15. Janjinya Telah Diingkari

19 7 3
                                    

“Terkadang, apa yang telah kita rencanakan tidak sejalan dengan apa yang terjadi. Aku berencana membahagiakannya, tetapi takdir lebih suka membuat aku menyakiti dia.”

- Pupus Sukma Andromeda -

***

Cuaca cerah menemani seorang gadis yang tidak berhenti merasakan panik. Pasalnya, sudah berkali-kali gadis itu mencoba untuk menghubungi seseorang yang ia nantikan sedari tadi, tetapi hasilnya nihil. Jangankan pesannya dibalas, teleponnya saja tidak diangkat.

Asmara mondar-mandir di depan teras rumah dengan mengetuk-ngetukkan ponselnya di telapak tangan, merasa khawatir. Baru juga Pupus mengiriminya pesan bahwa pemuda tersebut akan datang menjemputnya. Namun, entah mengapa hatinya diterjang rasa cemas berlebih, terlebih Asmara tidak dapat menghubungi pemuda itu.

Rasanya ingin cepat-cepat melihat wajahnya, supaya rasa cemas ini tidak terus-menerus melanda hatinya.

“Angkat, Tuan. Aku mohon, jangan membuatku khawatir,” gumam Asmara ke arah ponselnya yang sedang menghubungi nomor Pupus.

Ketika gadis tersebut mulai pasrah, suara klakson serta deruman dari beberapa motor terdengar memasuki pekarangan Asmara yang mana gerbangnya terbuka lebar. Senyum manis berkembang begitu saja, mengira bahwa orang yang ia khawatirkan akan datang.

Namun ketika matanya menatap sosok asing itu, Asmara hanya terdiam. Jika dilihat dari perawakannya, mereka adalah anak SMA dan Asmara sangat kenal dengan jaket yang mereka gunakan. Jaket kulit dengan punggung bertuliskan ‘We Are VOLAS’, di mana di depannya pun terdapat logo planet bercincin.

Seorang laki-laki menggunakan slayer merah di lehernya itu turun dari motor besar hitam yang ia kendarai. Berada di posisi paling depan, Asmara meyakini laki-laki itu adalah ketua dari Evolusi Laskar atau biasa disingkat Volas. Membuka helmnya, Galang--si ketua Volas Gang--mendekat ke arah Asmara.

“Teh Mara? Benar?” tanya ketua Volas tersebut.

Asmara mengangguk. Lalu, Galang memperkenalkan dirinya dengan mengulurkan tangan ke arah gadis berpakaian kasual itu. “Saya Galang, ketua Volas di generasi kelima. Saya ditugasin A’ Pupus selaku mantan ketua buat jemput ibu negaranya, yaitu Teh Mara. A' Pupus bilang kalau A’ Pupus lagi ada urusan, tapi nanti bakalan nyusul.”

Kepala Asmara melihat-lihat sekitar belakang Galang, hanya ada anak-anak seumuran laki-laki itu saja, tidak ada Pupus. Rupanya pemuda yang sangat Asmara tunggu-tunggu itu tidak datang menjemputnya.

“Teteh?” Galang melambai-lambai di depan wajah Asmara, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

“Eh, iya? Ga--lang?”

“Iya, saya Galang. Mau jalan sekarang? Hari sudah semakin siang,” tanya Galang yang diangguki Asmara. Kemudian, lelaki muda itu meminta helm perempuan yang dipegang oleh wakil ketua Volas.

Setelah dipasangkan ke kepala Asmara, mereka pun mulai bersiap untuk pergi dari sana. Barang bawaan gadis itu pun sudah diambil alih oleh anggota inti Volas. Ketika Asmara sudah duduk di jok belakang motor Galang, gadis itu bertanya kepada lelaki tersebut.

“Tapi serius, ‘kan, Tuan Pupus akan menyusul?”

“Iya, Teh Mara tenang aja. A’ Pupus pasti nepatin janjinya dan gak bakal batalin acara kita yang udah disusun dengan niat.”

“Baiklah.”

***

Galang keluar dari supermarket dengan membawa sebuah kantong plastik besar berisi minuman dingin dengan berbagai macam rasa. Lelaki yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Akhir itu pun mendekat ke arah Asmara dan Hans. Ia mengambil dua minuman soda dari kantong, lalu menyodorkan kantong plastiknya kepada Hans untuk dibagikan ke anggota Volas yang lain.

Lelaki berslayer merah di leher tersebut memberikan satu minuman soda untuk Asmara, yang dibalas kata terima kasih oleh gadis itu, kemudian duduk di sebelah Asmara untuk sekadar mengajak gadis itu mengobrol santai sembari mereka istirahat.

“Gimana perasaan Teh Mara? Senang gak diajak motor-motoran gini? Serasa balik ke jaman muda, ‘kan?” Galang bertanya diselingi tawa kecil.

Asmara pun mencibir, “Sekarang juga aku masih muda kali, Lang.”

“Hahaha. Iya juga.”

Asmara membuka minuman soda yang tadi diberikan oleh Galang, lalu meneguknya pelan-pelan. Setelahnya, gadis itu menjawab pertanyaan utama dari Galang.

“Sebenarnya aku senang diajak touring apalagi sama anggota Volas yang mana sudah ganti generasi. Aku merasa kalau kekeluargaan Volas tidak pernah berubah dari generasi pertama hingga kini. Namun, aku juga sedih karena Tuan Pupus tidak ada di sini. Walaupun dia berkata akan menyusul, tetapi aku masih khawatir, Lang. Sudah kucoba untuk hubungi, tapi tetap saja tidak dibalas.”

Panjang.

Asmara mengutarakan apa yang ia rasa, membuat Galang merasa sedikit canggung karena terlalu ikut campur. Namun, lelaki itu juga tidak suka berada di posisi seperti ini, di mana ia dan para anggota Volas merasakan senang, sedangkan tokoh utamanya tidak.

Alhasil, Galang mencoba untuk menenangkan pikiran Asmara dan menghibur gadis itu. Dengan senyuman yang terlampau manis, Galang berjongkok di hadapan Asmara. “Teh Mara tenang aja, ya? Saya yakin, A’ Pupus gak mungkin ingkar janji. Lagian yang ngadain touring ini, kan, A’ Pupus. Masa iya dia gak datang.”

"Benar, ya? Emmm, aku boleh minta tolong tidak, Lang?"

"Apa, Teh?"

"Tolong kirim pesan ke Tuan Pupus, dia sedang berada di mana atau telepon. Aku sudah berulang kali menghubunginya tetapi tetap tidak ada jawaban," pinta Asmara. Jujur, hatinya masih merasakan khawatir berlebih hanya karena ia ingin tahu keadaan tuannya.

Walau tidak bersama, minimal gadis itu mendapat kabar yang jelas dan dari tuannya langsung. Jika begini, pikiran Asmara justru menerka-nerka sesuatu yang membuatnya semakin kepikiran.

Sesuai permintaan Asmara, Galang mencoba untuk mengirimi pesan WhatsApp dan pesan biasa kepada Pupus. Ia juga misscall beberapa kali yang sama saja seperti Asmara, tidak ada jawaban.

"A' Pupus-nya gak aktif, Teh. Terakhir dilihat pesannya pas ngirim ini doang buat saya." Galang menunjukkan pesan terakhir dari Pupus yang mana pemuda tersebut menyuruh Galang untuk menjemput Asmara dan menitip nonanya itu kepada ketua Volas generasi kelima ini.

"Tuh, kan. Aku jadi khawatir, Lang," ucap Asmara.

Ketika Galang sedang menenangkan Asmara, Hans menyenggol bahu lelaki itu. "Teh Mara kenapa, Lang?" tanyanya.

"Ini, Hans. A' Pupus ditelpon gak ngangkat-ngangkat. Chat juga cuma centang satu doang. Jadi Teh Mara khawatir," jelas Galang mengenai permasalahannya.

Hans pun melirik ke arah gadis satu-satunya yang saat ini berada di antara anggota Volas generasi kelima. Membantu Galang yang sedikit kewalahan, Hans ikut berjongkok di sebelah Galang dan kini bertatapan dengan Asmara.

"Teteh? Hans sama yang lain coba cari nanti pas kita jalan, ya? Sekarang kita ada agenda ke curug. Teteh ikut, ya? Hans sama Galang janji, bakal nyari A' Pupus semisal belum aktif juga ditelpon sama di-chat."

Asmara hanya mampu menatap nanar dua laki-laki itu, lalu mengangguk. Galang pun siap mengulurkan tangannya untuk Asmara, kemudian mereka melanjutkan acara demi melancarkan penyambutan sesuai permintaan Pupus.

[Bersambung]

Pupus Asmara, 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang