7. Pagi Bersamamu (1)

38 8 6
                                    

"Jika kamu memang dicintai olehnya, kamu diam pun ia akan tetap cinta. Walau kamu hanya melakukan hal sederhana, ia akan selalu menghargai segala usahamu."

- Pupus Sukma Andromeda -

***

Awan mendung dengan udara yang sejuk memanjakan seorang pemuda yang tengah melukis menggunakan cat akrilik di kanvasnya. Ia memandangi keindahan luar dari jendela kamar untuk sekadar membayangkan seseorang yang tengah hinggap dalam imajinasinya.

Seorang Asmara Sekar Alstroemeria, memenuhi pikiran pemuda bernama Pupus Sukma Andromeda pagi ini. Pemuda itu pun memang berniat melukis Asmara sembari menunggu kabar dari gadis itu yang katanya akan membawa si pemuda ke dapur rekaman milik Asmara.

Ada rasa senang yang membuncah tanpa bisa Pupus utarakan. Selama ia bermain dalam dunia musik, pemuda itu sama sekali belum pernah menginjakkan kaki ke sebuah dapur rekaman. Walau Pupus sering diajak oleh abah Asmara, tetapi pemuda itu selalu menolak karena merasa tidak pantas. Kini, di hari ini, Asmara akan mengajaknya dan Pupus jelas saja merasa gugup.

"Andai aku adalah pemuda pemberani, mungkin kamu sudah menjadi milikku, Nona," gumam Pupus pada sketsa gambarnya yang setengah jadi itu, seakan tengah mengatakan langsung pada sosok yang digambarnya.

Polesan yang ia tuangkan di kanvas itu benar tulus dari hatinya. Jika nonanya melihat, mungkin akan merasa tersanjung karena memiliki seseorang yang telah mengagumi dia diam-diam. Terlebih seorang Asmara, bisa-bisa dikejar oleh gadis itu karena Asmara merupakan tipe gadis yang ketika memberikan kode maka kode itu selalu tepat sasaran.

Asmara tidak pernah merasa kalau dirinya diam-diam mencintai seseorang, karena ia mencintai tuannya dan tuannya tahu itu. Hanya saja mungkin status mereka yang belum bisa diubah untuk detik sekarang.

Ketika Pupus tengah sibuk menguaskan catnya di bagian rambut sketsa Asmara, ponsel pemuda itu berdering menandakan ada panggilan masuk dari sebrang. Ia tidak salah persepsi, karena sudah jelas yang meneleponnya adalah nonanya sendiri.

Diangkatlah panggilan tersebut dan Pupus menghentikan sejenak kegiatannya.

"Selamat pagi, Nona," sapa Pupus ketika sudah tersambung dengan nonanya.

"Pagi juga, Tuan. Bagaimana? Sudah siap untuk pergi sekarang?" tanya Asmara tanpa basa-basi, langsung menanyakan kesiapan tuannya.

"Kalau aku siap. Nona sendiri bagaimana?"

"Jemput aku sekarang."

"Baik, Nona."

***

Takjub. Memesona. Entahlah, ada kata-kata apa lagi yang dapat didefinisikan untuk seorang gadis cantik di hadapan Pupus ini. Seorang nona yang memakai pakaian kasual dengan motif bunga-bunga membuat Pupus terpana beberapa detik menatapnya. Terlebih polesan make up yang tidak seberapa tetapi menambah kesan cantik di wajah nona tersebut. Rambut kecoklatan yang dicatok ikal dengan topi berwarna putih semakin membuat Pupus dimabuk nonanya.

Asmara yang ditatap pun mengulas senyum tipis, kemudian menepuk bahu Pupus. "Tuan? Ayo! Tunggu apa lagi?"

"Eh? Iya. Maaf."

Pupus tersadar dari tatapannya yang terpaku pada gadis itu. Ia pun segera mempersilakan nonanya untuk masuk ke mobil, di mana ia membantu nonanya itu dengan membukakan pintu. Setelah melayani Asmara dengan baik, barulah ia mengitari mobil dan duduk di kursi kemudi.

Tidak butuh waktu lama untuk bersiap, Pupus segera melajukan kendaraan roda empatnya menjauh dari pekarangan rumah sang nona. Ia masih melirik sedikit ke arah Asmara, bisa dikatakan bahwa itu adalah curi pandang.

Pupus Asmara, 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang