Luka dan amarah

1 0 0
                                    

Orion melangkah pasti menyusuri lorong-lorong Bersama pasukan nya, ia mencari betul jalan yang mengarah ke pembunuh Ibu nya. Banyak yang menghalangi langkah mereka seperti pasuka musuh yang berdatangan, Orion dan pasukan nya bisa menangani musuh-musuih yang menyerang mereka. Wajah Orion tidak begitu banyak luka tapi tetap saja, wajah nya sudah kotor dengan darah orang lain yang ia habisi.

"Tuan, 2 lorong lagi anda akan bertemu dengan orang yang anda cari", jelas hacker.

Air wajah Orion semakin jelas oleh amarah meletup-letup, ia percepat Langkah nya dengan pasti. Ia yakin, ia akan kehilangan akal sehat nya saat menatap wajah pembunuh ibunya.

"Biar saya yang tuntaskan, 3 dari kalian boleh berjaga disini, selebih nya berpencar dan jaga yang lainnya", titah Orion kepada pasukan yang berjaga untuknya.

"Perketat penjagaan untuk Ayah saya, jika ia mati Perusahaan ini akan hancur dan kalian akan di PHK"

Akhirnya, ia telah sampai dimana ia akan menumpahkan banyak darah dari pembunuh ibu nya. Ia membuka ruangan itu dengan yakin.

"Well..well, Apakah ini pangeran penerus Dendra yang bodoh itu ?", Gota sedang duduk di meja sambil meminum wine.

"Mungkin anda sudah tidak ingat siapa saja yang anda bunuh. Bisa anda beri tahu bagaimana rasanya sebagai anjing majikannya yang selalu diperintahkan? Apa rasanya menjadi budak dan juga menjadi peliharaan bodoh di waktu yang sama ?", mata tajam Orion menghunus tepat ke arah mata Gota, ia tidak pernah mengalihkan pandangan nya kepada calon mayat yang ada di depan nya itu.

"Tutup mulut anda! Atau anda akan mati!!"

"Lebih baik berdoa lah atas apa yang anda perbuat, sebelum dendam yang saya bawa berlanjut ke alam sana, saya datang karena dendam, kerena anda membunuh ibu saya. Dan jika anda mati, anda akan menemukan dendam ibu saya karena telah mengambil nyawa nya!", senyum Orion sangat kentara, ia tertawa karena akhirnya ini saat nya ia duel dengan pembunuh ibu nya.

Mereka saling serang, bogeman keras meluncur ke wajah Orion, ia hampir terhuyung. Ia bangun dan darah nya yang mendidih marah, ia memukul perut dan leher Gota. Gota tidak mau kalah ia menendang perut Orion dan mencoba mencekik nya, namun Orion nyatanya lebih gesit dari Gota kira. Orion seperti kehilangan akal sehat, ia diliputi iblis dan api yang membara saat perkelahian itu terjadi.

Gota hampir tumbang dan kewalahan melawan Orion yang menghajar nya, Orion sangat fokus menghajar wajah Gota, dan Gota meraih pecahan kaca dan menusuk perut nya, Orion kaget dengan tikaman itu, ia meraih benda di sekitarnya dan menghujam habis badan Gota di bawahnya sampai ia kehilangan napas nya. Pembunuh, budak, Binatang ini telah mati.

Orion tergeletak, ia memejamkan matanya untuk menahan sakit dan melepas lelah, ia lega karena sudah selesai hutang dendam untuk ibunya. Namun belum sebenarnya tuntas, ia ingin sekali membunuh Fathel Dazzo, orang yang menjadi dalang dari pertumpahan darah ini semua.

'Aku benar-benar banjir darah manusia yang membunuh mu, Bu'

Orion bangun dan berjalan keluar, melihat pasukan yang menjaga nya tetap berada ditempat nya.

"Tuan apa anda tidak apa-apa?"

"Bantu saya keluar dari sini, saya ingin pulang"

"Baik tuan, ikut kami"

Orion berjalan pincang ia harap tidak ada yang menghalangi dan kembali berkelahi, ia benar-benar habis tenaga. Ia berhasil menyusuri Lorong dan sampai ke pintu keluar, ia masuk ke dalam mobil nya dan pergi meninggalkan tempat itu.

"Tugas saya selesai, saya sudah membunuh Gota di ruangan nya sendiri, saya pulang.", ucap Orion melalui alat komunikasi yang berada ditelinga nya. Ayah nya yang mendengar dari sebrang sana tersenyum mengetahui anak nya menang dalam melawan Gota.

Orion melaju cepat ke rumah sakit terdekat untuk membersihkan luka yang ada diperut nya, ia tersenyum puas, dendam nya terbayarkan. Ia tersenyum puas, ia bisa menemui gadis itu lagi.

'Amarah ku hilang, luka ini datang'- Orion

Sesampai ia di rumah sakit ia di arahkan untuk masuk ke ruangan , Orion sendiri lah yang memilih ruangan yang ia pilih, karena ia tidak ingin bergabung dengan pasien-pasien yang lain, karena ia merasa kurang nyaman, itulah ia membayar lebih untuk itu

Orion menahan sakit akibat jaitan yang dilakukan berulang kali di perut nya, untung tikamannya tidak terlalu dalam, ia bisa kehabisan darah yang lumayan banyak saat di perjalanan, kerena markas yang ia datangi tadi jauh dari pemukiman orang-orang.

"Baik tuan, anda bisa istirahat sebentar, dan jangan terlalu banyak gerak ya, tunggu sampai jaitan nya mengering, saya permisi", suster itu merapihkan barang-barang yang ia gunakan untuk mengobati Orion. Orion hanya membalas dengan anggukan.

Ia memilih untuk tidur sebentar di rumah sakit itu, ia tidak ingin terjadi hal yang tidak di inginkan terjadi pada nya jika ia langsung berkendara pulang.

'I'm tired, so I stay here. Apart from that, I wanna meet someone. If I insist on not staying, I don't know whether I'll be able to meet her again or not' -Tuan muda Raksa

**

**

"Tuan, makan anda dan obat sudah saya sediakan di sini, saya permisi", pelayan itu meletakan nampan itu di atas meja yang berada di kamar Orion.

"Tunggu, mengapa saya ada disini?", yang Orion tahu adalah ia tidur di rumah sakit sehabis dijahit, ia tidak merasa sama sekali kalau ia berkendara kea rah rumahnya.

"Tuan Raksa, ayah anda yang menjemput anda pulang, tuan. Beliau melacak alat komunikasi yang masih terpakai ditelinga anda, permisi".

Ia bangkit dari Kasur nya dan meminum obatnya, ia memandangi wajah dan perut nya. Ia menatap kosong pantulan dirinya didalam kaca.'

"Ini semua tidak mungkin ada di dunia ini, seluas apa sebenarnya dunia ini? Apa mungkin Stephen Hawking mengatakan hal yang benar tentang dunia ini?".

Ketidak mungkinan itu terjadi pada Orion Raksa, sesuatu aneh yang ia bahkan tidak mengerti jalan nya semseta ini. Ia tidak bisa mengatakan kepada orang lain yang bahkan dirinya pun ragu, apakah ini benar terjadi apa sekedar imajinasi?.

'Apapun itu, terimakasih. Aku menemukan sosok manis dari tempat yang tidak ku kenali, memang tidak lama aku bersamanya, tapi memori nya cukup jelas, tawa nya cukup tergambar jernih di kepala ku, aku menemukan hal yang telah lama aku cari di dalam dirinya. Tersenyum.'-Orion

**

**

Orion tidak sabar untuk besok, bagaimana pun cara nya ia akan bertemu dengan Lora. Ia menuruni tangga rumah nya ke arah dapur untuk mengambil 2 kaleng minuman soda.

"Bagaimana luka mu?"

"Lihat saya bisa berjalan itu sudah menyimpulkan semuanya"

Orion berjalan gontai melewati Ayah nya, ia enggan melohat wajah Ayah nya dan berjalan kea rah dapur untuk mengambil minuman soda

"Anda bekerja sangat baik hari ini. Di luar itu, saya ingin berterimakasih karena telah membunuh pembunuh ibu mu sekaligus istri tercinta saya", Dendra pergi menjauh setelah mengatakan itu.

Orion terkejut mendengar kalimat yang ia dengar dari Ayah nya beberapa detik lalu, 'Terimakasih' itu yang muncul dan itu yang tertancap jelas dikepala Orion. Ia bingung bagaimana ia menyikapi ini semua

'Tuhan, kata yang disampaikan itu indah, tapi mengapa yang ketemukan hanya keraguan?'

2 YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang