Chapter 66

15 1 0
                                    

Ketika mereka sedang kalut dengan pikirannya. Suster menghampiri salah satu dari mereka untuk menghadap ke dokter. Gus fathi menghampiri dokter ke ruangan dan masuk setelah di persilahkan.

"Bagaimana dokter keadaan istri saya sekarang?"tanyanya ketika sudah duduk berhadapan dengan sang dokter.

"Sesuai yang saya katakan tadi pak. Istri bapak di diagnosa penyakit leukemia kronis. Dan setelah saya cek penyakit ini sudah lama ada dan baru di ketahui oleh pasien baru baru ini. Karena tidak segera di lalukan pengobatan, penyakit ini sudah menjalar hampir ke seluruh tubuhnya"ucap dokter menjelaskan.

"Apa masih bisa di obati dok?"khawatirnya mendengar penjelasan dokter.

"Leukemia kronis biasanya berkembang lebih lambat dan menghasilkan akumulasi sel darah putih yang relatif matang, tetapi masih abnormal. Ini cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk mulai menyebabkan masalah yang nyata daripada leukemia akut. Namun, leukemia kronis yang tumbuh lebih lambat mungkin lebih sulit di obati"tambahnya lagi dan...

Deg

Gus fathi sudah tidak mampu mendengarnya lagi. Ia berusaha menahan air matanya untuk tidak keluar tapi air mata itu mengalir begitu saja. Dokter bangkit dan menepuk pundak gus fathi dan memberikan semangat, memang sulit menerima keadaan sekarang tapi apa daya ini sudah takdir yang harus mereka terima.

"Hikss.... hikks.. Apa ada cara lain dok untuk mengobatinya?"tanyanya lagi di sela sela isakan.

"Metode pengobatan leukemia biasanya dengan cara operasi transplantasi sumsum tulang dan kometerapi. Namun seperti di ketahui operasi transplantasi sumsum tulang tidak selalu efisien selain itu sangat sulit untuk menemukan jenis pasangan sumsum tulang yang cocok untuk operasi. Operasi transplantasi sumsum tulang belum tentu juga berhasil, karena tingkat penolakan sumsum dan kekambuhan setelah transplantasi sangat tinggi. Ketika terjadi penolakan sumsum dan penyakit kambuh, maka sudah tidak bisa diobati lagi. Dan kita hanya tinggal menunggu waktu itu tiba"ujarnya dan gus fathi sudah tidak bisa berkata kata hatinya sangat sakit. Ia seperti tidak punya semangat untuk sekarang. Bahkan untuk sekedar tersenyum pun sangat sulit di keadaan seperti ini.

Ketika sudah menghampiri dokter gus fathi keluar dengan wajah lesu dan ntah apa yang ia pikirkan. Ia kembali ke ruangan yang mana aisyah sudah di pindahkan ke ruang perawatan. Bunda aisyah sudah sadar dari pingsannya dan pulang lebih dulu karena ada urusan yang tidak bisa mereka tinggalkan. Begitu pun dengan keluarga al muftar dan orang tua gus fathi mereka ada hal yang tidak boleh di tinggalkan. Dan ketika urusan mereka selesai, mereka akan segera kembali ke rumah sakit.

Ceklek

Gus fathi masuk ke dalam ruangan itu dan menghampiri aisyah yang terbaring lemah dengan beberapa alat medis. Ia berjalan dan duduk di samping aisyah menggenggam tangannya.

"Dek...Kenapa kamu sembunyikan semua dari mas. Kamu merasahasiakannya sampai tidak ada orang yang tau selain kamu sendiri"ujarnya yang menggengam tangan itu dengan erat.

"Jangan tinggalkan mas. Mas masih butuh adek untuk terus berjuang, bukannya kita akan berjuang sama sama? Bukankah masih ada satu harapan yang belum kita kabulkan? Mas mohon bangun sayang jangan tinggalkan kami semua"tangisnya terisak isak dan mengecup kening istrinya dengan lama.

Tangisnya pecah di dalam ruangan itu dengan menggenggam tangan sang istri. Sakit sungguh sakit berada di posisi sekarang, kenapa harus takdir ini yang mereka hadapi. Gus fathi tidak kuat berada di posisi ini. Ia takut, takut kehilangan istrinya. Aisyah adalah hidupnya, aisyah adalah jiwanya. Setelah mendengar perkataan dokter tadi gus fathi semakin takut dengan semua hal buruk yang akan menghampirinya.

Fallsback

"Apa masih ada harapan untuk istri saya hidup lebih lama lagi?"tanyanya lagi.

"Sesuai yang saya katakan tadi pak. Istri bapak mengidap leukemia yang sulit di obati. Tapi kami akan berusaha mencarikan sumsum tulang yang cocok dan ketika nanti ada sumsum  tulang yang cocok kita akan melakukan operasi transplantasi sumsum tulang dan jika tidak ada kita akan coba lalukan juga kometerapi serta imunoterapi walaupum harapan hidupnya hanya 10%"

Fallsback on

Setelah mendengar perkataan dokter. Ketakutan gus fathi semakin besar dan ia sudah tidak tau apa yang harus di lakukan lagi selain pasrah dan sekarang ia kehilangan separuh jiwanya yang tengah terbaring lemah di kasur rumah sakit ini. Menggenggam tangan aisyah yang sedikit pucat dan beberapa alat medis terpasang di badannya, menatap sang istri dengan penuh cinta dan rasa takut kehilangan. Aisyah mengerak gerakkan jarinya dan gus fathi kaget karena jari aisyah bergerak. Ia segera memanggil dokter dan tak lama kemudian sang dokter datang dengan suster untuk memeriksa keadaannya.

Setelah selesai memeriksa keadaan aisyah. Tak lama kemudian dokter menghampiri gus fathi yang sedang menunggu di luar.

"Apa istri saya baik baik saja dok?"tanyanya cemas.

"Untuk keadaannya sekarang baik baik saja. Kita tinggal menunggu beberapa jam lagi pasien akan sadar"jawabnya dan gus fathi lega mendengarnya.

"Terima kasih dok"ucapnya tulus.

"Sama sama pak kalau begitu kami permisi dulu"pamitnya dan gus fathi menganggukan kepalanya.

Dokter telah pergi kemudian gus fathi masuk ke dalam lagi. Berjalan dengan tatapan mata lurus melihat sang istri, ia duduk di brankar itu dan mengelus pucuk kepala aisyah.

"Bangun sayang mas kangen"ujarnya yang terus menatap wajah istrinya.

Aisyah & Ujiannya[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang