21. Kaizen

52 11 0
                                    

⚠️⚠️Warning!! Warning!!⚠️⚠️

Cerita ini banyak kekurangan, plot hole, typo bertebaran, belum lagi kesalahan grammar dan gaya penulisan yang berubah sesuai mood yang nulis__aku.

Take your chance and leave buat yang pengen cerita wow dan perfect, karena nggak mungkin didapetin disini.

Aku buat ini cuma buat seneng-seneng aja jadi mari kita sama-sama having fun.

••☆••♡♡♡••☆••












“I never have that chance,” Ken menunggu daging yang dipanggang Dann dengan sabar.

Mereka berdua memutuskan untuk makan malam di warung tenda bbq di sekitar pantai setelah menyaksikan sunset dan percakapan mendalam tadi.

“fight for an opportunity,” menyomot satu daging yang sudah matang untuk ditaruh di atas daun dan pelengkap yang sudah gadis itu buat “jangan kasihanin aku,”

Dann mencoba tersenyum, “it never crossed my mind,” dia memindahkan semua daging yang sudah matang ke atas piring dan menggantinya dengan yang baru “kalau kamu penasaran apa yang aku rasain pas denger kamu ngomong gitu, mungkin amarah jawabannya.”

“juga menyesal,” katanya lagi “harusnya aku temuin kamu lebih cepat jadi kamu nggak perlu rasain hal sedih itu sendirian.”

Gadis itu mengunyah dalam diam, dengan kepala tertunduk, “but I was never really alone,”

“though feeling lonely for most of the time,” Ken mengisi gelas dari teko yang disediakan penjual untuk masing-masing meja “dan itu bikin aku ngerasa bersalah karena bisa-bisanya ngerasa begitu.”

Dipandanginya gelas yang terisi penuh itu dengan serius, “aku berusaha mahamin logika mereka, I'm trying hard to fit in but I just... can't.”

“Because they never really care about you,” Dann membalik daging yang sedang dipanggang nya, berpura-pura konsen dengan kegiatannya karena tahu Ken mungkin akan mulai menangis kalau mata mereka bertatapan sekarang.

“You felt and understood that but you denied it yourself,” pria itu menghembuskan napasnya dengan berat “just because they say they love and care for you doesn't mean they truly do,”

“Love wasn't about giving and giving with intentions to stir,” menaikkan sedikit kepalanya untuk melirik, Dann kembali melanjutkan “you never truly live your life don't you?”.








••☆••♡♡♡••☆••









“Here,” Dann mendorong sebuah paper bag ke arah Ken yang sedang menikmati harinya seperti biasa di beranda cafe.

“A diary,” lanjutnya ketika Ken mengintip isi tas tersebut “for you,”

“Buat?,” Ken tidak mengerti

“Journaling,” jawab Dann yang malah mengeluarkan buku yang dibelinya dari dalam paperbag, membuka bungkusan plastik lalu menunjukkan isi journal yang masih kosong melompong.

“Ayok kita mulai bareng-bareng,” dia mengeluarkan satu jurnal lagi dari dalam saku jaketnya. “Buat bahan diskusi,”

Ah, the persistence!. Ken seharusnya tahu kegigihan cowok ini kalau sudah memutuskan sesuatu, dia tidak akan mudah menyerah.

“Nggak perlu diisi dan dihias sefancy mungkin kayak contoh di internet, bertahap aja. Pelan-pelan sampai nyaman,” cowok itu mensejajarkan kedua buku di atas meja “seminggu dua atau tiga kali juga cukup, asal konsisten.”

Healing Recipe  [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang