"Bahkan, sekalipun kamu berjanji dan mengingkarinya, aku tetap masih menunggumu."
- Asmara Sekar Alstroemeria -
***
Pupus meraih jaket kulit berwarna hitam dengan punggung bertuliskan 'We Are VOLAS' itu dari kasur, kemudian memakainya ke tubuh yang sudah siap untuk tempur hari ini. Bukan tempur seperti perang, tetapi tempur untuk menjelajahi dunia bersama nonanya dan para anggota Volas di hari yang cerah ini.
Bandung tengah baik kepada Pupus, yang mana awannya melindungi bumi tanpa menjatuhkan bulir-bulir kesedihan. Hanya memberikan gelap tanpa menunjukkan kilat serta kegalauan pada bumi.
Melangkah mengambil sesuatu di nakas yang sudah lama tidak ia pegang, kemudian Pupus meraih tas besarnya yang berisi banyak peralatan serta perlengkapan untuk touring. Sudah lama Pupus beralih dunia, kini pemuda tersebut kembali ke dunia yang paling ditakuti oleh Andam.
Geng motor.
"Huh! Semangat! Demi Nona Asmara!" seru Pupus. Pemuda itu semangat keluar dari kamar menuju garasi.
Sesampainya di garasi rumah, Pupus mengirimi pesan terlebih dahulu kepada nonanya.
Anda
Bagaimana, Nona? Sudah siap?
Tidak butuh waktu sampai satu detik untuk dibalas, pesan dari Asmara masuk ke notifikasi ponsel Pupus.
Pemilik Hati yang Tak Pasti
Pastinya sudah, Tuan! Aku juga sudah sembuh. Kutunggu kehadiranmu untuk menjemputku.
Pupus mengulas senyum lebar, bahagia mendapatkan balasan seperti itu dan secepat itu karena ia merasa bahwa nonanya memang sudah siap. Lalu, tidak lupa pemuda tersebut mengirimkan pesan ke grup khusus Volas yang berisi anggota lama dan anggota sekarang. Bukan hanya anggota di generasi sekarang, melainkan dari generasi pertama. Namun, yang ikut touring bersama Pupus hari ini hanya anak-anak Volas di generasi kelima saja.
Setelah mendapatkan balasan dari anak-anak Volas yang sudah siap untuk melakukan aktivitas hari ini, Pupus memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket kulit hitamnya itu. Memakai kacamata yang sempat ia lipat di kerah baju, lalu memakai helm jadul berwarna hitam.
Tangan Pupus sedikit merasakan getar ketika mulai membuka kain krem yang menutupi sebuah kendaraan yang sudah lama tidak digunakan. Motor klasik dengan tempelan stiker tengkorak pada body-nya, dibuka dari bungkus berdebu tersebut.
Pupus terbatuk pelan, lalu bergumam sembari menepuk-nepuk jok depan, "Sudah lama kita tidak riding, Jago." Kemudian mengelus dada. "Semoga paru-paruku bisa diajak kerja sama untuk kali ini, ya, Jago? Supaya nonaku bisa berbahagia hari ini. Ayo! Semangat!"
Jago adalah nama dari motor Pupus. Motor klasik yang sudah hampir lima tahun tersimpan di garasi. Sesekali dipanasi supaya mesinnya tidak rusak, dan kini akan digunakan kembali. Pupus membuka rolling door garasi dan mengeluarkan motornya tanpa menyalakan mesin.
Ketika semua sudah beres, barulah Pupus menyalakan mesin motor dan beruntungnya masih bisa menyala. Ditariklah gas tersebut meninggalkan pekarangan rumahnya. Senyum merekah menampilkan ketampanan seorang Pupus Sukma Andromeda sepanjang pemuda itu membelah jalanan Kota Bandung.
Hari ini, Pupus akan melakukan penyambutan secara resmi untuk nonanya.
Mungkin bagi sebagian orang hal ini terlalu alay, tetapi justru hal ini menjadi suatu ketulusan yang tidak dapat didefinisikan. Kapan lagi memberi penyambutan khusus dengan mengadakan acara touring sekaligus silaturahmi dengan anggota Volas, 'kan? Sudah lama rasanya Pupus tidak berkendara di mana pipinya terasa diterpa angin karena kaca helmnya tidak ditutup.
Batinnya merasakan kebahagiaan yang selama ini sudah ia tutup rapat-rapat. Dulu, motor adalah segalanya bagi Pupus. Walau L-Fire sering mengatainya anak haram dan tidak pantas menjadi ketua Volas, tetapi tidak ada satu pun anggota Volas yang setuju akan hal itu. Mereka mengayomi, memberi kehangatan layaknya keluarga, dan Pupus memiliki rumah ketiga setelah sang bunda dan Asmara.
Namun ketika semua rumahnya pergi, Pupus hanya memiliki Andam hingga gadis itu juga pergi.
Tidak masalah, rumah lamanya pun sudah kembali dan Pupus akan pastikan bahwa kali ini tidak akan ada lagi yang datang hanya untuk pergi. Maka dari itu, Pupus ingin memberi kesan terbaik untuk Asmara supaya gadis itu betah bersamanya di sini. Pupus percaya bahwa Bandung selalu menyisakan kenangan dalam pikiran orang yang jatuh di sini. Entah itu jatuh cinta atau jatuhnya saja tetapi cintanya tidak.
Di tengah perjalanan, ponsel Pupus tiba-tiba saja bergetar yang menandakan bahwa ada panggilan masuk. Pemuda itu pun menepikan motornya terlebih dahulu, lalu menilik siapakah gerangan yang menghubunginya? Apakah Asmara? Sungguh tidak sabar sekali nonanya satu ini, bukan?
Namun dugaan Pupus ternyata salah. Seseorang dari sebrang yang menghubunginya adalah Andam. Walau mereka sedang jaga jarak, pemuda itu tetap mengangkat panggilannya.
"Halo, Nona? Ada apa?" tanya Pupus yang menyapa lebih dulu.
"Aku hanya ingin memberitahu bahwa kembaranmu tengah berada di Panti Al-Hilal sekarang. Maaf tidak bisa menemani, aku masih sibuk di sini. Kamu hati-hati, ya? Sampai jumpa," ucap Andam tanpa basa-basi. Gadis itu langsung memutuskan panggilan sepihak sebelum tuannya membalas sesuatu untuk Andam.
Pupus menatap layar tersebut. "Panti Al-Hilal?" gumamnya.
Tanpa berpikir panjang, Pupus mengirimkan pesan kepada Galang.
Anda
Lang, tolong jemput Teh Mara di rumahnya, ya? Aa' shareloc rumahnya. Tolong bilang padanya juga kalau Aa' tidak bisa menjemputnya, tapi Aa' akan menyusul. Aa' masih ada urusan. Terima kasih.
[Lokasi]
Setelahnya, Pupus segera menancapkan gas menuju Panti Al-Hilal untuk menemui sang kembaran yang selama ini belum pernah pemuda itu temui. Mereka sudah terpisah sejak bayi dan Pupus baru mengetahuinya ketika ia berusia 11 tahun.
***
Pupus mematikan mesin motornya dengan kaki yang sudah ia cagak. Membuka helm dan menunggu di depan, hanya mampu duduk di jok motornya saja tanpa berani berkunjung ke panti tersebut.
Matanya masih menyusuri sekitar yang mana belum terlihat ada tanda-tanda orang mirip dengan dirinya. Walau belum pernah bertemu, Pupus pasti tahu bagaimana bentuk dari sang kembaran. Ia benar-benar menantikan momen ini. Entah mengapa, jantungnya seakan mendukung rasa penasaran sekaligus bahagianya.
Pupus memegang dada yang sedikit bermasalah. "Aku mohon, jangan dulu. Aku ingin bertemu dia dulu."
Tiba-tiba saja, napas Pupus memburu. Ia menatap sekeliling dengan penuh effort, serta berusaha untuk tetap menahan rasa sakitnya. Dadanya sudah semakin sesak di detik kelima, tetapi kepalanya menggeleng seakan menolak untuk penyakitnya itu kambuh.
"A-aku mohon, be-bertahanlah, P-Pupus. Ayo, k-kamu bisa," ucap Pupus menguati diri sendiri. Kemudian, tatapannya tidak sengaja beralih ke pintu utama panti yang mana ada pemuda berkemeja putih dengan setelan rompi coklat tengah berbincang dengan seorang anak kecil.
Pupus menggumamkan namanya dengan berusaha menghirup napas sebanyak yang ia bisa. Pemuda yang persis seperti Pupus itu bersalaman dengan anak kecil, lalu melambai ke anak kecil itu dan berjalan keluar dari pekarangan panti.
Pupus turun dari motornya, ingin mengejar si kembaran. Namun, suaranya tiba-tiba saja tercekat karena napasnya pun susah untuk ditarik dan diembuskan. Sang kembaran terlihat menaiki sebuah sepeda dan berlalu meninggalkan pekarangan, yang membuat Pupus berlutut.
"Aarrgghh!" erangnya dengan memegangi dada yang begitu sesak. Tak lama, tubuhnya yang sudah tidak sanggup lagi pun terjatuh.
Bruk!
[Bersambung]
Eyyow, gimana sama part ini? Semoga suka yaaa.. jangan lupa buat selalu kasih jejak di setiap part-nya.
Sampai jumpa di part selanjutnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Pupus Asmara, 2023
Lãng mạn"Mari mendalami kisah dalam air beriak." "Mari." Mengisahkan tentang mereka yang memiliki perasaan yang sama, tetapi tidak berani saling mengungkapkan rasa. Juga, mengisahkan tentang mereka yang sama-sama mengabadikan cinta dalam suatu karya. Pupus...