10

8.4K 433 11
                                    

START!
.
.
.
.
.
.
.
.
🔞
___________________________________________________

Seminggu sudah lamanya pernikahan couple J, tak ada perubahan apapun dalam rumah tangga mereka. Jangan kalian pikir Jevan benar benar sudah memutus kan hubungan nya dengan Caroline, itu salah besar. Seperti sekarang, Caroline datang ke kantor Jevan. Keduanya tengah berduaan di dalam ruangan mewah milik Jevan sang CEO.

Tanpa sepengetahuan Jenan pastinya, Jevan cukup malu dengan perkataan nya satu Minggu lalu jika ia masih berhubungan dengan kekasih nya di depan Jenan. Maka ia memilih untuk berhubungan dengan Caroline diam diam tanpa ketahuan sang istri.

Sementara Jevan yang tengah bermesraan dengan wanita lain, Jenan sekarang tengah mondar mandir khawatir. Tidak biasanya Jevan pulang larut malam, anak itu tidak pernah lembur pikir nya.

"Jevan mana sih anjir, di telpon ga di angkat angkat. Bikin orang panik aja." Geram Jenan sembari melempar ponsel nya ke sofa setelah hampir puluhan panggilan masuk nya yang tak di angkat oleh sang suami.

Jenan sudah menelpon Abas, dan kata Abas dia sudah di suruh pulang sejam yang lalu. Jenan benar benar cemas sekarang, matanya sesekali melirik jarum jam yang bertengger di dinding. Pukul 00.40 PM. Benar benar sudah larut malam, Jenan tidak tahan lagi. Ia memungut ponsel nya kemudian berjalan keluar rumah.

Ia berniat menyusul Jevan ke kantor.

Sesampainya di kantor, gedung besar itu sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa pekerja yang mungkin lembur atau bermalam disana dan satpam yang masih berjaga.

"Malam Den, ada yang perlu saya bantu?" Tanya sang satpam setelah memberikan gestur hormat, pria paruh baya itu bertanya sesopan dan seramah mungkin pada istri sang bos.

"Jevan ada di kantor?" Tanya Jenan to the point.

"Waduh, Tuan muda sudah pulang sejak jam makan malam, Den." Ucap sang satpam. Tangan Jenan mengepal.

"Bapak tau dia kemana? Atau sama siapa?" Tanya Jenan sekali lagi, terlihat kilatan amarah pada manik indah nya.

"Saya tidak tau tuan muda kemana, t- tapi mungkin saya harus mengatakan pada Aden. Tuan muda tadi pergi bersama seorang perempuan, dan perempuan itu sudah sering datang kemari." Jenan mengertat kan giginya.

"Aden tau, pakaian perempuan itu sangat terbuka, dia juga sombong banget sama karyawan di kantor ini. Dia bersikap seolah dialah nona muda kami, sikap nya melebihi Aden tau." Adu sang satpam.

"Baik, makasih untuk infonya pak. Bapak lanjut kerja." Ucap Jenan dengan ramahnya. Setelah mendapat jawaban dari satpam tersebut. Jenan melangkah menuju mobilnya, ia menutup pintu mobil dengan keras. Ia juga menampar nampar setir dengan amarahnya.

Pulang dalam keadaan emosi, saat sampai di dalam rumah. Baru saja Jenan ingin menutup pintu, suara mobil terdengar. Sudah di pastikan itu adalah mobil Jevan. Jenan hanya diam di depan pintu utama dengan dd naik turun. Ia benar benar emosi sekarang.

Namun raut emosinya beralih menjadi raut wajah khawatir ketika Jevan masuk dengan di bopong Abas. Abas tidak kuat mencium bau alkohol dari mulut Jevan pun melepaskan sang bos membuat Jevan ambruk di bawah kaki Jenan yang nampak shock.

"Jevan kenapa Bas?" Tanya Jenan yang lengsung mengangkat tubuh lemas Jevan dengan kuat.

"Ga tau Kak, tiba tiba aja nelpon padahal gue lagi di alam mimpi. Nangis nangis nelpon sambil nyebut nama Kak Nana, mungkin dia kira gue Lo kali kak." Jelas Abas.

Our Destiny (Nomin) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang