07

7.8K 408 11
                                    

START!
.
.
.
.
.
.
.
.
___________________________________________________

Plak!!

"Bibi!!" Pekik Joshua yang spontan memeluk Junior kala melihat Bibi Mona yang menampar Kaka satu satunya itu.

"Dasar anak ga tau di untung! Kamu ga tau sepenting apa orang yang mau ngelamar kamu itu, huh?!"

"M- maafin Ajun, Bi. Aj-"

"Ga usah manggil saya Bibi! Mulai sekarang saya bukan Bibi kalian lagi, pergi dari apartement saya sekarang juga! Jangan pernah nampakin muka kalian lagi di depan saya!"

Bak tersambar petir di siang bolong, (padahal sekarang lagi malam) Junior merasakan sesak di dada nya. Satu satu nya kerabat yang ia punya, satu satu nya orang tua yang ia punya berkata tidak akan mau menemuinya lagi. Tentu saja Junior merasa sakit di bagian dada kirinya.

Jangan tanya kan Joshua, anak itu sudah menangis kencang sembari terus memeluk tubuh sang Kaka yang merosot ke lantai. Bibi Mona masuk ke kamar kemudian melempar pakaian kedua ponakan nya yang masih berada di dalam tas.

"Pergi!" Tekan Bibi Mona sembari menunjuk ke arah luar dimana disana sudah ada tas pakaian Junior dan Joshua yang ia lempar seperti sampah.

Junior mengangguk angguk, ia berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ia tidak boleh lemah di hadapan sang adik.

Mengusap matanya yang berair, menghela nafas panjang kemudian menghembus nya gusar. Junior tersenyum sembari mengusap wajah adik nya yang penuh air mata.

Keduanya berjalan melewati Bibi Mona dengan pelukan yang semakin erat.

Setelah memastikan keduanya keluar, terdengar suara pintu yang tertutup dengan keras nya. Junior lagi lagi mengangguk mengerti, disini ia sudah mengerti tabiat sang Bibi.

Semula Bibi nya itu tidak memperdulikan mereka sama sekali, tapi setelah seorang kaya raya yang ingin melamar nya, Bibi Mona berubah menjadi seseorang yang seolah merawat nya sejak bayi.

Dan sekarang, sudah di pastikan jika Bibinya itu hanya menginginkan harta dari sang pelamar.


Our destiny

Hening.

Beberapa menit lalu Jevan datang kerumah keluarga Samudera dengan alibi ingin membujuk calon istrinya itu agar mau memaafkannya. Padahal nyata sekarang, keduanya berdiri saling membelakangi.

Jenan yang berdiri dengan muka kecut dan tangan yang ia silangkan di depan dada. Dan Jevano yang berdiri dengan wajah datar dan kedua tangan yang di selipkan di saku celananya.

"Lo sengaja kan?" Suara Jevan terdengar memecahkan keheningan antara keduanya.

"Apaan?" Ketus Jenan, ia masih kesal dengan Jevan dan seperti nya tidak ada sedetik pun rasa tidak kesal terhadap calon suaminya itu.

"Lo sengaja ngelaporin ke Daddy gue tentang gue yang telponan sama Caroline tadi sore."

"Oh jadi nama tu cewek Caroline." Gumam Jenan dengan nada mengejek.

Our Destiny || NOMIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang