Makan Malam

35 6 1
                                    

Setelah selesai bersih bersih dan melaksanakan shalat isya. Aisyah berniat pergi ke dapur. Tap ia urungkan karena tidak tau di mana letak dapurnya. Jadi aisyah hanya menunggu di dalam kamar, walaupun ia merasa tidak enak karena tidak membantu membuat makan malam.

10 menit berlalu, aisyah bangkit karena mendengar ketukan dari kamarnya

Tok

Tok

Tok

"Nak"panggil bu nyai.

Ceklek

"Iya umi"jawab aisyah ketika membuka pintu.

"Makan malam sudah siap, kita makan dulu nak"ujarnya.

"Makan bersama mi?"Tanya aisyah gugup.

"Iya nak, ayo umi antar ke ruang makan"ujarnya. Aisyah menganggukan kepalanya dan mereka berdua pun berjalan ke arah ruang makan.

Setibanya mereka berdua sampai, mereka langsung duduk setelah di persilahkan pak kiyai. Di ruang meja makan, bu nyai tidak henti hentinya menanyakan tentang aisyah. Aisyah dengan senantiasa menceritakan pengalamannya waktu di kota J.

Sehingga sekitar 5 menit, ada seorang pria yang duduk di sebelah aisyah. Aisyah tidak tau siapa orang itu, ia hanya menatap ke arah bu nyai. Sedangkan pria itu, hanya diam dan tidak minat untuk menanyakan siapa perempuan yang ada di sampingnya.

"Ka, kenalkan gadis di sebelah kakak, namanya aisyah. Dia gadis baru yang masuk ke pesantren kita"ujar kiyai.

"Fathi"

"Aisyah"

Mereka berkenalan hanya saling mengatupkan kedua tangan tanpa mentap satu sama lain. Sedangkan pak kiyai dan bu nyai hanya menatap pasrah, karena memang cucu mereka terkenal cuek dan dingin dengan semua orang. Jadi tidak heran lagi bagi mereka, gimana mau dapat jodoh jika sikapnya saja cuek. Gumam bu nyai.

"Sudah, sekarang kita makan saja"titah bu nyai.

Akhirnya mereka berempat pun mulai memakan makanannya. Keadaan hening karena tidak ada yang berbicara sepatah kata pun. Setelah selesai makan, aisyah membantu sang bibi untuk membersihkan piring dan mencucinya. Padahal pak kiyai dan bu nyai sudah melarang aisyah, tapi ia tetap kekeh untuk membantu, mereka semua hanya pasrah dan menuruti keinginan aisyah.

"Tidak usah repot repot nak, biar nanti bibi saja yang cuci"ujar sang bibi yang bertugas di rumah pak kiyai.

"Tidak apa apa bi, saya sudah biasa mengerjakan ini kok"jawab aisyah.

Sang bibi hanya pasrah dan membiarkan aisyah, karena susah memberi tau aisyah ini, karena memang tipikal keras kepala. Aisyah sudah biasa cuci piring dan membersihkan rumah karena waktu tinggal di kosan, ia seperti itu. Padahal waktu di rumah kediamannya dulu, aisyah tidak pernah di biarkan sedikitpun untuk menyentuh barang barang yang berbau dapur. Maklum, aisyah putri kesayangan mereka.

"Sudah selesai bi"ujar aisyah setelah menyelesaikan cuci piring.

"Terima kasih nak, ayo bibi antar ke kamar lagi"kata sang bibi.

Mereka berdua berjalan sambil aisyah sekali kali bertanya tentang pesantren yang akan ia tempati nanti. Setelah sampai di kamar, aisyah langsung masuk dan membersihkan diri, setelah itu ia pun tidur. Aisyah sudah tidak sabar untuk menanti hari esok yang akan di penuhi dengan suasana pesantren.

Aisyah & Ujiannya[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang