Sore hari pukul empat sore lebih bel pelajaran terakhir telah usai membuat seluruh murid berhamburan keluar kelas tak terkecuali murid baru di kelas itu, Sung Hanbin.
Di sekolah baru inipun dia tetap kesulitan untuk mendapatkan teman apalagi ini sudah tahun terakhir dia di SMA yang artinya kurang dari setengah tahun lagi ia akan segera lulus. Akan sulit mendapatkan atau ada yang mau berteman dengan orang baru lagi toh nantinya akan segera berpisah.
Meskipun seperti itu bukan mencari teman yang utama saat ini. Yang terpenting adalah kini ia bisa bernapas lega karena Ibunya sudah kembali sehat seperti sedia kala. Ia juga tidak perlu repot bekerja karena dia mendapatkan uang saku yang cukup dari Ayah Zhang Hao. Setidaknya sampai hanya ia lulus SMA.
Saat melangkah keluar dari gerbang sekolah, mata tajam Sung Hanbin menangkap sosok yang amat ia kenal, sosok yang di dalam hatinya amat ia cintai. Dalam tatapannya yang penuh rasa, ia mengetahui bahwa orang itu seharusnya marah, marah karena Hanbin meninggalkannya tanpa kata perpisahan yang pantas.
"Zhang Hao?" Sudah satu bulan sejak Hanbin pindah sekolah dan mereka tidak bertemu.
Dalam seragamnya yang rapi, Zhang Hao tetap tegak berdiri di antara kerumunan murid yang melintasinya. Tatapan matanya menyisir setiap wajah yang ia temui, mencari-cari tanda-tanda kehadiran Hanbin di antara kerumunan yang bergerak. Apakah dia berharap untuk menemukan sosok Hanbin di antara mereka?
Dari kejauhan, Hanbin terpancar kebingungan dan kegugupan dalam pandangan matanya saat menatap Zhang Hao. Dia bisa melihat wajah sendu Zhang Hao yang tanpa henti mencarinya sejak tadi, mencari jejak-jejak keberadaannya di antara kerumunan murid yang bergerak. Matanya yang penuh harapan seolah-olah memancarkan keinginan untuk bertemu, secercah harapan bahwa pertemuan mereka tidaklah mustahil.
Namun, meski keinginan itu begitu kuat dalam dirinya, Hanbin merasa terikat pada sebuah janji dan kesepakatan untuk tidak bertemu dengan Zhang Hao. Meskipun hatinya bergetar ingin menyapa, keterikatan pada janji itu mengikatnya dalam kebisuan yang menyiksa, menghambat langkahnya untuk mendekati sosok yang begitu berarti baginya.
"Maafkan Aku, Zhang Hao."
Dengan hati yang terasa berat, Hanbin menyesap getirnya di bibir saat ia berbalik dan langkahnya mengarah ke gerbang belakang sekolah. Di dalam hatinya, keinginan untuk bertemu Zhang Hao terus membara, tetapi keterikatan pada janji yang telah diucapkan mendorongnya untuk menghindari pertemuan itu. Meskipun keinginannya begitu kuat, Hanbin merasa bahwa memenuhi janji itu adalah cara yang tepat untuk menghormati dan menjaga kepercayaan yang telah terjalin. Dengan langkah tegar, ia memilih jalan memutar, berharap agar tak harus bertemu dengan Zhang Hao, sambil meratapi kerinduan yang semakin mengemuka di lubuk hatinya.
•••
Zhang Hao merasakan kekecewaan yang mendalam melanda dirinya, seperti badai yang merobek keheningan hatinya. Meski telah berusaha sekuat tenaga, upayanya untuk menemukan Hanbin ternyata tidak membuahkan hasil. Kegagalan itu membuatnya merasa terpukul, merenung pada setiap langkah yang telah diambil, dan berharap akan ada solusi di ujung jalan.
Meskipun telah mencoba bertanya kepada beberapa siswa, namun hasilnya nihil. Tidak ada yang mengenal atau mengetahui tempat tinggal Hanbin. Situasi ini tampaknya wajar mengingat betapa Hanbin selalu menjaga jarak di sekolah sebelumnya.
Zhang Hao sadar bahwa ia tidak bisa sembarangan menerobos masuk ke dalam sekolah untuk mencari Hanbin, mengingat hal itu akan melanggar aturan dan etika. Dalam keheningan dan kekosongan, Zhang Hao merenung, mencari jalan keluar dari labirin perasaannya yang kacau dan kerinduan yang semakin memuncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Querencia | BinHao ♡
Fanfic"Querencia" adalah tempat di mana jiwa merasa betul-betul di rumah, di mana setiap sudut mengembalikan kenangan manis, dan di mana hati merasa damai dalam kehangatan yang diberikan oleh kenangan lama dan harapan baru. Sung Hanbin ♡ Zhang Hao ♡Binhao...