14

8.3K 373 7
                                    

START!
.
.
.
.
.
.
.
.
___________________________________________________

Aska dan Chandra sudah pulang beberapa menit lalu, Chandra yang peka dengan keadaan setelah Jevan pulang pun mengajak Aska untuk segera pergi dari sana. Memberikan pasangan suami istri tersebut untuk meluruskan semua nya sendiri tanpa ada yang menggangu.

Sekarang keduanya duduk bersebelahan pada sofa panjang di depan tv, Jenan sudah benar benar tidak tahan dengan keadaan sunyi yang terasa mencekam tersebut. Ia sesekali melirik ke arah Jevan yang hanya menatap lurus ke arah monitor yang masih menayangkan film action.

Jenan berdecak jengah "Udah Napa Van, diem dieman Mulu dari tadi. Bosen tau ga, lo ga laper emang?"

"Udah makan." Jawab Jevan sesingkat mungkin yang membuat Jenan mendongakkan kepalanya lelah.

"Aahh udah dong ngambek nya, gue ga sengaja meluk doang tadi, gue kira di sebelah kiri gue tuh Echan." Jelas Jenan yang mungkin sudah 4X ini ia mengatakan alasan yg sama.

Jevan mengambil remote tv kemudian menurunkan volume dari tv tersebut. Ia kemudian menghadap sepenuhnya pada Jenan yang berada sejengkal di samping nya.

"Denger ya, gue tau kita nikah itu karena perjodohan yang ga ada unsur cinta sama sekali diantara kita. Tapi harus berapa kali gue bicarain ini kalo gue ga suka liat Lo seintim itu sama cowok lain."

"Gue mungkin ga cemburu Nan, tapi gue ga nyaman. Biar gimanapun Lo istri gue, Lo ngerti ga sih?"

Mendengar itu Jenan terkekeh pelan kemudian kembali menatap kedua bola mata Jevan bahkan lebih serius dari sebelumnya.

"Oh ya? Trus gimana sama gue selama ini? Lo pikir gue ga tau apa yang Lo lakuin di belakang gue, hm?"

Alis Jevan bertaut tidak mengerti dengan apa yang di katakan Jenan. "Lo ga nyaman ngeliat gue kek gitu sama orang lain padahal gue ga ada apa apa, Aska bukan mantan gue. Gue cuma sengaja ngusilin Lo."

"Sementara Lo, Lo masih berhubungan sama si Caroline itu kan?"

Mata Jevan membola, kemudian ia merasa gelagapan karena pertanyaan atau bahkan itu adalah sebuah pernyataan.

"Kenapa diem? Itu artinya bener kan. Heuh." Jenan mengalih kan pandangan nya kearah monitor tv yang menyalakan sebuah adegan ciuman.

"Lo berdua pasti udah sering kayak gitu belakangan ini, ya iyalah orang main nya di club Mulu." Lagi lagi Jevan di buat bungkam. Tapi jujur, kalau di bilang pernah ya pernah. Tapi tidak sesering yang di pikiran Jenan, itupun hanya sekedar ciuman biasa.

"N- Nana.."

"Gue ngantuk, Lo lanjutin film nya aja gue mau tidur." Jenan segera beranjak dari duduk nya setelah setetes air matanya mengenai pipi gembul nya. Ia berjalan tanpa menghiraukan Jevan yang memanggil nya. Entah kenapa ia merasa sakit saat mendapat info dari suruhan (Abas) gimana kelakuan Jevan di belakang nya selama ini.

"Arghh!! Gue kenapa bodoh banget sih, ini juga perasaan gue kenapa." Rutuk Jevan pada dirinya sendiri.

Our Destiny

Gama terbangun dari pingsan nya, mata nya mengerjap menatap sekeliling yang terasa asing. Kamar yang terlihat sederhana namun tersusun rapi. Pusing terasa mendominasi pada kepalanya, sedikit meringis kemudian mengangkat pergelangan tangan nya.

Our Destiny || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang