Udara dingin malam menusuk hingga ke dalam kulit halus milik pemuda Juli itu. Padahal kalau siang cuacanya terasa sangat terik dan panas namun saat malamnya malah terasa sangat dingin. Zhang Hao mengusap kulitnya sendiri guna menghangatkan tubuhnya.
Di penyebrangan lampu merah yang tidak terlalu ramai Zhang Hao menunggu lampu hijau untuk menyebrang bersebelahan dengan seorang wanita yang sepertinya akan tampak seusia dengan Ibunya. Wanita itu membawa banyak kantong belanjaan. Sepertinya dia baru saja belanja untuk kebutuhan dapurnya.
Angin malam tiba-tiba berembus dengan kencang membuat topi yang Zhang Hao kenakan terbang dari kepalanya. Zhang Hao berdecak kesal lalu mengambil topi yang terbang tidak jauh dari area penyebrangan itu.
"Seandainya angin bisa menerbangkan perasaanku pada Hanbin pasti akan sangat mudah jadinya." gumamnya sambil membersihkan topinya lalu kembali memakainya.
TINNN!!!
BRUGHH!!!
***
"Hanbin! Tenanglah!" seru Jiwoong yang belum sempat membayar taksi dan Hanbin sudah menyelonong masuk ke rumah sakit yang baru saja tadi malam ia kunjungi.
Bagaimana dia bisa tenang di saat seperti ini?
Ibunya tercinta keluarga satu-satunya yang ia miliki tiba-tiba masuk ke rumah sakit. Dunia seakan runtuh saat itu juga. Alasan satu-satunya ia bertahan hidup dan berjuang keras selama ini hanyalah untuk Ibunya. Jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Ibunya Hanbin sepertinya tidak akan sanggup untuk melanjutkan kehidupannya seorang diri.
"IBU!!" tanpa permisi ia membuka ruangan yang Jiwoong beritahukan padanya tadi tempat Ibunya di rawat.
Dalam ruangan itu terdapat sebuah brankar dan Ibunya Hanbin sedang tertidur diatasnya dan satu pria manis yang sangat ia kenali sedang duduk di samping Ibunya dengan wajah khawatir juga.
"Zhang Hao? Apa yang kau lakukan disini?"
"Eoh? Hanbin?"
"Itu pertama kalinya dia menyebut namaku."
Dua pemuda itu saling bertatapan sesaat dalam kebingungan yang sama. Jiwoong yang datang menyusul akhirnya memecah keheningan sesaat di ruangan itu.
"Apa yang kau lakukan, Hanbin?" tanya Jiwoong pasalnya yang lebih muda hanya diam terpaku di ambang pintu.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Hanbin pada Zhang Hao.
"Aku yang membawa beliau kemari sebagai walinya," jawabnya.
Hanbin berjalan mendekati brankar tempat Ibunya tertidur lemah.
"Dia Ibuku,"
"Ibumu?!" kaget Zhang Hao reflek menutup mulutnya yang mengadah. Kebetulan macam apa ini?
"Kau yang sudah memanggilkan ambulans dan menemani ibuku, kan?"
Zhang Hao mengangguk, "Aku melakukannya karena orang-orang di lokasi hanya melihat dan tidak berusaha membantu sama sekali," jelas Zhang Hao.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Hanbin ingin penjelasan.
"Tadi saat di penyebrangan ada mobil yang mengebut dan hampir menabrak ibumu. Beruntungnya mobil itu bisa berhenti dan tidak menabrak ibumu. Ibumu pingsan karena shock. Tapi keadaannya sudah stabil saat ini. Hanya menunggu beliau sadar saja," tutur Zhang Hao pada putra wanita yang sudah ia tolong.
Hanbin menghela napas lega tubuhnya perlahan merosot jatuh ke lantai karena terasa sangat berat akan semua hal yang dirasakannya selama ini. Zhang Hao ikut mendekat pada Hanbin berjongkok lalu mengusap punggung Hanbin berusaha memberi kekuatan pada teman sekelasnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Querencia | BinHao ♡
Fanfiction"Querencia" adalah tempat di mana jiwa merasa betul-betul di rumah, di mana setiap sudut mengembalikan kenangan manis, dan di mana hati merasa damai dalam kehangatan yang diberikan oleh kenangan lama dan harapan baru. Sung Hanbin ♡ Zhang Hao ♡Binhao...