Di depan cermin Zhang Hao menatap tubuhnya sendiri dengan prihatin. Beberapa memar merah tampak dengan apik menghiasi wajah, leher juga lengannya. Dia berdecak kesal dan bingung bagaimana ia menutupi noda memar itu.
Dengan keputus asaannya Zhang Hao mengambil jaket berwarna coklat dan satu masker untuk menutupi wajahnya. Setidaknya ia bisa beralasan sedang tidak enak badan pada guru agar ia tidak perlu melepas jaket dan maskernya. Ia segera bergegas berangkat ke sekolah setelah selesai dengan persiapannya.
Sesampainya di depan pintu kelas ia sudah di sambut oleh senyuman hangat Hanbin yang dari tempat duduknya yang selalu tiba lebih dulu. Walau senyumnya tertutup masker tapi sorot matanya pada Hanbin memberitahu kalau Zhang Hao juga ikut tersenyum.
"Kamu sedang tidak enak badan, Hao?" tanya Hanbin begitu ia menyadari jaket dan masker yang Zhang Hao kenakan. Dia belum pernah berpakaian seperti itu sebelumnya.
Zhang Hao mengangguk, "Sepertinya iya, aku sedikit tidak enak badan,"
"Apa karena jalan-jalan kemarin? Maaf ya, aku—"
"Ini bukan salah kamu, Hanbin. Tenang aja, ini memang sudah jadwalku sakit hari ini." ucapnya di akhiri dengan tawa kecil guna mencairkan suasana. Zhang Hao jadi tidak enak karena sudah membuat Hanbin menyalahkan dirinya.
"Syukurlah. Tapi kenapa nggal istirahat dulu? Kamu bisa ke UKS dulu," sarannya.
Zhang Hao menggeleng, "Tidak perlu, aku nggak mau ketinggalan pelajaran,"
"Kamu serius?"
"Iya. Aku serius,"
"Yasudah kalau itu maumu, tapi jangan terlalu maksain diri ya. Langsung istirahat kalau udah nggak sanggup. Oke?" ujar Hanbin lalu membelai lembut kepala Zhang Hao membuat pemuda cantik itu tidak bisa menahan senyumnya di balik masker.
Zhang Hao senang akhirnya Hanbin bisa mulai perhatian kepada dirinya, tidak seperti saat pertama bertemu dengan sikap dinginnya yang khas.
Bel pelajaran pertama berbunyi membuat seluruh murid duduk ke kursinya masing-masing dan mempersiapkan buku untuk pelajaran pertama pagi ini.
***
Di toilet sekolah jam istirahat Zhang Hao melepas jaket dan maskernya kembali bercermin melihat tubuhnya sendiri. Ia berdecak kesal karena bekas memar merah itu belum juga memudar. Ia sudah pengap dan kepanasan sepanjang kelas memakai jaket dan masker.
"Apa aku beli bedak atau foundation aja buat nutupin memarnya yah?" monolognya.
Tepat setelah itu pintu toilet terbuka membuat Zhang Hao seketika menoleh dan bertatapan dengan Hanbin, orang yang membuka pintu toilet itu. Zhang Hao terkesiap mematung kaget saat Hanbin tiba-tiba masuk.
"Apa yang terjadi denganmu, Hao? Kenapa banyak sekali memar merah di tubuhmu?" Hanbin bertanya penuh ras khawatir. Zhang Hao hanya bisa meneguk ludahnya gugup tidak berani menjawab pertanyaan Hanbin juga mengalihkan wajahnya.
Tidak juga menjawab Hanbin seketika memakaikan kembali jaket dan maskernya pada Zhang Hao membuat pemuda cantik itu bingung.
"Hanbin?"
"Aku tidak akan memaksamu untuk cerita sekarang. Katakan saja saat kamu ingin dan sudah siap, oke?"
Zhang Hao hanya menunduk dan mengangguk pelan, tangannya mengepal erat dipenuhi rasa bimbangnya saat ini. Haruskah ia mengatakannya pada Hanbin atau tidak?
"Hanbin,"
"Hm? Ada apa, Hao?"
"Ikut aku, ada yang ingin aku katakan sekarang." ujarnya lalu jalan mendahului Hanbin. Mereka pergi menuju ke atap gedung sekolah. Tempat yang memang biasanya sepi agar membuat percakapan mereka jadi lebih privasi.
Hanbin hanya diam menunggu Zhang Hao memulai lebih dulu. Zhang Hao berbalik lalu melepas kembali jaket dan maskernya.
Matanya saling bertatapan dengan sorot mata teduh milik Hanbin. Zhang Hao merasa seperti ada rasa kepedulian yang sangat besar disana untuknya. Tangannya sedikit bergetar ragu untuk mengatakan kebenarannya.
Tanpa sadar setetes air mata mengaliri pipi Zhang Hao. Pemuda cantik itu sendiri tidak tahu kenapa tiba-tiba ia menitihkan air matanya. Langsung saja Hanbin mendekati Zhang Hao menarik tubuh rapuhnya ke dalam dekapan hangatnya dan memeluknya dengan erat.
"Aku akan selalu ada di pihakmu, Zhang Hao." tuturnya lembut sambil mengelus punggung pemuda cantik itu.
Air matanya mengaliri pipinya makin deras setelah itu dan akhirnya Zhang Hao membalas pelukan Hanbin sama eratnya. Zhang Hao mengeluarkan semua perasaan kesalnya tadi malam saat ini juga di hadapan Hanbin.
Perasaan marah, kesal, kecewa karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan ayah angkatnya selama ini yang selalu ia tahan.
Setelah lebih tenang Zhang Hao mulai memberitahu perihal studinya di Kanada nanti jika ia tidak bisa mendapatkan nilai tertinggi juga perlakuan kasar Ayah angkatnya padanya. Ada sedikit rasa takut dan ragu selama Zhang Hao bercerita. Namun Hanbin dengan lembut kembali merangkul Zhang Hao seolah ingin menyalurkan energi pada pemuda cantik itu.
"Tenang saja, Hao. Kamu pasti akan bisa melakukannya jika berusaha. Kita sama-sama berusaha untuk bisa masuk ke kampus terbaik di Korea." tutur Hanbin meyakinkan Zhang Hao.
"Terimakasih, Hanbin." Perasaannya jadi lebih lega setelah ia menceritakannya pada Hanbin.
***
"Kau sudah mencari tahu tentang anak yang bersama Zhang Hao malam itu?" tanya Ayah Zhang pada asistennya.
"Sudah, Tuan." Asistennya dengan sigap mengeluarkan semua berkas dan foto-foto yang ia dapatkan di atas meja kerja pria itu.
"Anak ini bernama Sung Hanbin, satu sekolah dan teman sekelas Zhang Hao. Orang tuanya sudah lama bercerai dan kini ia tinggal sendiri dengan menyewa rumah kecil di daerah pinggiran,"
"Kemana orang tuanya saat ini?"
"Hanbin kini ikut bersama Ibunya yang sedang sakit-sakitan di Desa, bersama kakek neneknya. Adiknya sudah meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan. Ayahnya saat ini juga tinggal sendiri namun keadannya sangat memprihatinkan, dia jadi sangat miskin,"
"Rupanya dia anak orang miskin, tapi kenapa dia bisa bersekolah di sekolahan elit seperti itu?"
"Dia anak yang sangat berprestasi, dia mendapatkan beasiswa penuh atas studinya di SMA itu, dia selalu mendapatkan peringkat pertama dan belum pernah ada yang menggesernya,"
"Baiklah, itu cukup. Kau bisa keluar sekarang," perintahnya. Asistennya itu segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Rupanya dia saingan Zhang Hao juga rupanya. Apakah aku harus menyingkirkannya dari sekolah itu? Aku bisa dengan mudah melakukannya." ucapnya sambil memikirkan segala skenario yang ada di kepalanya.
"Sung Hanbin..."
To Be Continued...
- 08.12.2023 -
Halo semuanya!! Apa kabar nihh?? Semoga sehat & bahagia selalu yaa ☺
Ada yang masih nungguin cerita ini ga ya setelah 5 bulan lebih aku tinggal terakhir update 24 Juni kemarin 😅
Maaf ya kemarin ngilang lama banget hehe.
Terimakasih buat yang udah baca sape chapter terakhir kemarin dan masih mau nungguin sampe sekarang 😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Querencia | BinHao ♡
Fanfic"Querencia" adalah tempat di mana jiwa merasa betul-betul di rumah, di mana setiap sudut mengembalikan kenangan manis, dan di mana hati merasa damai dalam kehangatan yang diberikan oleh kenangan lama dan harapan baru. Sung Hanbin ♡ Zhang Hao ♡Binhao...