03

11.2K 530 6
                                    

START!!
.
.
.
.
.
.
___________________________________________________

"Aku pulang.." Jenan berjalan dengan lesu menuju ruang tamu. Disana sudah ada Willi yang mondar mandir dan Yudha yang duduk dengan kaki di silangkan sembari menyeruput secangkir kopi.

"Ya Ampun Jenan!!" Willi segera berlari dan memeluk anak bungsu nya itu dengan sayang. Ia benar benar khawatir dengan Jenan yang tak pulang semalaman.

"Hey bung, duduk." Seru Yudha kepada Jevan. Jevan sedikit membungkuk kemudian berjalan ke arah Yudha dan duduk di sofa panjang berdekatan dengan Yudha, sementara Yudha duduk di kursi tunggal.

"Terimakasih sudah membawa Jenan pulang." Ucap Yudha sembari menepuk bahu Jevan.

"Sama sama om." Saut Jevan dengan senyum tipis nya.

"Kamu ga ngerepotin Nak Jevan kan?" Tanya Willi sembari memicingkan matanya.

"Ih! Buna bukanya nanyain keadaan Jenan malah nanyain yg ga penting." Jenan mengerucut kan bibir nya kemudian berjalan naik ke atas menuju kamarnya menghiraukan panggilan sang Bunda.

"Ya ampun anak itu, oh nak Jevan. Anak Buna ga ngerepotin kamu kan?" Tanya Willi sembari berjalan dan duduk di sebelah Jevan.

"Ah ga kok Tan, cuma rada rewel dikit soalnya ga mau di ajak pulang." Saut Jevan dengan amat sangat ramah.

"Maafin Nana ya, dia anak nya emang gitu. Kalian udah lama kenal kamu pasti udah tau banget sama sikap dia kan?" Jevan hanya mengangguk canggung mendengar ucapan Willi.

Yudha tertawa khas bapak bapak, kemudian kembali menepuk bahu lebar Jevan.
"Kamu tau alasan om ngejodohin kalian?" Jevan merasa tertarik dengan obrolan itu kemudian mengangguk dengan antusias.

"Kalo boleh tau kenapa ya om?" Tanya Jevan tampak antusias.

Yudha kembali tertawa dengan tawa bapak bapak nya, "Kalian memang sudah di jodohkan sejak kalian kecil bahkan sebelum kalian lahir, tapi om dan Daddy kamu bisa saja membatalkan perjodohan itu mendengar ketidak cocokan kalian beberapa tahun lalu kan?"

Jevan mengangguk dan menunggu perkataan Yudha selanjutnya, saat Yudha ingin melanjutkan ucapan nya terdengar teriakan dari Jenan.

"BUNA!!!" Willi menghela nafas, ia tau betul anak nya itu pasti sedang kesusahan mencari sesuatu.

"Kalian lanjutin aja ngobrol nya, Buna mau ke atas dulu."

Selepas kepergian Willi, Yudha kembali melanjutkan ceritanya, "Tapi om rasa, kalian sudah saling mengenal satu sama lain. Sudah tau dimana letak kekurangan masing masing. Sampai sini kamu paham kan maksud om?" Tanya Yudha tanpa berniat menceritakan secara detail.

Jevan hanya mengangguk dan kemudian tersenyum ramah, "hm, saya paham kok om."

"Om percaya kan Nana di tangan kamu, om harap kalian bisa belajar untuk saling mencintai lagi dan belajar dari masalalu untuk saling mengerti satu sama lain. Dimana letak kesalahan kalian dulu, perbaiki!"

"Hmmm kampret, harusnya diskusinya tuh ajak Jenan juga. Masa cuma gue doang? Disini gue disuruh berjuang sendiri gitu? Pait pait." Batin Jevan meringis.

Our Destiny || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang