuping telinga Eunsoo saat berbisik. "Kalaupun aku berkencan dengan banyak wanita, aku selalu mencari setipe denganmu dan membayangkan kalau mereka itu kau, Eunsoo."

Sialan, Hyunwook! Pemuda itu pandai merayu. Sampai-sampai Eunsoo yang tidak mudah takluk pada pesona cowok, hatinya menggelepar menyedihkan. Eunsoo menutup mata, refleksi membentengi diri dari pemandangan perut kotak-kotak yang makin bersinar akibat keringat yang terbias lampu dapur. Bahkan menutup mata saja perlu kerja keras, sebab giliran bayangan-bayangan tak sepantasnya berputar cepat meracuni isi kepala dan Eunsoo susah payah mengenyahkannya. Gara-gara bisikan Hyunwook memanggil namanya, terlalu seduktif seakan-akan terkesan ajakan tidur bersama.

Hyunwook memberikan senyum miring. Sudah ditentukan siapa pemenangnya dan Hyunwook berbangga bisa mengalahkan Eunsoo dalam permainan kecil mereka. Hyunwook merasa kembali hidup setelah lama jiwanya mati dan itu berkat Eunsoo. Berkat perasaan cintanya juga yang ternyata tidak pernah berubah.

Merasa kasihan dengan pipi Eunsoo yang merah padam, juga tak tega melihat Eunsoo tak ubahnya kelinci terjebak di sarang buaya, Hyunwook mundur perlahan. Lantas mengacak kepala Eunsoo. Praktis gadis itu membuka mata. Ada bayangan ketakutan pada pupilnya yang membesar serta bergerak gelisah. Itu mencubit hati Hyunwook. Ia akui perbuatannya kelewat salah, tapi satu-satunya cara efektif menaklukkan kepala batu Eunsoo adalah dengan pemaksaan.

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang