12

9K 396 14
                                    

START!
.
.
.
.
.
.
.
.
___________________________________________________

Jenan menatap malas Jevan yang tengah asik memeluk, mengelus dan mencium perut ratanya.

"Udah sih No, ga malu apa Lo di liat 2 bocil noh." Tegur Jenan yang merasa tidak enak di hadapan dua manusia di depan nya, lebih tepatnya sih ga enak sama Shua. Kalo Junior tau Jevan dan Jenan bermesraan di hadapan adik polosnya, bisa bisa tubuh Jevan terpelanting ke Korea Selatan oleh bantingan maut nya si Junet.

Sementara Shua yang dianggap polos itu benar benar polos, berbanding terbalik dengan Abas yang memperlihat kan ekspresi jijik nya, Shua justru tersenyum hangat ke arah Jevan yang tengah mencium perut Jenan.

"Selamat ya kak, Shua doain semoga Kak Nana dan Dede bayi nya sehat terus. Kak Vano kayak nya sayang banget deh sama Kak Nana dan Dede bayi nya."

"Shua jadi pengen punya suami kayak Kak Vano yang sayang anak dan istri." Celetuk Shua yang mendapat kekehan dari Jenan, Jenan sangat gemes dengan sikap lembut Shua. Junior benar benar berhasil mendidik adiknya yang hanya berjarak setahun lebih muda dari nya itu untuk tumbuh menjadi sosok yang lembut juga penyayang.

"Loh, babang Abas bisa kok Shu. babang Abas bakal perlakuin kamu bak putri kerajaan." Ujar Abas dengan jurus buaya nya.

"Ish ga gitu juga kali, Bas." Jenan lagi lagi di buat terkekeh dengan interaksi kedua adik tingkat nya tersebut. Ia kembali menatap malas Jevan yang seperti tidak perduli dengan sekeliling nya. Sejak tadi ia masih dengan dunianya sendiri, mengajak bicara perut rata Jenan.

Kini atensi ketiga nya beralih pada sesosok kurir paket yang berjalan sempoyongan kearah pintu masuk.

"Loh perasaan ga ada yang mesen paket disini?" Gumam Jenan.

"Maaf mengganggu, ongkos nya belum dibayar loh Pak." Ucap kurir tersebut yang membuat Jevan menepuk jidat nya. "Eh iya mas, mana sini no rek nya."

"Eh bentar bentar, kok kayak ga asing ya?" Jenan memicingkan matanya menelisik kurir tersebut.

"Loh, Nana?" Jenan sekarang ingat, lelaki tersebut adalah sepupu jauh nya Chandra dari bandung. Alaska Nalendra.

"Gue inget sekarang, Lo Aska kan?" Kurir yang ternyata bernama panggilan Aska tersebut pun tertawa pelan.

"Iya, Na. Ini Aska." Jevan menyatukan alisnya ketika Jenan melangkah maju mendekatkan dirinya pada Aska, tidak lupa juga Jevan mengikuti langkah Jenan dari belakang.

"Kumaha damang, Ka. Lama ga ketemu."

"Bahasa Indonesia aja atuh Na, Aska teh mau belajar kayak kalian gitu ngomong Na. Lo gue Lo gue gitu."

"Ah santai Ka, gue aja bisa nya cuma itu." Keduanya tertawa puas tanpa menyadari tatapan menyelidik dari manusia di samping mereka. Siapa lagi kalo bukan Jevan.

"Asik banget yah, sampe lupa kehadiran sang suami di samping nya." Ucap Jevan yang membuat Abas ingin tertawa di belakang jika saja Shua tidak menyenggol tangan nya.

"Eh duduk dulu, Ka. Biar gue bikinin minum."

Ajakan Jenan tentu tidak bisa di tolak namun Aska melirik kearah Jevan yang mendelik tajam ke arah nya, Aska tidak mau bertanya siapa Jevan. Bukan kah tadi sudah jelas jika Lelaki yang tiba tiba menaiki motor nya itu adalah suami dari Jenan.

Our Destiny || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang